back again

22 7 0
                                    

   Ibuku masih mengerutkan dahinya. "Ketika melihatku dia memanggilku dengan nama Xiumin" ucapku. "Tapi saat aku bertanya namanya ia benar benar tidak mengingatnya" imbuhku.

Ibu sedikit terkejut. "Xiumin?" Ibuku keheranan. "Siapa itu?" Tanya ibuku. Aku sudah menduga reaksi ibu akan sama sepertiku.

"Aku tidak tahu" jawabku singkat. "Setelah keadaannya sudah membaik kita sudah bisa meninggalkannya" aku tidak tahu, tapi aku merasakan sesuatu yang aneh dengan hatiku.

"Kau yakin?" Ibuku mengerutkan keningnya.

"Apa ibu akan mengangkatnya menjadi anak?" Tanyaku. Aku menyilangkan tanganku ke depan. "Aku tidak ingin punya adik!" Tolakku.

Ibuku tertawa. "Kau bodoh sekali!" Ujarnya. "Tapi aku sempat berfikir seperti itu" imbuhnya. Aku melongo, ibuku memang konyol.

Aku menggeleng. "Tidak, tidak!" Lagi, aku menolak.

"Apa kau tega?" Tanyanya. Kini ibuku sudah memasang wajah pitiful andalannya. "Apa ibu membesarkan mu untuk menjadi pria tidak punya hati seperti sekarang ini?" Tanyanya lagi. " Ibuku memang jago dalam akting.

"Lalu aku harus bagaimana? Tanyaku kesal. "Jika ibu ingin mengurusnya silahkan saja" aku melangkah keluar dari ruangan. Untuk kali ini aku tidak akan menuruti keinginan ibu. Sudah jelas ku katakan bahwa gadis itu menyebutku dengan nama pria lain. Aku sudah cukup membantunya. Lagi pula banyak pekerjaan yang tertunda karenanya. Aku akan menyerahkannya pada ibuku. Setelahnya aku akan kembali ke Korea.

***

   Sudah seminggu sejak kepulanganku ke Korea, aku benar benar tidak ingin mendengar kabarnya. Berkali kali ibuku menelpon tapi tak pernah ku angkat. Aku akan fokus dengan pekerjaanku. Tapi gadis itu benar benar sudah mengambil alih otakku. Sejak dia menatapku dengan matanya itu, aku jadi sering gelisah. Entah kenapa aku jadi sering bermimpi buruk dan membuatku tidak fokus bekerja.

   Aku sering bermimpi tentang gadis itu, dan dia bersama seseorang yang sangat mirip denganku. Aku juga bermimpi gadis itu menangis sendirian di bawah hujan. Ah, itu pasti karena aku sudah menemaninya cukup lama.

Aku masih termenung, sebelum akhirnya aku di kejutkan dengan ponselku yang berdering. Ibuku, dia meneleponku lagi. Kali ini aku mengangkatnya.

"Apa kau sudah tidak menganggapku ibumu lagi?" Ibuku berteriak sampai aku sedikit menjauhkan ponselku.

Aku kembali mendekatkan ponselku. "Yakk bagaimana ibu bisa berkata seperti itu?" Tanyaku malas. "Aku sibuk bekerja ibu pasti tahu itu" imbuhku.

"Apa kau coba membohongi ibuku?" Ibuku masih menggunakan nada tingginya.

"Apa ibu mencoba untuk tidak mempercayai anak ibu sendiri?" Aku mengembalikan pertanyaannya. Aku mendengar ibuku sudah menarik nafas. Sepertinya alarm bahaya akan berbunyi. "Apa yang ingin ibu sampaikan?" Aku lebih baik mengalah. Dari pada mendengar ibuku berubah menjadi rapper.

"Gadis itu.." ucapan ibuku terhenti. Aku menyernyitkan dahiku.

"Kenapa dengan gadis itu?" Tanyaku. Tiba tiba aku punya firasat buruk.

"Kondisinya memburuk" jawab ibuku. Aku sudah panik.

"Bagaimana bisa?" Tanyaku. "Bukannya keadaannya sudah membaik?"

"Setelah sehari kau pergi dari sini, kesadarannya kembali" jawab ibuku. Ah, hatiku memang sudah mengkhianati otakku.

"Kita akan bicarakan nanti. Aku akan langsung kesana" tukasku.

"Baiklah. Kami menunggumu" setelah itu sambungan terputus.

  Setelah pembicaraanku dengan ibuku di telepon tadi, aku langsung terbang ke Cina. Entah kenapa tapi seperti ada dorongan dari hatiku untuk kembali kesana.

   Sejak pertama kali melihatnya, aku seperti ada tarikan untuk menolongnya. Itu pasti karena rasa kemanusiaan pastinya. Ketika melihatnya berlumuran darah, jantungku tiba tiba merasakan nyeri apalagi saat ia mengucapkan kata kata yang sangat membuatku terkejut. Ah, aku menghela nafas berkali kali. Tiba tiba sesak melanda.

***

   Aku sudah sampai di Cina, dan aku langsung menuju kerumah sakit. Sesampainya aku dirumah sakit, aku melihat ibuku sedang duduk diluar sendirian. Akupun langsung menghampirinya.

"Bagaimana keadaannya?" Tanyaku. Ibuku menoleh.

"Duduklah dulu kau baru sampai" ucapnya. Aku menurut kemudian duduk di sebelahnya. Membuka jasku lalu merenggangkan dasiku.

"Dia masih tertidur". Ujarnya. "Tadi dia sudah sadar tapi ia selalu menangis dan bilang bahwa kau sudah melupakannya" imbuhnya. Aku sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh ibuku barusan.

"Kita harus membantunya" ibuku menatapku lekat lalu memegang tanganku. "Kau tahukan dia sebatang kara?" Aku terdiam. Mencoba berkompromi dengan otakku.

"Caranya?" Tanyaku akhirnya.

"Kau harus dekat dengannya" jawab ibuku. Aku langsung membulatkan mataku. "Dengan begitu kondisinya akan membaik, dan kita bisa membawanya kembali ke Korea" imbuhnya.

"Ibu ingin aku menjadi seseorang yang bernama Xiumin itu?" Tanyaku. Aku tidak yakin dengan ide ibuku kali ini.

"Benar". Jawabnya. "Kau bisa membantunya memulihkan ingatannya kembali" imbuhnya lagi.

"Lalu dia akan tinggal bersama kita?" Jika iya. Maka ini sangat berbahaya untukku.

"Lalu kau akan menyuruhnya tinggal di jalanan, begitu?" Tanya ibuku sinis.

Aku menghela nafas. "Tidak mungkin aku melakukannya, apa aku salah dengan bertanya seperti itu?" Aku memasang wajah protes ku.

Ibuku menatapku sinis lalu berkata." Tentu saja. Dia akan tinggal bersama kita" ujarnya. Aku tertawa kecil. Ini sangat konyol.

"Ibu itu tidak mungkin. Bagaimana jika dia akan selalu menempel padaku?" Tanyaku frustasi. Bagaimanapun aku masih normal.

"Itu semakin bagus" jawabnya antusias. "Atau kau ingin mengajaknya tinggal berdua di apartemen mu?" Ibuku memicingkan matanya. Aku sangat mengerti ini dari pembicaraan ini.

"Tidak. Tidak. Terserah ibu saja" aku berdiri. "Aku ingin melihatnya" ujarku kemudian aku masuk ke ruangan Yoo Jung berada.

  Aku menutup pintu perlahan, lalu berjalan mendekatinya. Dia tetap cantik meski wajahnya sudah pucat seperti mayat. Aku mengakui itu. Tanganku perlahan terangkat menyentuh pipinya. Aku terkejut saat matanya perlahan terbuka.

"Kau sudah bangun?" Tanyaku gugup. Dia hanya mengangguk.

"Kau darimana saja?" Tanyanya sambil mengerucutkan bibirnya, itu sangat mengujiku.

"Aku baru kembali dari Korea" jawabku yang masih saja gugup.

"Apa? Memangnya kita sekarang ada dimana?" Tanyanya lalu mengedarkan pandangannya.

"Ita berada di Cina" jawabku. Astaga, tanganku memang kurang ajar. Ia masih bertahan di pipi itu. Ia menyernyit heran.

"Aku yang membawamu" aku sepertinya sudah seperti ibuku yang juga jago dalam berakting. "Kau sudah ingat namamu?" Tanyaku. Dia seperti hendak berfikir lagi. Aku buru buru menyela.

"Jangan berfikir lagi" ujarku. "Namamu Yoo Jung, Kim Yoo Jung" untungnya aku sudah mengetahui sedikit tentangnya. Dia lagi lagi hanya mengangguk.

"Aku akan menemui dokter sebentar" ucapku. Saat aku akan beranjak pergi, ia menahan tanganku.

"Cepat kembali" ucapnya. Aku hanya mengangguk lalu keluar dari ruangan. Aku melihat ibuku masih berada di posisi tadi.

"Ibu aku akan menemui dokter sebentar" ujarku. "Ibu masuklah. Temani dia" pintaku.

"Baiklah. Cepat kembali" ucap ibuku yang kemudian membuka pintu lalu masuk. Aku sedikit heran. Apa semua wanita memiliki kata kata yang sama. Aku menghela nafas, dan bergegas ke ruang dokter.

"Apa maksudmu dokter?" Tanyaku heran.





Happy reading everyone 😊 hana, dul, ses oke tinggalkan jejak😂 jangan lupa vote ya😘

Maaf gabut. Maaf juga untuk typo yang terlalu barbar. Huhu

GONE: Story Of The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang