~~~ HAPPY READING ~~~
Ji Ahn mendapatkan sebuah kardus lagi. Ya, sebuah kardus yang cukup besar, yang ia bawa dengan susah payah seperti sebelumnya, yang selalu ia katakan berisi buku-buku milik Nyonya Han.
Seperti yang ia duga sebelumnya, brankas Juyoung – pria itu memang tidak menyimpan apapun di sana selain cap legalnya serta sebuah jam tangan couple mereka. Uang... jangan tanya, tidak ada! Berbeda dengan brankasnya yang bahkan menyimpan banyak barang berharga di dalamnya. Bahkan siang tadi, Ji Ahn berhasil menyapu bersih semuanya dan memasukkan ke dalam kardus yang di bawanya, termasuk semua uang dollarnya.
Ji Ahn menghembuskan nafasnya pelan. Sementara tangannya, kedua bergerak dengan hati-hati, mengeluarkan barang-barang di kardus yang dibawanya. Kali ini, gadis itu merasa sangat beruntung sebenarnya. Pasalnya ya, ia bisa mengambil semuanya, semua yang menjadi miliknya dan Juyoung, yang berada dalam brankas tentunya.
'Ini adalah jam tangan yang Appa pesan khusus untuk kalian, dari seorang pengrajin di Swiss. Kalian tahu kenapa Appa memberi kalian jam tangan? Karena waktu adalah sesuatu yang sangat berharga, yang tidak akan kembali meskipun kalian mempertaruhkan segalanya. Karena itu, Appa ingin kalian selalu ingat untuk tidak menyia-nyiakan waktu, mengerti?'
Reflek Ji Ahn tersentak. Secara tiba-tiba kalimat panjang itu melintas begitu saja dalam benaknya, kalimat yang diucapkan Tuan Kim saat usianya dan Juyoung menginjak 9 tahun, saat... mereka masih bersama.
Ji Ahn tersenyum pahit. Diraihnya jam tangan di sana, yang adalah milik Juyoung. Tanpa sadar, diusapnya pelan jam tangan itu, dengan tatapan yang juga terpaku di sana. Sungguh, meskipun terlihat biasa saja, namun itu adalah salah satu yang berharga. Mungkin karena itu pula Juyoung menyimpannya di sana – dalam brankasnya.
Dan sebenarnya, entah sadar atau tidak, Ji Ahn merindukannya, merindukan pria yang lahir beberapa menit sebelum dirinya itu. Ya, Kim Juyoung. Sekali lagi, ada sesuatu yang memberontak dalam dirinya. Sejujurnya, ia ingin menghubungi pria itu, setidaknya ingin mendengar kabarnya, mendengar suaranya. Pasalnya Nyonya Han, wanita itu bahkan tidak sama sekali pernah menghubungi Juyoung, ia tidak pernah melihatnya. Hanya saja, rasa-rasanya itu semua memang sangat tidak mungkin. Menjadi seorang Yoon Ji Ahn, menghubungi Juyoung adalah sesuatu yang sangat mustahil baginya.
Ji Ahn menjatuhkan pantatnya di lantai, mengubah posisi berjongkoknya. Setelahnya dengan menekuk lututnya, gadis itu menundukkan kepalanya, membenamkan wajahnya di antara lututnya. Di saat-saat seperti ini, ia tidak tahu harus seperti apa. Ia hanya ingin berhenti dan berdiam diri. Ya, mungkin itu saja, pikirnya.
~~~ *** ~~~
Dahi Nyonya Han mengerut. Dengan tatapan penuh kekesalan, wanita itu menatap lurus brankas di depan sana, brankas kosong yang telah berhasil dibuka oleh teknisi dari perusahaan pembuatnya.
"Bagaimana bisa? Brankas Juyoung kosong, dan sekarang milik mendiang Nayoung juga." Ujar pria itu – Kyuhyun yang sedari tadi menemani Nyonya Han di sana.
Sementara Ji Ahn, di belakang Nyonya Han, gadis itu tersenyum puas di dalam hati. Tentu saja dua brankas itu kosong, batinnya. Ia bahkan telah mengambil semuanya kemarin, semuanya tanpa sisa. Namun selain itu, yang lagi-lagi membuatnya puas adalah raut wajah Nyonya Han sekarang. Astaga, ia bahkan ingin tertawa terbahak-bahak karenanya.
"Sialan!" Umpat Nyonya Han. Sungguh, ini di luar perkiraannya. Jika bukan di brankas, lalu dimana anak-anak tirinya menyimpan barang-barang berharga mereka? Pikirnya.
"Apakah mereka tidak terbiasa menyimpan sesuatu di brankas? Atau... ada seseorang yang mengetahui passcode-nya dan telah membukanya lebih dulu?" berpura-pura bodoh, hanya itu yang harus Ji Ahn lakukan sekarang, dengan cara melontarkan pertanyaan itu misalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Ambition
FanfictionAn ambition. Sebuah ambisi. Setiap orang, bahkan semuanya - mereka pasti memilikinya. Entah besar atau kecil. Entah benar atau salah. Itu adalah naluri alami manusia. Gadis itu, dengan ambisinya. Hanya balas dendam, tidak yang lain. Hanya mengubah d...