Part 2

2.4K 238 81
                                    

~~~ HAPPY READING ~~~

Nyonya Yoon tersenyum lebar, binar kebahagiaan nampak jelas dari sorot matanya. Hal itu selalu terjadi, setiap saat, setiap kali ia melihat gadis muda itu – Yoon Ji Ahn. Rasanya ia tidak percaya jika yang diinginkannya benar-benar terjadi. Gadis muda itu – setelah melewati serangkaian operasi dan perawatan yang tidaklah mudah, bahkan menyakitkan, akhirnya ia mendapatkan fisiknya yang menurutnya Nyonya Yoon sangatlah... sempurna. Wanita itu selalu berdecak kagum ketika melihatnya.

"Ini! Makan sayur juga." Ujar Nyonya Yoon seraya menyumpit sayur, lalu diletakkannya di piring makan Ji Ahn. "Makan yang banyak, hum."

"Terima kasih... Eomma." Balas Ji Ahn, dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Sejujurnya, sampai saat ini pun ia masih merasa canggung, entah kenapa. Padahal bisa dikatakan, ini sudah beberapa lama sejak ia berada di sana, sejak ia menjadi putri mereka.

"Kau juga harus makan dengan baik, istriku." Celetuk Tuan Yoon. Pria itu pun hampir sama seperti istrinya, merasa sangat bahagia. Terlebih, ketika melihat kebahagiaan di wajah sang istri, rasanya apa yang ia rasakan menjadi berlipat-lipat ganda.

"Aish, makan saja dengan tenang!" Sungut Nyonya Yoon pada sang suami. "Aku harus memastikan jika putriku makan dengan baik."

"Kau ini! Kau pikir dia bocah berumur 5 tahun, huh?!" Gerutu Tuan Yoon. Lalu, pria itu menoleh ke arah Ji Ahn yang tersenyum mendengar percakapan para orang tua itu. "Lihat Eomma-mu itu, dia sangat berlebihan, iya 'kan?"

Dan Ji Ahn pun menganggukkan kepalanya, masih dengan senyum yang bertengger menghiasi wajah cantiknya.

"Jangan bersekongkol dengan Appa-mu, Yoon Ji Ahn!" Protes Nyonya Yoon. "Dia tidak tahu apapun."

"Mianhae, Eomma!" Sahut Ji Ahn dengan cepat seraya mengusap lembut tangan Nyonya Yoon di sampingnya. Dan lagi-lagi, gadis itu merasa tersentuh sebenarnya. Hal-hal seperti ini, sederhana memang. Namun, jika sudah tidak bisa lagi mendapatkan dan merasakannya, kita bisa apa? Karena itu, ia merasa sangat beruntung sekarang. Ya, beruntung karena bisa merasakannya kembali.

"Sudah, sudah... jangan hiraukan Eomma-mu, hum." Ucap Tuan Yoon seraya mengusap lengan Ji Ahn. "Ayo makan lagi."

"Ya, Appa." Sahut Ji Ahn seraya menganggukkan kepalanya. Gadis itu pun kembali focus pada makanan di depannya. Namun kemudian, ia teringat akan sesuatu. "Eum... Eomma, Appa! Sebenarnya, aku memikirkan sesuatu akhir-akhir ini." Ucapnya kemudian, dengan ragu tentunya. Pasalnya ia tidak tahu, apakah ini akan menjadi sesuatu yang baik atau tidak bagi pasangan suami-istri di depannya.

"Sesuatu?"

Tuan dan Nyonya Yoon, mereka memberikan reaksi alami, mereka menghentikan kegiatan mereka dan kembali focus pada satu-satunya gadis di sana. Karena jika melihat raut wajah serta nada bicara gadis itu, entah kenapa hal tersebut membuat suasana menjadi serius secara tiba-tiba.

"Ya!" Sahut Ji Ahn pelan. "Seperti yang Eomma dan Appa tahu, pendidikanku cukup bagus, dengan pengalaman kerja yang menurutku bagus pula." Sungguh, kali ini ia sangat berhati-hati dalam berbicara. "Karena itu aku berpikir jika... aku ingin kembali berkarir. Setidaknya, aku juga mulai bisa merencakan masa depanku lagi, iya 'kan?"

Seketika suasana di sana terasa hening. Tuan dan Nyonya Yoon – mereka mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Raut wajah keberatan juga mulai nampak menghiasi wajah cantik Nyonya Yoon. Ia tidak suka ide itu, batinnya.

"Ke-kenapa?" Tak kunjung mendapat jawaban, bahkan terkesan pasangan suami-istri di depannya hanya bungkam, Ji Ahn pun merasa tidak enak. Jadi, apakah itu adalah ide yang buruk? Tanyanya dalam hati.

An AmbitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang