~~~ Happy Reading ~~~
Makan malam itu selesai. Ya, dengan sebuah cengkrama layaknya sebuah pendekatan untuk sebuah hubungan tentunya, Kyuhyun melakukan semuanya dengan baik. Dan bahkan, tak hanya sampai di situ, saat ini pun pria itu belumlah beranjak dari kediaman keluarga Yoon, nampak belum cukup puas dengan apa yang telah dilakukannya.
Untuk kesekian kalinya, Ji Ahn menghirup nafasnya dalam-dalam, entah apa lagi setelah ini, batinnya. Masih dengan menahan diri, mengesampingkan rasa kesal hingga amarahnya, gadis itu masih berusaha bersikap baik. Meskipun ya, dengan pria yang luar biasa menyebalkan tentunya, yang kini tengah duduk di sampingnya – di taman kediamannya.
"Tuan Cho..." Sekilas Ji Ahn menoleh pada pria itu, bersungut padanya. "Apa lagi yang anda inginkan? Tidak bisakah anda pulang saja?"
Tidak, jawab Kyuhyun dalam hati. Dengan wajah tanpa dosa, pria itu mengangkat bahunya acuh tak acuh, terkekeh pelan pula. "Ngomong-ngomong, aku senang kedua orang tuamu menerimaku dengan baik." Ujarnya, mengabaikan pertanyaan Ji Ahn, hingga keengganan gadis itu terhadapnya. Pasalnya harus ia akui, itu memang benar adanya. Ya, ini memang sandiwara awalnya, mengingat Ji Ahn telah membuatnya jengkel luar biasa. Namun siapa sangka, sambutan baik Tuan dan Nyonya Yoon justru membuatnya merasakan hal yang lain. Dan setidaknya, ini tidaklah buruk untuk pertama kalinya benar-benar datang dan memperkenalkan diri pada kedua orang tua seorang gadis, hal yang sebelumnya tak pernah dilakukannya meskipun telah berkencan dengan banyak gadis atau wanita muda. "Tidakkah ini awal yang baik untuk mendapatkan status seorang calon menantu?"
Reflek Ji Ahn memutar bola matanya jengah. Calon menantu apa? Shit! Umpatnya dalam hati. "Bisakah hentikan permainan dan sandiwara ini? Anda ingin balas dendam atau apa?"
Bingo! Kyuhyun tersenyum lebar, menunjukkan deretan giginya yang berderet rapi. Lihatlah! Ji Ahn bahkan dapat menebak niat awalnya dengan sangat mudah. Tidakkah itu berarti gadis itu memang telah dengan kurang ajar mempermainkannya? "Jadi, Nona..." Kyuhyun menoleh ke samping, menatap gadis di sampingnya itu lekat-lekat, dengan mendekatkan wajahnya pula tentunya. Kemudian, tangannya bergerak tanpa permisi, meraih dagu Ji Ahn dan membuat gadis itu menoleh padanya serta membalas tatapannya. "Bagaimana dengan membuat permainan dan sandiwara ini menjadi lebih menyenangkan? Dengan membuatnya menjadi kenyataan misalnya." Kalimat itu diakhiri dengan sebuah kecupan sekilas, cepat, namun lembut.
Sontak saja kedua bola mata Ji Ahn melebar. Astaga... apa katanya? Membuatnya menjadi kenyataan? Cih! "Dalam mimpi anda!" Gadis itu mendengus kasar. Setelahya, dialihkannya pandangannya.
"Dalam kenyataan." Kyuhyun seakan tengah meralat kalimat Ji Ahn.
"Sebenarnya apa yang anda pikirkan?" Sentak Ji Ahn. Sungguh, rasa-rasanya kesabarannya sudah mulai sangat menipis, membuat meluapnya emosi, sejenak melupakan strategi yang seharusnya membuatnya lebih bersabar lagi dan lagi. "Anda pikir saya adalah gadis murahan yang akan dengan senang hati bersedia menjadi kekasih anda? Bahkan saya tahu bagaimana hubungan anda dengan Nyonya Han, termasuk motif di belakangnya. Setidaknya malu-lah dengan hal itu."
"Tutup mulutmu. Kau tidak mengerti apapun." Ujar Kyuhyun dengan tenang, tak ada emosi di sana, meskipun dengan jelas Ji Ahn melontarkan kalimat yang cukup tidak mengenakkan. "Yang perlu kau mengerti hanyalah kau akan sangat beruntung jika menjadi kekasihmu, kau tahu!"
Apa? Ji Ahn melongo mendengar kalimat yang terakhir itu, bahkan terang-terangan kembali menatap Kyuhyun, kali ini dengan tatapan tak percaya. Karena astaga... sungguh, rasa percaya diri pria itu sangat tinggi. Beruntung... beruntung apa? Ji Ahn sangat ingin meneriakkannya.
"Sudahlah-"
"Tinggalkan Nyonya Han." Ji Ahn mulai frustasi sendiri dengan ini semua. Sejujurnya, misi pertama dalam rencananya adalah memisahkan Kyuhyun dan Nyonya Han, itulah alasan dari semua godaan yang ia berikan pada Kyuhyun. Hanya saja, kenapa sekarang rasanya sangat sulit? Bahkan ia menjanjikan akan bersedia menjadi kekasih pria itu, meskipun entah akan seperti apa. "Anda sudah mendapatkan banyak hal, termasuk dalam perkembangan firma hukum anda. Apa lagi yang anda inginkan dari hubungan dengan Nyonya Han? Tidakkah anda merasa jenuh karena-"
KAMU SEDANG MEMBACA
An Ambition
FanfictionAn ambition. Sebuah ambisi. Setiap orang, bahkan semuanya - mereka pasti memilikinya. Entah besar atau kecil. Entah benar atau salah. Itu adalah naluri alami manusia. Gadis itu, dengan ambisinya. Hanya balas dendam, tidak yang lain. Hanya mengubah d...