Part 9

19.5K 1.2K 6
                                    

***

"Gimana dengan Nyonya Altara?"

Dafit mengernyit. Menatap laki-laki di hadapannya yang tiba-tiba datang, dan langsung menanyakan perihal Nat.

"Calon menantu Nyokap lo lah, siapa lagi?"

"Oh."

Laki-laki di hadapan Dafit melongo. Apa tadi? Oh doang?

"Gila lo Daf." Decak laki-laki itu. Tak percaya dengan respons yang Dafit berikan.

Memang bukan rahasia lagi, kalau Dafit terkenal cuek. Namun ini? Ckck.

"Kenapa?" tanya Dafit bingung. Perasaan tidak ada yang salah dengannya.

Giras--sepupunya menggeleng pelan. "Masih aja cuek." Kata Giras.

Dafit mengangkat kedua bahunya tak acuh. Mengabaikan Giras, untuk menekuni pekerjaannya.

"Hm. Btw lo tau dari mana?" tanya Dafit tanpa menatap Giras.

"Siapa lagi kalo bukan Nyokap lo."

Dalam hati, Dafit menggeram. Nyonya Anis dengan mulutnya yang--seperti ember bocor, memang tidak dapat di pisahkan.

"Jadi bener?" tanya Giras memastikan.

"Hm."

"Siapa tuh cewek?"

Dafit mendongak. Menatap jengah Giras. "Emangnya kenapa? Lo mau apa kalo, gue kasih tau?"

Giras terkekeh ringan. "Sans.. paling cuma main-main dikit doang," seringainya.

Brak.

Dafit bangkit. Menggebrak meja kerjanya. Menatap nyalang Giras yang kini tampak santai. "Jangan sentuh dia, atau lo tau akibatnya."

Giras terkejut. Ini pertama kalinya, ia menemukan Dafit mengamuk. Dan semua ini karena... perempuan?

Ah.. "Gue jadi penasaran, siapa dia, sampe bikin seorang Dafit ngamuk." Bukannya menghentikan candaannya, Giras terus mennggoda Dafit.

Dalam hati, Dafit berteriak. Kenapa respons yang ia berikan justru terlihat seperti--mengklaim bahwa Nat adalah miliknya? Namun, ia tidak salah. Nat memang miliknya. Tidak ada yang boleh mengganggu milik Dafit.

"Keluar lo!" usir Dafit kasar. Tak tanggung-tanggung, ia menarik kerah kemeja belakang Giras. Membuat sang empunya dalam hati tertawa bahagia.

Dafit masuk perangkapnya.

"Akhirnya seorang Dafit jatuh cinta," kata Giras. Ia membenarkan kemejanya yang tampak berantakan, akibat tarikan supranatural Dafit.

"Berisik. Nggak usah balik lagi ke sini. Sana lo!"

Bukannya merasa tersinggung, Giras justru terlihat biasa-biasa saja. Ini yang ia tunggu dari dulu.

Yaitu, melihat Dafit yang cemburu.

"Pak?"

Mereka berdua menoleh, begitu mendengar suara interupsi milik seseorang. Lagi, Dafit menggeram. Mengapa waktunya tidak pas sekali sih?

Mencoba terlihat santai, Dafit berdeham. Menatap lawan bicaranya datar, "ada apa, Natha?"

Perempuan itu--Natha, menatap kedua laki-laki yang terlihat seumuran itu, dengan tatapan bingung. Kalau tadi ia tidak salah lihat, Dafit kelihatan sangat marah sekali.

Mata Nat menatap Giras. Lalu balik lagi menatap Dafit.

"I-ini, Pak, saya ingin memberikan laporan untuk Bapak." Kata Nat.

NATHANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang