سبعة عشر (17)

37 22 0
                                    

Aku berjalan cepat begitu sudah sarapan pagi dan mengambil kunci mobilku, Lambo.

Tancap gas dengan kecepatan sedang untuk sampai di kampus lebih cepat. Begitu sampai, aku pun segera memarkirkan mobilku dan segera turun.

Orang-orang menatapku takjub (mungkin). Bahkan aku dapat mendengar orang-orang yang membicarakan ku.

"Wah, walaupun sederhana, dia tetap bisa keren dan cantik. Walau cuma pakai sweater dan rok."

"Alah, jelek juga. Sok yes pula padahal cuma pake mobil gituan."

"Terus genit juga sama senior Kak Reza, anak rektor."

"Bilang aja kalo gak mampu."

"Dinsal!!"

Merasa mendengar orang memanggil, membuatku menoleh ke belakang. Dan benar saja, itu Reza. Dia menghampiriku. Nafasnya sedikit terengah-engah.

"Jangan lari kencang-kencang nanti asmamu kambuh."

"Maafin jenderal, wahai ibu negara."

"Apaan dah."

Dia berjalan mundur. Menatap dan tersenyum hangat di depanku. Aku agak sedikit risih. Aku mulai panik saat di belakangnya ada genangan air.

Membuatku segera menariknya otomatis membuatku jadi memeluknya. Reza terkejut dan aku hanya mampu menahan malu. Semua orang menatap kami berdua.

"Cukup atuh jangan lama-lama. Ngomong aja modus haha." dengan cepat ku dorong dia dari hadapanku.

"Apaan sih kak. Kok kesel sendiri sih. Aku duluan ya masuk kelas."

"Nanti aku antar ke rumah ya!!"

"Nggak bisa, aku bawa Lambo!!"

"Bisalah itu diurus, Din."

"Hmm... nantilah kalo gitu. Aku pikir-pikir dulu."

Jam pulang pun tiba. Aku pun keluar dan terkejut melihatnya yang ternyata sudah menungguku di depan kelas. Dia pun mengajakku untuk masuk ke mobilnya.

"Gimana mobilku??"

"Sudahlah, aku sudah minta tolong sama kak Frengky buat ambil mobil ini dan kunci mobilnya sudah ku titipkan sama pak satpam."

Reza membukakan pintu kanan untukku. Dia menyuruhku masuk dan duduk. Begitu sudah, dia pun masuk ke mobil. Kami pun segera pergi dari kampus itu.

Sampailah kami di tempat ini!? Rumah pohonku!! Reza mengajakku untuk duduk di pinggir danau. Dia pun berdiri dan pergi lalu kembali dengan membawa beberapa tangkai ilalang.

Tanpa sadar, aku merasa aneh. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati. Ku tatap dirinya yang tengah melempar batu kerikil ke danau membuat muncul gelombang gitu.

Dia sadar aku menatapnya dan dia pun tersenyum padaku membuatku ikut tersenyum juga.

***

Aku pun telah tiba di bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2 dengan selamat. Vika dan Firzah yang menjemput ku.

Adikku langsung memelukku erat. Dapat ku rasakan air matanya yang jatuh dan membasahi sedikit pakaianku.

Kami bertiga pun segera pulang ke rumah. Saat sampai dan duduk santai, datanglah Vika yang telah membuatkan minuman untukku, untuknya dan Firzah juga. Hening. Tak ada yang membuka mulut duluan.

"Ada apa dengannya Vika??"

"Kenapa bang??"

"Ini tentang Dinsal-ya!!"

Dear You - Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang