Dimata Rahfa (3)

0 0 0
                                    

Lagi-lagi aku dibuatnya terkekeh.
[kak bagaimana kabarnya?]
[tumben nanya kabar. Ada apa nih wkwk]
[KAK APA KABAR]
[aduh kok ngegas sih hahaha. Alhamdulillah baik. Tetangga Rahfa gimana kabarnya?]
Ahh sungguh, mau marah pun aku tak bisa. Dia selalu punya cara untuk bisa membuat aku tertawa.
[Ih kok tetangga sih]
[Soalnya bosen nanyain Rahfa terus, pasti jawabannya baik. Padahal kaka tahu Rahfa sedang tidak baik-baik saja.]
Tuh kan benar. Dia selalu punya banyak cara untuk membuat oranglain bahagia.
[Tapi serius kak. Kali ini aku baik-baik saja.]
[Oh jadi selama ini kamu becanda, tega kamu ferguso!]
[Ah becanda mulu. Please kak aku mau cerita.]
[Hehe, iya Rahfa maaf mau cerita apa?]

Aku menceritkan semua yang terjadi tadi di sekolah. Tanpa bumbu drama apapun. Semua ku jelaskan apa adanya.

[Bagus dong, berarti mereka sudah mendapat hidayah.]

Hahaha.. iya kak Sinta terserah kakak. Yang penting hari ini aku bahagia, tidak ada kata-kata yang masuk ke dalam telinga, dan bisa memberi kabar dengan kakak itu sudah lebih dari cukup.
.
.
.
Hari-hari terus ku lalui. Perubahan-teman-teman semakin terasa. Meski mereka masih tidak menganggap ku ada dan menjadikan ku sebagai teman sekolah nya, setidaknya aku bisa lebih fokus menerima pelajaran yang guru sampaikan.

Beberapa bulan lagi aku naik kelas, iya kelas sembilan. Dimana tujuan hidup kedepan masih harus tetap aku jalankan. Bertemu teman baru harus aku hadapi. Tapi.. dimana aku akan melanjutkan masa-masa terkahir sekolah ya? Ahh sudahlah. Masa lama ini, nanti kalau sudah dekat aku minta solusi kak Sinta.

Ada perasaan yang mengganjal dihati. Satu pertanyaan kak Sinta yang belum sempat aku jawab.
"Rahfa, tahu gak wajah ibu Rahfa?" Iya pertanyaan, terakhir yang ketika itu kak Sinta akan pergi dari sisiku.

Sebenarnya aku tahu. Aku cuma tidak mau mengingat semua tentang dirinya.

Eva kinasih, mungkin sekarang beliau berumur sekitar 30 tahun. Wajahnya cantik, kulitnya putih bersih, rambutnya panjang dan sedikit kriting. Bukan aku melihat, aku hanya tahu "katanya" dari nenek.
Kata nenek, aku mirip sama ibu. Bahkan tidak terlihat sedikitpun perbedaan diantara kami.
Tapi aku tidak peduli. Yang pasti aku tidak mengenalnya, dia tidak menyayangi aku. Dan aku membencinya.

Lalu bagaimana dengan ayah?
Aku sudah sama sekali tidak ingin tahu tentang dia.

 RAHFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang