[Surat Misterius]

55 11 1
                                    

🌺🌺🌺🌺🌺

Peraturan itu untuk ditaati, bukan untuk diingkari.

-Fatim-

🌺🌺🌺🌺🌺

ku dapat menghirup napas lega, karena Novi kali ini tak pulang bersamaku. Gadis berkaca mata itu mampir ke koperasi untuk membeli sabun, karena sabun miliknya hilang entah ke mana.

Aku memastikan jika hanya seorang diri di kamar ini. Selama tadi di kelas gelisah dan rasa penasaran membuatku tak fokus belajar.

💌

Teruntuk Fatim

Tolong biarkan aku mengaggumimu dari kejauhan ….
Aku tahu jika semua ini tak benar, bahkan termasuk pelanggaran ….
Namun, aku tak kuasa memendam rasa ….
Tak setangguh Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang menyatakan cinta saat meminang Fatimah Az-Zahra ….

Dariku

A.F

Perlahan pintu kamar terbuka. Aku terburu-buru menyimpan surat misterius ini. Tak ingin ada satu pun orang yang tahu keberadaanya.

Ada Indah dan Novianti di balik pintu kamar. Tumben mereka berdua tampak akur.

“Kak Fatim sendirian aja, di sini?”

Aku mengangguk kikuk, tapi berusaha tersenyum senetral mungkin. Ah, pantas saja mereka akur. Ternyata keduanya membicarakan topik yang sama-sama diminati.

Aku sedikit mencuri dengar percakapan mereka. Walaupun santri putra dan santri putri selalu dipisahkan, baik itu sekolah, mengaji, makan, dan lain sebagainya. Masih ada saja beberapa dari mereka yang bermain cinta. Berkedok pacaran syar’i.

“Kak Novi ‘kan santri baru, jangan mau tergoda santri putra. Apalagi kalo ada yang nyatain cinta.”

“Kenapa? Kena hukuman pake jilbab warna-warni?” Novi mengangkat bahunya.

“Bukan, Kak … bisa jadi itu cuma bahan taruhan,” tegas Indah. Gadis yang masih memakai seragam rok biru dongker itu menggeleng dan menggoyang-goyangkan tangannya. Mengisyaratkan suatu hal yang benar-benar tak boleh terjadi.

DAMN!

Seakan ada sebuah bom waktu yang kapan saja siap meledak. Aku baru sadar surat misterius itu bisa mengantarkanku ke pintu pelanggaran dan berakhir memalukan. Lebih parahnya lagi kalau perasaan wanita dijadikan bahan taruhan.

Aku tak bisa membiarkan semua itu terjadi, tapi harus bagaimana? Banyak larangan yang tak boleh dilakukan. Ah, ya … ada sebagian santri  yang mengatakan bahwa fungsi peraturan itu untuk dilanggar. Namun, hal itu tidak berlaku untukku.

Peraturan itu untuk ditaati, bukan untuk diingkari. Aku jadi teringat serangan virus korona beberapa tahun silam. Saat masyarakat dihimbau untuk di rumah aja. Ternyata tidak berlangsung lama. Mereka tak tahan berlama-lama terkurung di rumah.

Pasar-pasar kembali ramai, jalanan kembali macet. Pemerintah mulai bersiap menghadapi kehidupan baru dengan menata perekonomian yang terpuruk. Bagaimana kondisi Indonesia saat itu? Padahal perang menghadapi fase kritis penyebaran virus korona belum juga usai. Mengapa peraturan sangat sulit ditaati?

Ibu dan bapakku memang tak mengikuti himbuan untuk di rumah aja, tapi itu dikarenakan kondisi terdesak. Sementara aku tetap bersabar di dalam rumah. Sama sekali tidak pernah keluar.

PANGGIL AKU FATIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang