واحد و عشرون (21)

34 23 2
                                    

Seperti biasanya, aku gabut!! Hari ini mama dan adikku tak akan menjengukku.

Aku pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan di sana aku bertemu ukhti Jihan, Bag. Perpustakaan dan temen dekatku setelah kepergian ukhti Dinsal. Saling sapa sebentar. Ku berjalan menuju rak buku dan mengambil novel.

Ambil tempat duduk yang dekat jendela sambil melihat pemandangan banyaknya mobil yang hilir mudik keluar masuk area ponpes.

Aku hanya menundukkan kepalaku. Galau. Menutup buku. Ku tatap lagi ke arah bawah, yaitu gerbang dan aku terkejut.

"Ukhti Dinsal!!"

Iya, aku tahu dia akan datang. Begitu mendengarnya, mereka semua menghampiriku dan aku pun menaruh buku itu di rak lagi dan keluar di ikuti Ukhti Jihan, Sania, Adel beserta adek kelasku,yaitu Tiara, Syafa dan Keysya.

Jihan pun menitipkan perpus sama temen kelasku, Anggi yang juga rekan Ukhti Jihan di bagian perpustakaan.

Dan benar saja, namaku di umumin sebagai orang yang di jenguk. Saat ku turun ke lantai bawah arah kelas SMA.

Terlihat Ukhti Dinsal yang tersenyum ke arah kami dan ada kak Reza yang menemaninya.

Dia pun mengajak kami buat ke salah satu gazebo besar di sana dan duduk bareng.

Terlihat Ukhti Dinsal yang menatap kami dan bibirnya bergerak sambil memainkan jarinya, membuat kami dan kak Reza ikut bingung.

"Oh iya!!"

"Kenapa ukhti??"

"Aku lupa bawain kalian makanan nih hehehe. Oh iya ini kado buat kalian semua..."

Ukhti Dinsal pun memberi kami kotak yang tentunya berisi kado satu per satu dan kami berterima kasih padanya.

"Btw, adik-adik nih mau makan apa?"

"Mau geprek Bensu."

"Roti presiden!!"

"Thai Tea 555."

"Corndog."

"Chiki!!"

"Kalian ini!! Banyak amat maunya!!" ujar ukhti Dinsal pada kami membuat kami tertunduk.

"Jangan marah Dinsal!! Oke, nanti ku beliin." jawab Reza santai.

Kak Reza pun berdiri dan pergi ke mobilnya lalu pergi. Kami pun bercerita banyak tentang masa lalu saat kami masih bareng-bareng di pondok mulai dari kena sidang ustadzah, hukuman dan mahkamah.

Cukup lama waktu berlalu, akhirnya kak Reza datang dan melambaikan tangan ke kami seolah kode minta tolong. Aku dan yuk Dinsal pun menghampirinya. Betapa terkejutnya aku dan juga yuk Dinsal

Bayangin, ayam geprek delapan porsi, Thai Tea delapan gelas, delapan corndog, dua kotak besar roti presiden, dan Chiki dari minimarket tiga kantong besar. Aku yakin ini bisa lebih dari 500 ribu.

Kak Reza hanya menyuruhku dan yuk Dinsal untuk membawa Thai Tea dan roti presiden. Kami pun membawanya ke gazebo. Serta yang lain? Di bawa oleh dia.

Kami pun makan corndog dan minum Thai Tea tadi. Lanjut dengan makan ayam geprek dan yang terakhir di tutup dengan makan roti presiden. Pokoknya ini kenyang banget.

Terlihat yuk Dinsal yang merogoh sesuatu dalam tasnya. Dompet dan sebuah kartu seperti undangan gitu.

Ia membuka dompetnya dan terlihat mengambil lembaran uang lalu membagikannya ke kami masing-masing 100 ribu. Ini membuat kami cukup terkejut.

"Oh iya, ini buat kalian." kak Reza mengambil kartu yang ada di yuk Dinsal dan memberikannya padaku.

Aku pun melihatnya sebentar dan membacanya dalam hati. Seketika mataku membulat sempurna begitu membaca covernya dan nama yang tersemat disana.

Dear You - Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang