تسعة عشر (19)

41 22 0
                                    

"Ketika kita saling melengkapi namun tak saling terikat. Berharap ada pohon atau bahu yang di jadikan sandaran yang menyamankan. Namun, hingga akhirnya kita di pisahkan oleh ruang dan waktu. Tanpa sempat tuk menyatakan rasa terpendam di kalbu."

-Tokyo-

***

Akhirnya, dia di nyatakan koma oleh dokter setelah 3 hari tak sadarkan diri dan aku telah di nyatakan sembuh dan kini hanya mampu menatapnya lewat kaca di depan ruang rawatnya.

Tak ku sangka kalau dia memilih untuk menolak Raihan dan memilih untuk tetap denganku. Meski aku tahu sebabnya yaitu, tulang sumsum ku yang sekarang ada di tubuhnya.

Ku menatap wajahnya yang cantik itu meski tertutup masker oksigen, dia tetap terlihat cantik walaupun kulitnya pucat.

Sebuah tangan menepuk pundak ku. Aku menoleh ke belakang. Ternyata Daniel.

"Reza, ayo kita pulang ke rumah. Biarkan tubuhmu istirahat sejenak. Besok, kita bakal datang kesini lagi."

Aku pun akhirnya mau buat pulang meski perasaanku sungguh khawatir campur was-was karena tidak menjaganya. Aku mengucapkan selamat tinggal padanya dan pergi bersama Daniel.

***

Keesokan harinya. Ku bawa bucket bunga agar wanginya segar di seluruh ruang rawatnya itu. Tak lupa, bubur ayam dan roti isi panggang buatnya. Hingga ku sadari sesuatu. Jari telunjuknya bergerak!!

Kini, bola matanya yang bergerak-gerak meski mata itu belum membuka. Wajahku seketika berubah dari murung menjadi bahagia dan kini menatapnya dalam di saat dirinya mulai sadar.

"Mana yang lainnya?? Kan tadi rame."

"Kamu tidur hampir 4 hari."

"Hah?! Hahahaha... jangan bercanda kalau ngomong tuh. Jelas-jelas tadi banyak orang."

***

Reza pun menunjukkan layar handphonenya yang tertulis tanggal hari ini. Dinsal akhirnya juga ikut terkejut dan terdiam.

Dia pun pergi sebentar dan kembali dengan membawa kue tart cheese cake kesukaannya Dinsal. Dengan lilin-lilin kecil sebanyak 12.

"Dinsal, happy 12 years for our friendship!! Ayo kita tiup lilin. Huh..."

Mereka berdua pun tiup lilin sama-sama. Reza pun menyuapinya potongan kue itu ke Dinsal dan dia pun balik menyuapi kue tart itu padanya. Mereka berdua tersenyum.

Tanpa sadar, seseorang menatap mereka berdua dari kaca luar ruang rawat itu. Sakit?? Itu pastinya!! Namun dia hanya mampu tersenyum saat melihatnya bahagia.

Dengan langkah kaki yang pelan dan lemas, dia berjalan pergi keluar dengan kotak kecil yang sedari tadi dia genggam untuk di berikan pada perempuan di ruang rawat itu.

Seorang perempuan menghampiri pria itu dan langsung memeluknya erat.

Dia juga mampu merasakan betapa sakit hatinya saudara laki-lakinya itu. Perempuan itu mengelus punggungnya agar lebih tenang dan diantara mereka berdua...

Dear You - Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang