🌺🌺🌺🌺🌺"Cukup bagiku bisa mengenalnya. Aku cukup bahagia bisa menjadi sahabatnya."
-Fatim-
🌺🌺🌺🌺🌺
Hari ini di sekolah terasa sangat menyenangkan. Walaupun teman-temanku masih ada beberapa yang sinis. Melihat dengan lirikan yang entah. Mencibir siapapun yang mereka suka, tapi sudah tak ada lagi yang menghina nama. Karena memang benar, setiap nama mempunyai arti yang istimewa.
Pernahkah kau berpikir ataupun menyadari?
Saat kita disibukan dengan kegiatan, waktu akan terasa sangat cepat berlalu. Seperti yang saat ini aku rasakan. Enam tahun pun terasa sangat singkat dan aku belum siap, jika harus berpisah dengan Sucipto.
"Cipto, nanti setelah lulus mau sekolah di mana?"
"Mmm, mungkin diboyong ibu ke Malaysia," jawab Sucipto sembari memperlihatkan secarik kertas.
Sebuah sketsa yang di dalamnya ada lima orang. Kata Sucipto, di situ ada kakek, nenek, ibu, dan adiknya. Ayahnya telah meninggal tiga tahun yang lalu. Cowok berbibir tipis itu juga membuat sketsa gundukan tanah dengan batu nisan. Makam sang ayah.Sepertinya itu kertas yang sama. Berarti sketsa ini yang kemarin dibuat oleh Sucipto. Bodohnya, aku kira waktu itu dia membuat surat cinta atau puisi romantis untukku.
"Aa-ku boleh ikut ke rumahmu?
"Ya, ayo!" Sucipto menyetujui permintaanku.
Segera kami menaiki sepeda ontel berwarna hitam dengan garis merah yang berada di halaman sekolah. Aku dan Sucipto hampir setiap hari pulang bersama. Lumayan. Bisa menumpang, aku hanya tinggal duduk manis di sepeda. Walaupun sebenarnya lebih nyaman jalan kaki. Karena duduk di kerangka sepeda itu menyiksa. Jika bukan bersama Sucipto, pasti aku tolak mentah-mentah tawaran itu.
"Eh, tapi mampir ke rumahku dulu, ya. Aku mau izin sama bapak ibu dulu," pintaku.
Sucipto mengiyakan. Saat berdua di atas sepeda seperti ini bagiku sangat menyenangkan. Itu sebabnya aku ingin ikut cowok berbibir tipis ini ke rumahnya. Supaya bisa lebih lama tentunya.
Rumah Sucipto lumayan jauh. Jadi aku akan bisa lebih leluasa dalam posisi seperti ini. dibonceng cowok berbibir tipis itu adalah salah satu hal terindah yang aku rasakan.
Namun, sebentar lagi kami akan berpisah. Cukup bagiku bisa mengenalnya. Aku cukup bahagia bisa menjadi sahabatnya. Tak akan meminta lebih.Saat ini, aku ingin mengukir sejarah yang nantinya bisa dikenang bersama. Sebelum aku benar-benar tak lagi bisa berjumpa dengan Sucipto.
Sepeda melaju dengan santai. Tidak begitu lama, kami telah sampai di halaman depan rumahku. Ibu dan bapak sudah datang. Meminta izin pun tak memerlukan waktu lama. Karena memang Bapak dan ibu telah mengenal baik Sucipto.
Enam tahun bersama. Cowok berbibir tipis itu adalah orang yang pertama kali aku kenal di sekolah. Ah, mungkin Sucipto sudah menganggap aku sebagai adiknya sendiri. Tak lebih dari itu.
Kami kembali menaiki sepeda. Menyusuri jalan raya. Berpapasan dengan suara klakson mobil dan bus.
Bagi kami kemacetan tak terlalu mengganggu. Hanya asap dari kendaraan bermotor yang terkadang membuatku terbatuk-batuk.
Sucipto lihai mencari celah kosong di antara mobil-mobil yang berhimpitan. Aku mulai lelah. Bokongku pegal, ingin segera duduk di sofa yang empuk. Biasanya jam segini aku sudah tidur-tiduran di kamar sambil membaca buku.
"Cipto, ini masih lama, kah sampainya?"
"Apa?" Sepertinya Sucipto tak mendengar suaraku.
Mobil, bus, sepeda motor, dan truk itu membunyikan klakson bergantian, kadang bersamaan. Membuat pendengaran kami terganggu.
Sucipto menepikan sepeda di sebuah pinggir sebuah danau. Jauh dari kebisingan kendaraan.
"Tadi Kamu mau ngomong apa?"
"Aku tadi nanya, rumahmu masih jauh apa enggak. Udah itu aja, sih," jawabku. "Eh, ini danaunya bagus banget, aku baru tahu kalo di sini ada tempat kayak gini."
"Kamu, sih di rumah terus. Enggak pernah main ke luar," ejek Sucipto.
"Pertanyaanku belum dijawab, loh."
Kami duduk bersisian, menghadap danau yang begitu jernih dan tenang. Terbuai semilir angin yang menyapa. Aku menguap. Ini jam tidur siang. Harusnya aku sudah tidur lelap di kamar.Sucipto menunjuk rumah di sebrang danau, terlihat amat kecil dari sini. Katanya di situlah tempat tinggalnya. Aku menganga. Itu cukup jauh. Pasti selama ini perjalanan yang dilalui sangat melelahkan.
Cowok berbibir tipis itu menggelengkan kepala. Dia sama sekali tak pernah merasa lelah. Baginya menimba ilmu sangatlah menyenangkan. Itu sebabnya Sucipto mau diboyong ke Malaysia. Karena jika melanjutkan sekolah di sini, ibunya tak mau membiayainya. Nanti setelah adiknya lulus dari sekolah dasar pun akan menyusul ke Malaysia.
Malaysia memiliki beberapa jenjang dalam pendidikan. Pendidikan prasekolah atau yang disebut dengan 'tadika', yang mengajar anak mulai usia empat sampai enam tahun.
Pendidikan ini bukan merupakan pendidikan wajib dalam sistem pendidikan di Malaysia. Sekolah tadika diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Selain sekolah tadika, sebagian besar Sekolah Kebangsaan memiliki kelas prasekolah. Kelas khusus ini diperuntukkan untuk anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah. Pendidikan Rendah Pendidikan rendah di Malaysia ditempuh selama kurun waktu enam tahun pada usia tujuh hingga dua belas tahun.
Mata pelajaran wajib yang diajarkan ialah Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris. Sekolah rendah di Malaysia dibagi dua jenis ada sekolah kebangsaan dan sekolah jenis kebangsaan. Untuk kurikulum yang diterapkan di kedua sekolah tersebut sama. Perbedaan yang mencirikan dua sekolah ini ialah bahasa pengantar yang digunakan. Untuk Sekolah Kebangsaan menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, sementara Sekolah Jenis Kebangsaan menggunakan Bahasa Tamil atau Bahasa Mandarin.
Pendidikan Menengah Sekolah Menengah di Malaysia berlangsung selama lima tahun. Bahasa yang digunakan sebagai pengantar ialah bahasa Melayu untuk semua mata pelajaran, kecuali Sains dan Matematika. Pada sekolah ini pula, siswa akan diarahkan untuk memasuki jurusan IPA (sains) atau seni (arts). Dalam hal ini siswa diberikan kebebasan untuk memilih sendiri, tapi jurusan IPA cenderung lebih populer.
Selama menempuh pendidikan menengah, siswa diwajibkan mengikuti aktivitas ekstrakurikuler seperti Kelompok Umum (Uniformed Groups), Penampilan Seni (Performing Arts), Klub dan Kemasyarakatan ( Olahraga dan Permainan (Sports and Games).
Selanjutnya pendidikan Pra-Universiti merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan untuk menempuh studi tingkat enam di berbagai institusi pendidikan seperti Politeknik. Terdiri dari tingkatan rendah dan tingkatan atas yang ditempuh selama dua tahun. Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi mereka yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi di Malaysia.
Pengajian tinggi merupakan program pendidikan tinggi yang ada di Malaysia. Pada jenjang ini, kerajaan memberikan subsidi atau beasiswa yang cukup besar di berbagai universitas yang ada di Malaysia. Dalam pelaksanaannya, pengajian tinggi ini diatur oleh Kementrian Pengajian Tinggi Malaysia.
Sucipto bercerita panjang lebar. Aku hanya diam menyimak. Anehnya rasa kantuk menghilang. Hampir dua jam sepertinya, cowok berbibir tipis itu menjelaskan tentang pendidikan di Malaysia. Ia sangat antusias menceritakannya.
🌺🌺🌺🌺
Coba bantu Fatim menganalisis perbedaan dan persamaan, antara pendidikan di Malaysia dengan pendidikan di Indonesia.
🌺🌺🌺🌺

KAMU SEDANG MEMBACA
PANGGIL AKU FATIM
Teen FictionFatim panggilannya. Perempuan minimalis ini tak suka dengan nama lengkapnya. Siti Fatimah. Kampungan! Namun, setelah mendengar sejarah tentang Sayyidah Fatimah, putri Rasulullah. Perasaan itu berubah 180°. Kehidupan Fatim penuh dengan perjuangan. Se...