Mencarimu•-

7.9K 292 4
                                    

________

Mencari mu dengan keadaan yang tak mendukung adalah hal yang berat bagiku.

________________

"Lo gak boleh capek-capek, lo gak boleh ketemu keluarga cowok brengsek itu lagi, dan lo gak boleh nangis gara-gara dia lagi" ucap Diva menatap wajah pucat Alasya.

"Gue gak papa, gue juga bakal tetep kesini setiap hari, kan ada Calvin yang harus gue temuin buat ngabarin keadaan Refal" ucap Alasya berjalan dari rumah sakit ini.

"Lo kenapa sih Al, udahlah lupain Refal, lo itu gak boleh banyak pikiran, toh dia juga gak bakal peduli walaupun lo udah donorin darah lo ke dia" Diva membuka pintu mobil Alasya dan duduk dikursi pengemudi.

"G-gue gak bisa lupain dia, dan gue juga mesti harus kasih pelajaran buat Deva" ucap Alasya kesal.

"Udah lupain dulu, gue jadi emosi lama-lama ngomong sama lo" ucap Diva mulai memundurkan mobilnya dari parkiran.

* * *

"Sayang.." ucap Fiona memegang pelipis Refal.

"Asya.." lirihnya pelan.

Fiona menggeleng pelan, kini Jhonatan justru sedang pergi dengan Jessy.

"Kamu mau makan apa sayang?" Fiona duduk disebelah brankar.

"Refal mau ketemu Alasya!" Refal mulai menajam kan matanya, namun tekanan berbicara membuatnya mengaduh sakit pada kepalanya.

Fiona tersentak kaget dengan nama itu, kali ini ia baru ingat bahwa gadis yang sudah ditampar oleh suaminya kemarin adalah nama yang sering membuat Refal menjadi sosok yang ceria bahkan hangat dulu.

Dan Fiona kembali menggeleng, apa gadis itu juga yang menyebabkan Refal berubah menjadi sosok ketus, dingin bahkan tidak peduli?

Fiona menghela nafas berat, ini akibat dirinya dan Jhonatan yang terus mendesak puteranya untuk terus bersama Jessy hanya karena paksaan perasaan dan urusan perusahaan.

"Pasti nanti dia kesini sayang, kamu gak boleh banyak gerak, kepala kamu masih rentan buat kemana-mana" tegur Fiona.

"Tolong suruh dia kesini Ma, Refal mohon" lelaki itu ingin bangkit, namun keadaanya memaksa untuk terus berbaring ditempat ini.

"Nggak Refal, kamu harus pulih dulu" tolak Fiona.

Refal menghela nafas, "Apa ada seseorang yang bilang kalau ini salah Alasya?" tanya Refal.

Fiona menggeleng, "Enggak ada" jawabnya bohong.

Refal menatap sekeliling, kini kepalanya justru terasa lebih sakit, sebuah perasaan akan gadis itu ternyata belum sepenuhnya hilang dari pikirannya.

Disaat terpuruk seperti ini, yang ia mau adalah dia selalu ada didekatnya.

* * *

"Apa mungkin gue masih ada harapan buat Refal? setelah keluarga nya secara langsung gak bakal nerima gue ada dideket Refal" tanya Alasya pada dirinya sendiri.

Miris, ini begitu menyesakkan bagi Alasya.

Seharian gadis itu tak ada makan bahkan minum, bahkan rasa pusing pun tak ia hiraukan, ia hanya bolak-balik memegangi pipinya akibat tamparan dari Ayah Refal kemarin.

"Apa gue gak pantes banget buat Refal?" tanyanya lagi.

"Apa gue udah gak bisa ketemu dia?" pertanyaan seperti itu semakin membuat jantung Alasya berdegub kencang, ia sudah memikirkan jika hal itu benar-benar terjadi, pasti ia akan Gila.

Alasya menatap langit yang sudah mulai berubah warna menjadi gelap, kini gadis itu untuk memilih mendudukan dirinya di ruang terbuka, tepatnya ditepi kolam renang rumahnya.

Alasya mengambil ponselnya, sebuah pesan masuk dari Calvin.

Calvin: Woi orang cantik, Mamanya pangeran lo udah beritahu kalau Refal udah sadar.

Alasya mengembangkan senyumannya, keinginan ingin bertemu pada sosok yang ia cemaskan sangat kuat, mungkin dengan ini ia bisa bersemangat untuk memulihkan keadaanya.

Alasya: Gue boleh kesana gak? kangen.

Calvin: Gue jemput SEKARANG JUGA!

Senyum Alasya meledak, gadis itu langsung bangkit dan bersiap, deguban jantungnya terus menjalar tak beraturan, ia tak peduli apa reaksi keluarga Refal padanya.

Sungguh gadis itu tersenyum bahagia.

* * *

Alasya tertawa pelan beriringan bersama Calvin menuju kearah ruang rawat Refal.

"Nanti gue masuk bentar, terus kalo lo mau ngomong gue keluar, Oke?" tanya Calvin.

"Haha, i-iya iya" Alasya mengangguk.

"Eh Al, stop dulu" Calvin menariknya.

"Apa?"

"Demi apa lo kalo ketawa kayak tadi cantik banget!" ucapnya.

Alasya terkejut, "Serius?"

Calvin tertawa, "Serius gue suka"

"Apaan sih? lo ngomong apa?"

"Lemot, tau ah ribet" ucap Calvin berjalan medahuluinya.

Alasya mengerutkan dahinya? heh ada apa dengan anak laki-laki ini? ah sudahlah.

Kini Alasya berada tepat didepan ruangan yang bernomor 102 itu, ya dia masih kesana kemari tidak jelas menunggu Calvin keluar.

"Al, lo masuk aja" ucap Calvin dari ambang pintu.

Wajah Calvin menunjukan aura keceriaan, membuat Alasya yakin Refal tidak marah dengannya.

Alasya memasuki ruangan itu, berharap kata indah terlontar dari mulut mantan kekasihnya.

TBC

My cold Ex Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang