Part 6

1.7K 126 6
                                    

Waktu terasa berjalan lambat bagi Kirana. Berulang kali ia melirik jam dinding di ruangan tersebut, tapi Alex belum ada tanda-tanda menyudahi perbincangan tentang kerjasamanya itu.
Kirana merasa sesak satu ruangan dengan Alex.

Berbanding terbalik dengan Alex, pria itu  memang sengaja mengulur waktu, dia menikmatinya, melihat wajah cantik Kirana yang gelisah tak menentu.

Satu jam berlalu, akhirnya meeting selesai. Kirana menghela napas lega. Akhirnya dia bisa pergi meninggalkan tempat ini. Masih terbayang di benak Kirana, bagaimana mata Alex berkilat ketika mereka bertemu pandang tadi. Hii... Kirana bergidik ngeri mengingatnya.

Lain kali ia berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan mau ikut dengan Vano jika harus kembali ke sini. Alasan apa pun akan dia cari.

"Mau makan dulu?" tanya Vano tiba-tiba, ketika mereka berjalan menuju lift.

"Maaf, Pak. Saya harus pulang. Danish pasti sudah menunggu saya." sahut Kirana.

"Jadi, kamu belum dapatkan pengasuh untuk Danish?"

"Sudah, tapi Danish masih belum terbiasa."

Vano mengangguk. Berusaha mengerti.
Bahkan hanya untuk mengajaknya makan sangat sulit. Batin Vano.

"Pak Vano." seru seseorang di belakang mereka.

Vano dan Kirana menoleh bersamaan. Mereka mendapati Zidan yang tengah berdiri dengan napas terengah.

"Ada apa?" tanya Vano heran.

"Maaf, Pak Alex memanggil anda. Dia ingin bicara berdua saja dengan anda." sahut Zidan. Ia melirik ke arah Kirana yang berdiri di samping Vano.

"Sekarang?"

"Iya sekarang. Pak Alex bilang, ada hal yang perlu di diskusikan lagi. Hanya berdua saja."

Vano menoleh ke arah Kirana. Berdua saja?
Itu berarti Alex tidak mau Kirana ikut dalam pembicaraan.

"Kirana, kamu bisa tunggu saya di lobi bawah? saya akan segera kembali."

Kirana mengangguk. Ia justru senang tidak harus ikut kembali ke ruangan itu. Membayangkan tatapan Alex tadi, membuatnya bergidik ngeri.

Setelah kepergian Vano dan Zidan, Kirana kembali melanjutkan langkahnya.
Setelah pintu lift terbuka, tanpa membuang waktu, Kirana segera masuk ke dalam.
Namun, baru saja pintu akan tertutup, seseorang menahannya dengan tangan. Sehingga pintu lift kembali terbuka.
Dan sosok pria dengan postur tinggi tegap, berjas biru masuk ke dalam.

Melihat siapa yang masuk ke lift bersamanya, dada Kirana terasa sesak.   Bagaimana tidak, pria itu adalah Alex. Dia menyilangkan kaki dan memencet tombol tutup, sehingga Kirana tidak bisa kabur ke luar.

Bagaimana bisa dia di sini?
Bukannya tadi asistennya bilang, ingin bicara berdua dengan Pak Vano?. Pikir Kirana.

"Halo manis, kita bertemu lagi."

Seringai tajam terukir di wajah Alex saat ini, membuat Kirana menciut.

"Anda mau apa? jangan macam-macam atau saya akan berteriak."

Alex tertawa kencang mendengarkan ucapan Kirana.

"Teriak kamu bilang? memang kamu pikir gedung ini punya siapa?"

Kirana terdiam.
Alex benar, dia bisa melakukan apa saja di sini. Aku harus cari cara untuk kabur.

"Jangan berpikir untuk kabur dariku lagi. Aku gak akan membiarkan itu sekarang!" tukas Alex tajam.

Ting.
Pintu lift terbuka, Alex pun langsung menarik tangan Kirana untuk keluar. Mereka berada di lantai bassemant sekarang.
Berulang kali Kirana mencoba melepaskan diri, tapi selalu gagal. Alex terlalu kuat mencengkram tangannya.

KIRANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang