Kami masih terdiam. Sedangkan Yoo Jung memandangi kami secara bergantian seakan meminta penjelasan.
"Katakan!" Ujarnya.
"Apa?" Tanyaku gugup. Seharusnya aku tak melibatkan Yoo Jung saat sedang berkumpul.
"Yoo Jung, Min Seok dan Xiumin itu sama saja. Xiumin adalah nama yang diberikan oleh nenek untuknya" ibu mulai berakting lagi. Yoo Jung tampak menimbang.
"Yoo Jung apa kau ingin tinggal dengan Min Se..ah maksudku Xiumin? Apa kau ingin tinggal bersamanya di apartemen?" Tanya ayahku. Aku dan ibu melongo, sedangkan ayahku memandangi aku dan ibu secara bergantian.
"Apa boleh?" Tanya Yoo Jung antusias. Ia menatap ibuku seolah meminta lampu hijau dan ibuku pun mengangguk. Ah sial, ini adalah simbol berbahaya untukku.
"Yoo Jung sebaiknya kau disini saja dengan ibu" ujarku. Dia tampak sedikit kecewa, aku jadi tidak tega.
"Biarlah dia ikut bersamamu" ucap ibuku. Aku tidak berdaya melihat wajah murungnya.
"Baiklah besok aku akan membawamu tinggal bersamaku" ucapku lalu tersenyum lebar. Persetan dengan adik kecilku, jika terjadi aku akan menikahinya.
"Benarkah?" Tanyanya dengan mata berbinar. Oh astaga, ingin sekali ku makan bibir mungil itu jika saja tidak ada ayah dan ibu disini.
Aku mengangguk. "Tapi dengan syarat kau akan tetap di apartemen jika aku ke kantor. Kau tidak boleh keluar sembarangan" ucapku. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Ayah dan ibu masuk ke kamar dulu ya" ibu dan ayah akhirnya meninggalkan kami berdua di ruang keluarga.
Sudah hampir 15 menit aku menemaninya menonton tv. Berkali kali aku menyuruhnya untuk masuk ke kamar tapi dia menolak dan berkata belum mengantuk. Padahal kenyataannya sudah lebih dari 30 kali ia menguap.
Aku mengambil remote tv lalu mematikannya, ia langsung memasang wajah protes tapi belum sempat ia bicara aku sudah lebih dulu menggendongnya. Ia sedikit terkejut namun kemudian ia menempelkan wajahnya di leherku. Ah deru nafasnya saja sudah bisa membuatku gila.
Aku membawanya ke kamar dan menidurkannya perlahan.
"Kau butuh istirahat yang cukup" ujarku lalu menarik selimut dan menutupi tubuhnya sampai ke leher.
"Kau tidur dimana?" Tanyanya bingung.
"Aku akan tidur di kamar tamu" jawabku. Ya aku memang menyuruhnya untuk tidur di kamarku.
"Kenapa tidak kau saja yang tidur disini?" Tanyanya lagi. Aku menghela nafas lalu mendekatkan wajahku dan jarak kami hanya beberapa senti saja. Aku bisa melihat ia gugup.
"Apa kau sedang menggodaku?" Tanyaku sensual. "Apa kau ingin aku melakukannya?" Tanyaku lagi. Yoo Jung masih terdiam, ia meneguk Salivanya.
"Xium.." entah kenapa mendengar nama itu membuatku ingin melakukannya sekarang. Aku langsung mencium bibirnya dan melumatnya, awalnya ia sedikit memberontak namun setelahnya ia memejamkan mata dan ikut menikmati.
"Yoo Jungie" panggilku. Perlahan ia membuka matanya. Aku kembali mencium bibirnya kali ini tanganku menyusup ke lehernya.
"Jangan pernah pergi dariku" ucapku lalu mengecup dahinya cukup lama. Yoo Jung tampak tersenyum.
"Aku mencintaimu, sangat" ucapnya. Aku lagi lagi mencium dahinya dan langsung pergi dari kamarnya. Aku akan benar benar
melakukannya jika tetap berada disitu.***
Hari ini aku dan Yoo Jung akan tinggal di apartemen ku untuk sementara selama aku menangani proyek baruku. Aku sedang berbincang dengan ayah di ruang keluarga sedangkan ibu dan Yoo Jung berada di dapur menyiapkan makanan.
"Sepertinya proyek ini sangat menguntungkan untuk perusahaan kita" ucap ayah. Kami memang selalu serius mengenai perusahaan.
"Benar. Dan aku berharap pembangunannya akan berjalan lancar" ucapku lalu tersenyum.
"Bagaimana dengan gadis itu?" Tanya ayahku. Aku mengerutkan dahiku.
"Apa?" Tanyaku bingung.
"Apa kau bisa mengatasinya?" Tanya ayahku. Aku sudah mengerti arah pembicaraan ini. Aku hanya menghela nafas.
"Aku tidak ingin membicarakan ini" aku sebenarnya sangat gugup.
"Itu normal normal saja" ujar ayahku sambil menepuk bahuku dua kali. "Apa kau akan bersembunyi jika melihatnya hanya mengenakan piyama tidur?" Tanya ayahku. "Kau pengecut sekali" imbuhnya. Aku menggaruk tengkukku. Benar kenapa aku gugup, aku juga kan laki laki normal.
"Apa yang kalian bicarakan?" Teriak ibuku. "Kemarilah. kita sarapan" ajaknya. Aku dan ayah bergegas ke ruang makan sebelum kedua titisan dewa singa itu marah.
"Wah hari ini sepertinya hari yang spesial" ucap ayahku.
"Tidak. Aku dan Yoo Jung hanya ingin masak banyak pagi ini" ucap ibuku lalu tersenyum begitupun Yoo Jung. Aku menarik tangan Yoo Jung untuk duduk di sebelahku.
"Kau sepertinya sedang senang?" Tanyaku.
"Tentu. Karena aku memilikimu" jawabnya lalu tersenyum.
"Aigo kali ini Yoo Jung terlihat sepertiku" ujar ayahku lalu kami pun tertawa. Aku menatapnya. "Haruskah aku egois? Aku benar benar mencintaimu. Bolehkah aku untuk tidak membantumu mengembalikan ingatanmu?" Aku menghela nafas lalu kembali fokus pada makanan yang ada di hadapanku.
Kami menoleh saat mendengar langkah seseorang masuk. Ah itu Doyoung dan Taeyong, siapapun yang berfikir mereka saudara kandung itu tidak benar.
"Hallo bibi, paman" Doyoung dan Taeyong menyapa lalu membungkuk.
"Aiss kemana saja kalian kenapa baru muncul?" Tanya ibuku. Mereka adalah dua orang yang tanpa izinku bisa mendapat kasih sayang dari ibuku. Aku tidak iri, karena aku tetap lebih disayang daripada mereka.
"Aku sibuk dengan skripsi bibi" Doyoung duduk di sebelah ibu sedangkan Taeyong duduk di sebelah kananku.
"Ayo kita sarapan bersama" ucap ayahku lalu tersenyum
"Hei Yoo Jung-ah apa kau sudah membaik?" Aku menoleh saat Doyoung bertanya pada Yoo Jung.
Yoo Jung mengangguk. "Aku sudah lebih baik dari kemarin" jawabnya sembari tersenyum. Doyoung adalah orang yang friendly jadi sangat mudah akrab dengan orang lain. Sedangkan Taeyong, dia terlalu tertutup. Bersyukur karena aku sudah berteman dengannya sejak berumur 8 tahun, kalau tidak mungkin aku tidak akan tahu namanya.
"Kalian akan kemana setelah ini?" Tanyaku.
"Aku akan ke kantor" jawab Taeyong.
"Aku akan ke kampus" jawab Doyoung. Aku hanya mengangguk anggukan kepalaku.
"Kau butuh bantuan kami?" Tanya Taeyong. Ya, mereka tahu aku akan tinggal di apartemen untuk sementara.
"Tidak. Yoo Jungie akan membantuku" Doyoung dan Taeyong seketika menatapku.
"Yoo Jungie?" Tanya Doyoung seperti keheranan.
"Apa?" Tanyaku.
"Tidak. Bukan apa apa" ia kembali fokus pada makanannya. Apa yang salah dengan panggilanku untuknya. Mereka mungkin tak menyangka aku akan jatuh cinta lagi.
***
Setelah sarapan, Doyoung dan Taeyong pergi lebih dulu. Aku dan Yoo Jung sudah ada di teras rumah. Aku sedang memasukkan koperku ke bagasi dibantu dengan Yoo Jung tentu saja.
"Selesai" ucapku. Aku menoleh dan melihat Yoo Jung yang tersenyum padaku. Hatiku langsung menghangat, akupun menghampirinya.
"Kau senang akan pergi denganku?" Tanyaku.
"Ya. Selama itu bersamamu aku akan senang menjalaninya" jawabnya lalu memelukku. Aku membalas pelukannya. Yang aku inginkan saat ini, Yoo Jung akan hidup dengan ingatan barunya.
Happy reading everyone 😊 jangan lupa vote dan follow ya🤗
Maafkan typo yang terlalu bar bar. Huhu
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE: Story Of The Rain
AléatoireKim Yoo Jung seorang gadis yang hidup sebatang kara setelah ditinggalkan oleh orang tuanya dan juga kekasihnya yang bernama Xiumin. Xiumin meninggal karena mengidap kelainan jantung. Setelah melalui banyak hal, Yoo Jung pindah ke Cina untuk melupaka...