Part 4

25.2K 1.2K 8
                                    


***

"Tadi kamu beneran jemput aku, Net?" tanya Nat. Kini pelukan keduanya sudah terlepas. Nat mendongak, menatap Net yang menjulang tinggi. 

Net mengangguk, mukanya tertekuk. "Tapi kamu nggak ada kata Ama. Kenapa nggak mau nungguin aku sih?" 

Nat berjalan menuju balkon, menutup pintu lalu gordennya. "Kan udah aku bilang, Net, kalo aku bisa pulang sendiri." kata Nat sambil membalikkan tubuh menghadap Net lagi.

"Iya sih, tapi aku kan abangmu, takut kamu kenapa-kenapa, Natha.."

"Lebay." Cibir Nat. "Aku tuh udah gede, udah bisa jaga diri. Bukan A' lagi yang masih butuh bantuan." 

Kadang Nat kesal dengan Net jika saudara kembarnya terlalu posesif. Nat tahu Net sayang padanya, namun Nat suka risih jika Net berlebihan. Lagi pula Nat bukan A' yang masih remaja, yang masih butuh bantuan orang gede setiap saatnya. 

"Tetep aja. Kalo kamu ketemu sama dia lagi gimana coba? Kita nggak mau hal itu terjadi lagi, Natha." Kata Net ngotot. 

Nat memutar kedua bola matanya malas. "Kalo kamu lupa, dia sudah akan menikah dengan Renata, Net. Nggak mungkin nemuin aku lagi seperti minggu kemarin." Jelas Nat mencoba menyakinkan Net bahwa Rai tidak mungkin berani menemuinya lagi. Walau saat ini hati Nat berdesir. Takut seperti minggu kemarin, dimana Papa Sam memukuli Rai hingga babak belur karena berani menyakiti anak perempuan satu-satunya itu. 

Pada saat itu Rai datang, setelah seminggu sebelumnya memutuskan pertunangan mereka. Rai datang dengan alasan ingin menjelaskan semuanya pada Nat, namun perempuan itu tidak mau, alhasil Nat ditarik paksa oleh Rai. Untungnya Papa Sam dan Net datang tepat waktu. Dan detik itu pula Papa Sam memukul telak Rai hingga berakhir di ranjang rumah sakit lagi.

"Aku nggak tau cowok itu punya malu atau nggak, tapi dia pasti bakalan nemuin kamu sebelum pernikahannya terjadi, Nat. Aku takut kamu goyah, terus mikir buat kawin lari." Ucapan Net ngelantur.

"Kamu tuh abang aku bukan sih? Kenapa malah ngomong kayak gitu? Kamu doain aku gagal move on hah!?" Nat menatap Net kesal. Ucapan Net membuat Nat merasa perempuan paling bodoh di dunia. "Aku merasa kamu, secara nggak langsung ngatain aku perempuan bodoh." 

Tersadar akan ucapannya, Net menggeleng cepat. Matanya menatap Nat kalut. "Maksudnya bukan gitu, Nat. Nggak gitu." Net bergerak cepat menghampiri Nat yang sedang duduk di sofa single dekat pintu balkon. 

"Terus apa?" ketus Nat.

"Hm... ya, aku takut aja kalo kamu kenapa-kenapa, Nat. Iya, itu." 

Mata Nat menyipit. Ia bangkit dan keluar kamar tanpa menggubris perkataan Net membuat laki-laki itu terbirit-birit mengejar Nat. 

"Natha, natha..."

***

Papa Sam menatap Nat dan Net yang tampak diam. Biasanya kedua saudara kembar itu saling sahut menyahut. Matanya melirik Aarhus, anak bungsunya yang sedang makan dalam diam. 

Sedangkan Net sendiri masih memikirkan bagaimana caranya agar Nat memberikan maafnya untuk Net. Lagian kenapa mulutnya bisa berbicara seperti itu sih. Net merutuki dirinya. Menabok pelan bibirnya sendiri beberapa kali, dan itu tidak luput dari pandangan Papa Sam. 

NATHANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang