ثلاثة (3)

116 31 2
                                    

Tanpa terasa, sekarang memasuki semester enam alias semester terakhir aku di pondok ini. Kegiatan kami sebagai kelas akhir semakin sibuk.

Les, tugas, belajar buat ujian. Tapi sebelum perang dunia. Kami akan melaksanakan rihlah tarbiwiyyah -study tour- khusus anak kelas akhir dan ada sedikit adik kelas yang mengisi kekosongan kuota bus. Kami kan study tour selama +/- 7 hari ke Jogja dan Bandung.

Hari pertama kami berangkat dari pondok yang ada di Palembang. Pamit ke orangtuaku dan foto bareng Vika lalu jalan ke bus sambil membawa tas. Setelah menaruh barang di bagasi, saatnya masuk ke bus.

Aku sebangku dengan temen kelasku yang paling polos dan cilik, Alsa. Awal-awal perjalanan diputar dengan sholawat dan murotal yang membuatku dan para penumpang lain agak pusing.

Tapi kami harus menahannya karena guru yang ikut study tour ada dua guru killer, yaitu ustadzah Habibah dan Siska. Selain itu, ada lagi selain mereka berdua, yaitu ustadzah Ayu dan ustadz Asnawi yang baik hati eak.

Selain itu juga, kami semua bakal dipandu oleh dua kakak ganteng dan manis (asyique 😙 dalam hati) yaitu kak Tommi Oktavian (jangan digebetin udah ada istri dan anak) dan satu lagi, Sulaiman Wahab alias kak Wahab yang masih single (kayaknya nggak tau kalo udah ada pacar).

Perjalanan cukup melelahkan duduk berjam-jam di dalam bus. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah rumah makan di daerah Natar, Lampung Selatan. Sesuai janjiku ke papa mama. Setiap stop, harus nelpon dan wajib lapor kalo udah dimana.

"Halo ma."

"Kamu dimana nak?"

"Di Natar ma."

"Oh, nggak jauh lagi +/- 2 jam lahilah nyampe Bakauheni."

"Sudah dulu ya ma... Aku mau makan."

Telpon pun di putuskan oleh pihak seberang. Aku pun segera makan siang. Setelah selesai, kami pun akhirnya naik bus dan melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Bakauheni. Dua jam-an berlalu cepat, hingga sampailah di area pelabuhan.

Lalu ke dermaga yang di tunjuk petugas lalu masuk ke dalam kapal feri. Turun dari bus, naik ke bagian atas kapal melihat pemandangan selat Sunda yang membentang di seluruh penjuru.

Selain itu, ada yang unik, yaitu para pelompat yang akan terjun dari kapal untuk mengambil uang yang di lempar pengunjung ke laut biru. Seru bercampur ngeri jadi satu. Apalagi saat mereka melompat dari atas.

Kapal kan berlayar dua jam untuk sampai di pelabuhan Merak, Banten. Waktu pun memasuki senja. Bus pun berhenti di sebuah resto untuk makan malam dan singgah buat sholat.

Aku dan salah satu teman kelasku, Nadhira atau dipanggil Naya yang mana kami lagi halangan. Jadi kami makan duluan dan berfoto ria bersama adek kelas juga.

Hingga waktunya untuk melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta. Tujuan pertama besok adalah pantai Parangtritis. Malam semakin larut. Ini kebiasaanku kalo mudik keluar kota, yaitu suka begadang dan menikmati perjalanan di saat semua orang tertidur pulas.

Semakin larut, membuatku mengantuk dan tidur. Hingga waktu jam 6 pagi. Aku bahkan nggak sadar saat tour guide membangunkan seluruh orang di bus buat sholat subuh.

Sekarang, bus memasuki daerah Jawa Tengah, yaitu Klaten untuk menuju daerah Parangtritis. Saat sampai di saat semua orang lain main ATV, buat tiktok dan berfoto ria, sedangkan aku cuma menatap ke depan laut biru.

Hingga merasa ada sesuatu di sampingku. Tepat di sampingku (agak jauhlah) seorang cowok berdiri di sana. Namun, aku terpana melihatnya meski ia tak tampan seperti mantan-mantanku dulu.

Dengan kemeja dan levis yang ia pakai dan snickers. Itu cukup swag. Apalagi yang membuatku terpana, yaitu saat ia di terpa angin yang membuat rambutnya berantakan.

Dear You - Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang