[Aftab Fathian]

57 10 5
                                    

🌺🌺🌺🌺🌺

“Sorot mata itu sangat menawan.”

-Fatim-

🌺🌺🌺🌺🌺

Ibu berulang kali meminta maaf karena telah memaksakan perjodohan itu. Perasaanku masih entah. Tak dapat dideskripsikan.

“Bulan depan bapakmu yang ke sini, gantian ibu yang bikin kue di rumah,” ucapnya sembari berpamitan.

Aku mencium tangan ibu. Lalu menatap punggungnya yang hilang bersamaan dengan kedatangan ojek online yang dipesan.

***

Hari ini jadwal kajian bersama Kiai Hasan. Novi, Indah, dan teman-teman lainnya di kamar az-Zahra sudah berangkat terlebih dahulu.

Tinggal aku sendiri di sini. Masih berkutat di antara tumpukan buku, mencari pena yang mungkin terselip. Sebuah pena khusus untuk memberi makna di dalam kitab.

“Duh, lima menit lagi bakal dimulai kajiannya. Mana belum ketemu lagi, ck,” gerutuku.

“Fatim, kamu enggak ikut kajian?”

“Astaghfirullah, Kak Nisa ngagetin aja.”

“Lagian kamu fokus banget, sampe enggak sadar ada orang masuk kamar. Ayo, cepetan berangkat, nanti telat.”

“Duh, Kak. Penaku hilang.”

“Nyarinya sambil baca ad-Duha, insya Allah bisa cepet ketemu. Udah, ya … aku duluan. Kalo mau pakai penaku aja di atas lemari.” Kak Nisa menunjuk lemarinya, mengucapkan salam. Kemudian meninggalkanku dengan berjalan terburu-buru.

Tak ada salahnya menerima tawaran Kak Nisa, kalau harus terus mencari. Bisa-bisa kajian kitab sudah selesai terlebih dahulu.

Aku mengambil pena yang tergeletak di atas lemari Kak Nisa. Oke, semua sudah siap. Nanti setelah kajian, akan kucari pena itu diiringi dengan mambaca surat ad-Duha.

Aku berlari, tak cukup waktunya jika hanya berjalan cepat. Namun, ketika sudah di luar wilayah santri putri aku berjalan menunduk.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.’” (QS. An-Nuur: 30-31)

Menundukkan pandangan dan juga menjaga kemaluan adalah hal yang sangat penting. Sekarang banyak pasangan suami istri yang menikah akibat kecelakaan (married by accident).

Menundukan pandangan bukan hanya berlaku untuk kaum adam. Pasalnya, para wanita juga disuruh menundukkan pandangan, tidak boleh memandang aurat dan memandang laki-laki dengan syahwat dan pandangan yang terlarang.

Semoga saja diriku terlindungi dari perbuatan zina.

Brak ….

Entah apa yang aku tabrak, yang jelas kitab Bulughul Maram untuk kajian bersama Kiai Hasan terjatuh.

PANGGIL AKU FATIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang