[Apa Arti dari Namaku?]

71 22 0
                                    

🌺🌺🌺🌺🌺

"Aku hanya sedikit manja,
bukan anak durhaka."

-Fatim-

🌺🌺🌺🌺🌺

Sekolahan tempatku menimba ilmu tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya berjarak sekitar sepuluh meter. Di sepanjang perjalanan aku memikirkan Bu Romlah. Mengapa kemarin langsung menyetujui usulanku? Padahal tidak ada  pelajaran sejarah di semester ini.

Ya, sudahlah … lagi pula tak akan ada yang berani membantah perintah Bu Romlah. Sekarang yang harus dipikirkan adalah mencari tahu arti dari nama Siti Fatimah.

Entah, kenapa nama kampungan itu yang tersemat dalam diri ini. Di balik cemoohan teman-teman di kelas. Aku sebenarnya setuju, tapi bukankah aneh jika menghina nama sendiiri?

Aku sudah sampai di teras rumah, tapi pintu masih tertutup rapat, bahkan mungkin masih terkuci. Bapak dan ibu pasti belum pulang dari pasar. Orang tuaku bekerja sebagai penjual kue-kue basah. Sebelum aku terbangun mereka berdua sudah menyiapkan dagangannya.

Sebagai anak yang berbakti, aku selalu membantu bapak dan ibu. Keahlianku yaitu mencicipi kue variasi terbaru. Hasilnya tentu mampu membuat perut ini bahagia, Kenyang. Kata-kata mutiara dari Ehsan dalam serial Upin dan Ipin menjadi mottoku. Perut kenyang hati pun senang.

Berbicara tentang pencicip makanan mengingatkanku dengan kejadian yang diceritakan bapak. Tahun 2008 China menghadapi masalah keamanan pangan serius. Saat itu ada keracunan makanan yang menimpa atlet Olimpiade Beijing. Pihak berwenang selanjutnya menyelidiki makanan yang diberikan pada atlet dan pengunjung olimpiade serta memantau penanganannya.

Akhirnya diberlakukan penjagaan ketat selama 24 jam di dapur. Ada juga komputer yang memantau hal-hal lainnya, seperti suhu penyimpanan makanan. Cara unik yang tak pernah aku lupakan dalam cerita ini ialah pemerintah China melibatkan tikus-tikus sebagai pencicip makanan sebelum diletakkan di piring manusia.

Menurut Biro Inspeksi Kesehatan Kota Beijing, tikus dipekerjakan karena racun atau kontaminan akan bedampak cepat pada mereka, jika di dalam makanan itu benar mengandung zat berbahaya.

Gejalanya akan tampak dalam tujuh belas jam atau bahkan lebih cepat. Sebelumnya, tikus-tikus juga dipekerjakan sebagai pencicip makanan di pertemuan pucak Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik demi menjaga keamanan para petinggi negara.

Aku tak ada niat menyamakan diri ini dengan tikus. Justru aku rasa pekerjaan tikus-tikus itu lebih keren, dibandingkan aku. Ya … ya … ya … perbandingan yang tak akan sebanding. Makan yang bisa bearakibat mati, karena keracunan dan makan yang berakibat kenyang, karena terlalu banyak varian.

Aku tidur-tiduran di teras rumah, sembari menunggu kedatangan bapak dan ibu. Terlentang di atas lantai keramik. Memberi sensasi dingin yang membuaiku terlelap di cuaca pinggiran kota yang terik.

***

“Fatimah, bangun, Nak.”

Aku menguap. Perlahan kedua mata ini terbuka. Meskipun enggan, karena kantuk masih melanda. Di hadapanku sudah ada ibu dan bapak yang menyunggingkan senyuman.

“Ibu, Bapak, apa arti dari namaku?” tanyaku polos sambil mengucek-ucek mata.

Tawa kedua orangtuaku meledak. Padahal aku bertanya serius, bukan bercanda. Apalagi melawak.

“Kamu masih mimpi, ya, Nak?” ibu menepuk-nepuk pipi tembamku.

“Ibu, sih, anak lagi enak-enak tidur malah dibangunin. Ngelantur ‘kan jadinya.”  Bapak menjawil hidung ibu,  kemudian beranjak dan membuka pintu rumah yang masih terkunci.

PANGGIL AKU FATIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang