Pertemuan pertama

23 2 0
                                    

Hallo, assallamuallaikum
Selamat membaca 🥰

------------------------------------------------------

Sebuah untaian kasih yang berbentuk tulisan.  Aku berbicara dalam hati, sambil sesekali melihat jendela, diluar hujan.

Rahfa, begitulah aku memanggilnya. Bola mata yang indah nan bersinar dan tatapan mata yang sayu itu membuatku penasaran.

Dia seorang gadis berkulit putih bersih, berbadan ideal dan bertubuh tinggi. Seprtinya dia anak yang pintar,  sayang sikap pendiam nya menutupi kelebihan yang dia miliki.

Aku mengenalnya ketika aku mengikuti kegiatan mahasiswa mengajar, di Kota Dodol. Sepekan saja aku bertemu dengannya.

Suatu hari, dia menulis pesan untukku. Terharu membaca kisah hidupnya.  Aku yakin dia bersikap demikian karena dia merubah dirinya menjadi orang lain. Sebenarnya,  dia sosok gadis periang da mudah bergaul.

Membosankan,  lagi-lagi bullying menghancurkan mimpi-mimpi besar Rahfa. Trauma dan rasa takut yang terus menghantuinya membuat ia memutuskan suatu pilihan yang fatal, diam.

Diam untuk tidak melawan,
Diam untuk tak berteman,
Diam memilih sendirian,
Diam mengubur semua harapan, dan
Diam enggan memulainya dari awal.

Aku merasa khawatir,  dengan perkembangan psikologi nya kedepan, usianya yang terbilang masih kecil itu seakan tak ada harapan,  dibalik itu dia harus jauh dari orangtuanya.

Rahfa, bergeraklah sayang.
Hanya dirimu sendiri yang bisa membuat hidupmu lebih baik. Jika kau butuh teman, biarlah aku yang menemanimu hingga kau bosan.

Lupakan segala kenangan yang menyiksamu. Bebanmu akan lebih berat, jika kamu tak mau berubah.
Bangunlah sayang, kejar mimpi mu yang telah kau gantung bersama bintang. Semua akan baik-baik saja, semua tak seperti yang kau takutkan.

Rahfa, sungguh diam itu menyakitkan.  Besar harapanku padamu
Pergilah...
Temui aku saat kau terpuruk,  datang dan buktikan pada mereka bahwa kau gadis yang istimewa.

"Kak, aku sedih aku sakit orangtua ku tak ada disini" ucap Rahfa memecahkan lamunanku.

~~~~~~~~~

Aku tak bisa berkata apapun selain menangis dalam diam, sungguh beban berat yang kau emban itu sayang.

"Kak kenapa sih mereka itu jahat sama aku? Apa salah aku? Kenapa Allah gak marah sama mereka, mereka orang-orang jahat."

"Rahfa, suatu saat nanti kamu bisa menjadi seorang bintang yang sinarnya mengalahkan rembulan, kalau Rahfa mau." Sesekali tangan kanan ku membelai rambutnya, dan tangan kiri menghapus airmata yang terus mengalir membasahi tulang pipi.

"Sekarang Rahfa pulang dulu ya, udah mendung takut hujan kasian Nenek nungguin, besok kita ketemu lagi di sekolah."

"Baik kak."
Aku terus melihatnya, sampai tubuhnya menghilang dari tatapanku
Jelegerrrrrrr.... sinar putih menyilaukan mata di iringi suara dentuman petir yang sangat keras, Rahfa? Tiba-tiba aku, pikiranku tak karuan khawatir kepada Rahfa, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa.

Tot...tok ..tok..
"Assalammualaikum. "
"Wa'alaikumsalam, mari masuk Nek."
"Neng punten, manawi aya Rahfa, saurna ameng ka Teteh."
(Neng maaf, ada Rahfa? Katanya dia Main ke Neng) Ucap Nenek yang berdiri mematung di depan pintu sambil memegang payung melindungi tubuhnya dari air hujan.
"Punten Nek, tadi sateuacan hujan Rahfa teh tos uih." ( Maaf Nek, tadi sebelum hujan Rahfa sudah pulang) jawabku, dengan nada yang penuh kekhawatiran,  Nenek langsung pergi tanpa sepatah katapun yang dia ucapkan, pergi bersama lamunanku yang terus memikirkan Rahfa.

*TSP_AK

 RAHFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang