sembilan

2.6K 302 39
                                    




Happy reading  guys






Haechan menatap pintu ruangan di depannya. Kedua telapak tangannya sedikit berkeringat karena gugup mengingat ini pertama kalinya ia akan berhadapan langsung dengan sang direktur. Ia mengetuk pintu kayu mahoni berwarna coklat tua itu beberapa kali sebelum akhirnya sebuah suara dari dalam memerintahkannya untuk masuk.

Dengan langkah perlahan ia mulai menapakkan kaki melewati pintu setinggi 2 meter itu. Setelah berada di dalam, ia menutup pintu sepelan mungkin, namun tetap saja sebuah debaman pelan terlepas dan menggema di ruangan persegi panjang yang cukup luas itu.

"Ah Haechan-ssi, senang melihatmu!" Seru sang direktur senang seraya bangkit berdiri dari kursi tempatnya duduk. Sebuah senyum lebar menghiasi wajah kekanak-kanakan pria paruh baya yang rambutnya mulai memutih itu, membuat wajah gemuknya terlihat semakin bulat.

Haechan tersenyum tipis lalu sedikit membungkuk kearah sang direktur. "Sajang-nim," sapanya sopan.

"Ya ya, duduklah!" Dengan nada bicara yang menurut Haechan terlalu bahagia dan antusias, ia meminta sang model untuk duduk di sofa tamu. Melihat Haechan yang tak beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri, sekali lagi ia berseru, "Ayo duduk, Haechan-ssi. Silahkan! Buat dirimu senyaman mungkin, ne?!"

"N-ne, sajang-nim," ujarnya sedikit terbata namun tetap menurut. Ia duduk di sebuah sofa panjang sementara sang direktur duduk di single sofa sebelahnya.

"Aku memanggilmu kemari karena ingin membicarakan sesuatu!" Ekspresi dan nada bicaranya tiba-tiba berubah menjadi sangat serius. Sesaat Haechan menjadi takut, ia mengigit bibir bawahnya gugup. Mungkin si direktur sengaja memintanya datang untuk memarahinya karena dengan seenaknya ia menempati salah satu ruangan tak terpakai di gedung kantor itu tanpa ijin. Keramahan yang ditunjukkannya tadi mungkin hanya sebuah kedok awal sebelum ia mencerca Haechan dengan berbagai kata-kata kasar dan merendahkan.

Haechan tertunduk, "Ma-maaf, sajang-nim. Kalau anda tidak berkenan, aku akan secepatnya mengemasi barang-barangku dan mencari sebuah apartemen kecil untuk tinggal, tapi tolong beri aku sedikit waktu, sampai saat ini aku masih belum bisa mendapatkan tempat yang murah..."

Sang direktur terbahak mendengar semua kata-kata Haechan. "Haechan-ssi, kau salah paham," ujarnya. Ia mengatur napas setelah sesi tertawa yang ternyata cukup melelahkan wajah. "Aku memintamu datang bukan untuk memintamu keluar dari gudang itu. Sudahlah, kau bisa menempati tempat itu sesukamu. Sekarang ini yang aku inginkan justru memohon bantuanmu," lanjutnya.

"Bantuan?" Haechan menatap bingung sang bos. Tuan Chagmin -sang direktur- meraih kedua tangan Haechan yang terkepal kaku di atas pangkuannya. Dengan sedikit meremasnya pelan, ia menatap Haechan dengan pandangan memohon, "Hanya kau yang bisa melakukan ini untukku, jadi aku mohon dengan sangat padamu Haechan-ssi."

Ditatapnya sang direktur dengan mata sipitnya. Haechan merasa namja paruh baya di hadapannya ini sudah begitu baik padanya, jadi Haechan harus membalas budi, kan? Meskipun sedikit ragu-ragu, namun akhirnya ia mengangguk kaku menanggapi permohonan direktur yang sebenarnya masih belum jelas itu, "A-apa yang bisa aku lakukan?" tanyanya


Sebuah wig pirang panjang, mini dress dengan panjang tepat di atas lutut berwarna pastel, high heels 7 cm yang membuat kaki jenjangnya terlihat sempurna.

Sebuah penampilan manis namun masih terkesan seksi diperlihatkan Haechan dengan sempurna. Dengan langkah mantab ia berjalan melalui lobi. Sekarang tak ada lagi kegugupan yang nampak saat ia harus berpenampilan seperti itu di depan umum. Secara perlahan ia mulai terbiasa dengan baju dan make-up semacam itu. Dan lagi ia sangat yakin bahwa tak akan ada seorang pun yang akan mengenalinya disana, jadi ia tak risau sedikitpun tentang itu.

Ia berjalan cepat kearah elevator tepat sebelum pintunya tertutup. Segera ia menerobos masuk. Seorang namja berusia 20-an awal menatapnya tak berkedip selama beberapa saat ketika ia sudah di dalam. "A-anda mau ke lantai berapa, noona?" tanyanya sopan. Haechan bisa melihat namja itu menelan ludah gugup saat berbicara padanya.

"Lantai 21," ujarnya pelan. Ia meninggikan suaranya agar terdengar seperti yeoja. Sebetulnya agak sulit menginggat ia memiliki tipe suara berat dan agak serak. Tapi beruntung si namja muda tidak curiga sedikitpun.

Haechan hanya terdiam di dalam elevator meskipun ia tahu sejak tadi si namja muda mencuri-curi pandang kearahnya. Ia lebih suka bergelut dengan pikirannya sendiri selama perjalanan pendek ke lantai atas gedung hotel bintang lima itu. Ia mengingat kembali permintaan sang direktur beberapa jam sebelumnya.

Flashback

Mungkin kau tidak tahu Haechan-ssi, sejak beberapa bulan yang lalu financial perusahaan dalam kondisi tidak stabil. Sebenarnya sedikit lebih baik setelah kau datang kemari dan menjadi model, tidak bisa dipungkiri kau ini sudah menjadi favorit di kalangan pecinta crossdress ataupun para gay. Tapi tetap saja ada beberapa masalah keuangan yang masih belum bisa teratasi meskipun penjualan meningkat drastis selama beberapa bulan. Secara kasat mata, dengan sangat perlahan namun pasti, kita sedang menuju jurang kebangkrutan. Dan terus terang aku tidak tahu harus berbuat apa."

"Beberapa hari yang lalu seseorang menelponku dan menawarkan bantuan, dia bersedia memberikan modal tambahan untuk perusahaan ini. Tapi...orang itu mengajukan sebuah syarat dan hanya kau yang bisa memenuhinya."

"Syarat, sajang-nim? Boleh aku tahu apa itu?"

"Dia meminta agar kau yang melakukan negosiasi dengannya. Malam ini, kau diminta datang untuk menemuinya di Hotel Ridin' kamar 2113 lantai 21 tepat pukul 7 malam, dan kau harus crossdress. Dia memberi sebuah kunci untukmu agar kau bisa langsung masuk kesana tanpa perlu mengetuk pintu lebih dulu. Jadi bisakah kau menolong orang tua yang sangat membutuhkan bantuanmu ini?" Tuan Changmin mengeluarkan sebuah key card dari salah satu saku jas-nya.

Tbc

Coba tebak siapakah orang yang inggin bernegoisasi dengan haechan?

Lanjut?

oOo

I Turn To You Season 1 & 2 {JAEHYUCK } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang