~~~ HAPPY READING ~~~
Nyonya Han pun sepenuhnya mengalihkan pandangannya pada Kyuhyun. Dengan memicingkan kedua matanya, wanita itu menatap sang pria, seakan tengah menuntut penjelasan.
"Mak-maksudku... itu untuk anak gadis. Kau tahu, seusia Yoon Ji Ahn." Dan Kyuhyun, pria itu benar-benar tergagap. Ia merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia justru menyebut nama Ji Ahn? Tsk! "Jadi, kau benar. Jangan memilih itu."
Nyonya Han mendengus pelan. "Tsk! Aku sudah mengatakannya. Itu bukan gayaku juga."
Kyuhyun mengangguk pelan seraya meringis. Astaga... hampir saja! Pria itu mendesah lega dalam hati. Lain kali, ia harus berhati-hati, pikirnya. Dan Yoon Ji Ahn... Ya Tuhan, gadis itu benar-benar mangganggu, merusak konsentrasinya, sungutnya pula – masih dalam hati.
~~~ *** ~~~
'Juyoung Kim'
Sejenak Ji Ahn terpaku pada nama itu, nama pada sebuah akun media sosial – instagram. Gadis itu tersenyum masam. Sebuah pertanyaan pun juga terlintas dalam benaknya, misalnya... bagaimana kabar Kim Juyoung sekarang? Apakah pria itu baik-baik saja? Apakah dia masih bisa tertawa bahagia dan bersenang-senang dengan kehidupan bebasnya? Mengingat pria itu adalah pencinta kekebasan.
Kemudian, Ji Ahn menggerakkan jemarinya, mengusap layar ponselnya, melihat-lihat berbagai foto di sana. Dan ya, setidaknya ia merasa sedikit lega setelahnya. Kim Juyoung, pria yang lahir beberapa menit sebelum dirinya itu terlihat masih sangat menikmati hidupnya, meskipun yang diuggahnya di akunnya kebanyakan adalah foto-foto tempat-tempat dengan gaya seni tingkat tinggi.
Sejujurnya ya, jika ia mengulik pada relung hatinya yang paling dalam tentunya, Ji Ahn merindukan pria itu. Entah sudah berapa lama ia tidak mendengar suaranya, lama sekali sepertinya. Satu tahun... lebih dari itu. Ji Ahn bahkan lupa kapan tepatnya.
Sebuah helaan nafas berat terdengar dari mulut Ji Ahn, membawa pikirannya mulai melayang, memikirkan berbagai hal yang akan dan harus dilakukannya. Balas dendam... apakah yang dilakukannya sekarang termasuk dalam kategori kata itu? Benarkah? Ah, entah. Yang pasti, Ji Ahn hanya ingin wanita itu mendapatkan hukuman – wanita yang membuat semua keadaan memburuk, wanita yang ia yakini membuat mendiang ayahnya meregang nyawa secara perlahan serta mengenaskan pula.
Lalu mengenai harta, Ji Ahn tahu, semuanya sangat banyak. Bahkan yang tersisa, yang baru ia ketahui pula, ia tidak akan membiarkan yang satu itu beralih tangan serta berhasil dimanipulasi juga, tidak akan! Jika bisa, ia akan berusaha keras mengembalikan segala yang telah dimanipulasi sebelumnya, setidaknya milik Juyoung. Ia akan berusaha keras untuk pria itu. Sementara miliknya – haknya, atau apalah itu, ia tidak benar-benar peduli sebenarnya. Tidak, ia tidak butuh. Bahkan sekarang, ia terlalu nyaman dengan ini semua, hidup barunya, identitas barunya dan ya... keluarga, orang tuanya, bisakah dirinya menua dengan kehidupan ini saja setelah semua rencananya?
~~~ *** ~~~
Pria itu menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Kyuhyun – hari ini pria itu lumayan kelelahan nampaknya. Dan ya, bukankah bersandiwara memang melelahkan? Pikirnya kemudian.
Sesungguhnya seperti yang lain pula, Kyuhyun – putra bungsu keluarga Cho itu pun memiliki ambisi pula, bahkan bisa dikatakan... sangat besar, hingga membuatnya nyaris seperti orang tidak waras. Pasalnya, astaga... tentu saja! Pria mana yang melakukan hal tidak waras dengan mengencani seorang wanita paruh baya yang bahkan nyaris seusia ibunya? Gila saja! Namun Kyuhyun – Cho Kyuhyun... pria itu melakukannya. Tsk!
Hanya saja sebenarnya, Kyuhyun pun – pria itu normal. Ya, ia seperti pria lainnya yang menyukai para gadis muda dan cantik. Sungguh, ia tidak munafik soal itu, meskipun harus menutupinya dengan sandiwara. Hal itu sedikit terbukti dengan lirikan, pandangan, tatapan, hingga rasa gemas pada... Yoon Ji Ahn. Meskipun ya, mungkin hanya sedikit, atau mungkin pria itu memang tidak menyadarinya. Dia terlalu bodoh sepertinya jika mengenai yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Ambition
FanfictionAn ambition. Sebuah ambisi. Setiap orang, bahkan semuanya - mereka pasti memilikinya. Entah besar atau kecil. Entah benar atau salah. Itu adalah naluri alami manusia. Gadis itu, dengan ambisinya. Hanya balas dendam, tidak yang lain. Hanya mengubah d...