Keputusan

2K 145 2
                                    

🌸🌸🌸
"Kiran... Kamu di panggil ke ruangan Pak Adi." seru Rara pada Kirana yang sedang sibuk bekerja membuat pola.

Kirana mengusap peluh yang mengalir di keningnya, dengan selembar tisu yang selalu ia siapkan.

"Kenapa ya?" tanya Kirana bingung.

"Gak tau. Kamu temuin aja. Mungkin mau naik gaji. Hehe." seloroh Rara.

Kirana hanya tersenyum menanggapi candaan Rara. Dia melenggang menuju ruangan Pak Adi, bos sekaligus pemilik konveksi tempatnya bekerja.

Tok. Tok. Tok.

"Permisi, Pak. Saya Kirana."

"Ya masuk aja." sahut suara berat Pak Adi di dalam.

Setelah di persilahkan masuk, Kirana membuka pintu dengan perlahan. Matanya sedikit terkejut, ketika mendapati kalau Pak Adi tidak sendiri di sana.

"Kirana? kenapa melamun? Ayo duduk!" ucap Pak Adi, begitu melihat Kirana tetap berdiri diam, di ambang pintu.

"Baik, Pak." Kirana memilih duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan dua orang pria itu. Dia meremas kedua tangannya sendiri. Hatinya cemas berusaha menebak-nebak, apa yang membuat Pak Adi memanggilnya ke sini.

Ia tidak sadar, kalau di balik kecemasannya saat ini, ada seorang pria yang tengah menatapnya dengan penuh kekaguman bahkan sampai tidak berkedip. Sejak Kirana masuk, sampai wanita itu duduk dan kini menundukkan wajahnya.

"Ehemm. Perkenalkan dia adalah Kirana. Pekerja di sini yang tadi saya bicarakan pada anda." ujar Pak Adi.

"Kirana, dia adalah Vano. Pengusaha dari Jakarta." lanjut Pak Adi.

Kali ini Kirana mengangkat wajahnya, ikut menatap ke arah pria yang di kenalkan oleh Pak Adi tadi. Dia tersenyum sopan, membalas senyuman Vano yang di tujukan padanya.

"Jadi begini, Vano itu mempunyai bisnis Fashion di sana. Dia mempunyai brand sendiri. Cabang butiknya sudah banyak. Dan sekarang dia ingin mencari desainer yang berpengalaman untuk di percaya memegang satu butiknya. Benar begitu, Van?"

Vano mengangguk seraya menatap Kirana. "Pak Adi bilang, kamu lulusan Fashion Desaign di universitas X ya? saya lihat pola dan gambar kamu juga unik. Kamu akan berkembang kalau mau ikut bekerja dengan saya. Masalah kontrak dan yang lainnya akan kita bicarakan setelah kamu setuju."

Kirana terdiam. Perkataan Pak Adi dan Vano tadi berhasil mengejutkannya. Desainer?
Itu adalah sesuatu yang dia impikan sejak kecil. Bohong kalau Kirana tidak senang mendengar kabar ini, bahwa ia akan di rekrut untuk menjadi desainer di butik yang mempunyai brand.

Melihat Kirana yang tidak juga menjawab, Pak Adi akhirnya angkat bicara. Dia tahu tidak mudah untuk wanita muda itu membuat keputusan begitu saja.
"Begini saja Kiran, kamu pikirkan dulu matang-matang, rundingkan dengan ibumu di rumah. Saya tahu tidak mudah buat kamu untuk membuat keputusan ini. Tapi ini kesempatan besar buat kamu, Kiran."

"Tapi, Pak..." Vano baru saja ingin bicara. Namun Pak Adi menatap pria itu dengan penuh arti. Membuat Vano kembali terdiam.

Vano teringat pembicaraannya dengan Pak Adi beberapa menit lalu, sebelum Kirana datang. Bahwa tidak akan mudah untuk membujuk wanita itu. Harus menunggu dengan penuh kesabaran. Pertama kali Vano melihat hasil desain Kirana, ia sudah merasa tertarik. Apalagi begitu melihat wujud dari sang pembuat desain yang sangat cantik dan anggun di matanya. Ada yang berdesir aneh di dalam hatinya saat ini.

"Baiklah, Pak. Akan saya pikirkan." sahut Kirana.

Dia pun akhirnya pamit undur diri, untuk melanjutkan pekerjaannya. Setelah keluar dari ruangan Pak Adi, pikirannya menerawang. Kembali mengingat kenangan pahit lima tahun lalu.

KIRANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang