اثنان (2)

146 33 4
                                    

Tanpa terasa, persahabatan antara aku dan Vika udah memasuki hampir 3 bulan lamanya. Kami sering berbarengan dan bercerita bahkan kami saling tertawa dengan berbagai cara meski itu terbilang hal yang di katakan biasa-biasa saja.

"Vika... sepertinya setelah ku pikir-pikir... aku terima deh penawaran kamu untuk ngenalin aku ke dia."

"Hah? Beneran ini?? Yeayyy..." ujarnya tiba-tiba memelukku saking bahagianya udah kek anak kecil dapet sekardus isi permen.

Aku yang terkejut cuma ikut suasana aja karena tak mampu mengelakkan diri bahwa memang aku juga bahagia karena aku kan di perkenalkan ke dia dan Vika sebagai jembatan yang kan menyambungkan antara aku dan Raihan.

Kadang disisi lain, aku memikirkan apa yang kan terjadi jika seluruh teman kelas 12 - atau bahkan satu angkatan- tahu dengan berita kedekatan aku dan dia nantinya.

Sebagaimana di ketahui bahwa Azizah dan Raihan yang notabene-nya terkenal sangat dekat di satu angkatan.

Terus kalo aku tiba-tiba tanpa ada asap dan api, aku di ketahui dan di beritakan dengan Raihan, kan bisa berabe tuh urusan.

"Intinya ukhti, kita serahasian aja dan tutup mulut." ujarnya berbisik di telingaku.

"Oke." balasku.

Kami pun saling bertos tangan ria hingga membuat orang-orang mengalihkan atensi mata mereka dari kegiatannya ke arah kami karena suara yang kami buat.

"Nama ig kakakmu itu apa??"

"Ini ukhti, @mhdwillyraihan."

"Oke, syukron ya adek ipar hahaha."

"Hah? (Terkejut) hahaha iya ayuk ipar awokawokawok." ujarnya dan ikut tertawa.

"Nanti kalo aku dijenguk, aku bakal langsung follow ig kakakmu."

"Matchiii. Semangat ya, ukhti pasti bisa kok." ujarnya sambil tersenyum manis. "Ukhti, aku sangat berharap kau bisa meluluhkan hati abang Raihan." ujarnya lagi dalam hatinya.

"Oke ya buat supportnya. Insya Allah aku bisa."

Aku tersenyum ke arahnya dan dia menggenggam tanganku yang semakin membuatku teguh dan semangat berkobar-kobar layaknya api unggun.

***

Keesokan harinya...

Minggu pagi ini cukup cerah di temani decitan burung-burung. Pagi ini kegiatan olahraga. Aku telah siap dengan setelan pakaian olahraga lengkap dengan sepatu yang terikat rapi di kaki.

Biasanya dua senam yang akan di putar. Dan yang paling wajib, senam santri sampai kami kadang merasa bosan dan gabut.

Kadang-kadang juga kami jogging keluar keliling perkampungan di sekitar daerah pondok. Dan kembali lagi masuk pondok, lalu minum susu dan sarapan pagi. Setelah itu bebas.

Di hari Minggu biasanya hari cantik-cantik. Karena di hari minggu ini para santriwati sibuk luluran, maskeran, dan cuci-mencuci sepatu dan lain-lain.

Biasanya mereka memakai gamis cantik karena mungkin mereka di jenguk orang tua mereka. Bahkan ada yang sampe pinjem baju buat di jenguk atau di omongin cantik dan ikut foto bareng temannya dengan handphone salah satu teman-temannya yang dijenguk.

Dan ini hal yang lumrah terjadi di pesantren Mumtaz 2. Termasuk aku yang hari ini dandan pake gamis yang cantik karena mau di jenguk papa dan mama serta adik. Ku ajak Vika ke tempatku di jenguk sambil menunggu mamanya datang.

"Mama, papa... (Menyalami tangan mereka diikuti Vika). Ini temenku Vika, dia hafidzah 30 juz."

"Wah anak yang manis, pinter hafal Al-Qur'an lagi." puji mamaku.

Dear You - Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang