ثلاثة و عشرون (23)

33 21 8
                                    

Wajahnya masih pucat pasi. Di genggamnya erat kartu itu di tangannya yang memucat juga itu.

Aku tak mampu berkata-kata. Dengan cepat, ku ambil semangkuk bubur ayam buat dia makan.

"Kuharap abang tak sempat dan tahu persoalan ini. Aku percaya banget dengan yuk Dinsal."

"Hah!? Mana mungkin... Dinsal-ya lamaran dengannya..."

Hening cukup lama dalam pikiran, aku pun menyuapi adikku, Vika.

"Dek, nanti aku temenin kamu ya ke acara Dinsal-ya dua minggu ke depan nanti."

Vika melongo menatapku tajam dan dia langsung memelukku erat. Terasa ada sesuatu yang menetes di pakaianku. Iya, itu air matanya.

"Aku begitu percaya sekali abang kan bahagia dengan yuk Dinsal."

Mendengarnya, hatiku seperti masuk ke ruang gelap nan sempit serta terasa pedih seperti teriris-iris. Ku usap punggungnya untuk membuatnya merasa senang.

***

Dinsal sekarang dalam keadaan sehat. Dan aku bersamanya sedang berada di sebuah butik pakaian pengantin. Ku bantu ia tuk memilih gaun untuk acara lamaran nanti.

"Bagaimana menurutmu kak?"

"Bagaimana menurutmu kak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah..."

Jujur, aku begitu terpesona melihatnya. Mataku tak berkedip sama sekali menatapnya dari atas hingga bawah.

"Kak Reza!! Menurutmu gimana??"

"Sangat bagus. Pilihlah beberapa baju, sepatu serta tas di sini yang kira-kira kamu suka."

"Hm, aku suka sih beberapa barang disini."

"Huh..."

"Kamu kenapa kak?"

"Aku haus nih, Din."

"Iya udah, aku pergi beliin kamu minuman sekitar sini." dia pun kembali ganti baju seperti tadi.

Dinsal pun pergi keluar dari butik itu buat beli minuman. Aku pun berdiri dan minta tolong ke pelayan yang tadi dekat dengan Dinsal untuk tahu barang-barang yang di sukainya.

Ada empat gaun. Yang di hitung-hitung pas banget buat gaun acara lamaran, prewedding, akad dan resepsi dengan dua sepatu hitam high heels serta flat shoes dengan hiasan batu swarovski.

Namun aku menambah lagi item yang dibeli dengan beberapa gaun, tas dan sepatu cats untuk hantaran.

Tak lama, datanglah Dinsal dengan minuman yang sudah di genggamnya. Dia terkejut bukan main.

Melihat begitu banyak barang bawaan yang aku beli. Untuk aku membawa para asistenku untuk membawakan barang itu ke mobil.

Sampailah kami di sebuah toko perhiasan emas dan berlian. Ku lihat dia yang dari kejauhan sedang bertanya-tanya pada pegawai toko itu.

Dear You - Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang