WARNING!!
Jangan tanyakan ada extra part atau malah meminta, karena ini sudah epilog. Artinya sudah selesai sampai di sini. 😊😊❤❤❤*
*
*Aku terbangun saat Ardan menggoyangkan tubuhku, suara tangis Danika kemudian membuatku makin tersadar. Ia tengah menggendong Danika dengan mata mengantuk, yang menangis meminta susu.
"Bentar, aku bersihin dulu," kataku kemudian berlalu ke kamar mandi. Air susuku keluar terlalu banyak, meski sudah dipompa dan disimpan dalam freezer juga, tapi masih tetap keluar banyak setelahnya. Membuat baju yang kupakai gampang basah setiap saatnya.
"Anak Bunda lapar, ya?" Danika langsung menyusu dengan lahap. Pipinya yang kemerahan dengan garis-garis merah itu membuatku gemas untuk terus menciuminya.
Risang tidur di kasur bawah. Dia kekeh ingin tidur di sini meski sudah ditawari akan dibelikan sepeda baru oleh Papa. Berdempet-dempetan dengan Ardan yang tetap tanggap ketika mendengar suara Danika yang merengek.
"Sayang, di kulkas ada makanan apa?" tanyaku pada Ardan yang mengelus-elus kepala Danika dan menciuminya sejak tadi. Dia sangat suka kalau disuruh menggendong anaknya ini, tapi langsung memanggil-manggil saat Danika buang air besar. Bau katanya.
"Nggak tahu. Kamu mau makan?"
"Iya, lapar, nih."
"Kalau nggak ada, aku gorengin sosis mau? Adanya cuma itu kayaknya."
"Iya mau, deh. Apa aja asal nggak lapar lagi."
Ardan pun berlalu ke luar. Ia kembali tidak lama kemudian dengan sepiring sosis, nugget, dan nasi. Menyuapiku dengan telaten karena aku masih menyusui.
"Kamu nggak ikut makan?"
Ia bergeleng, menguap sebentar dan mengucek matanya. "Nggak kepingin. Buat kamu aja biar nggak lapar."
"Besok aku masakin, ya? Biar Mama juga nggak capek banget harus masak juga," tawarku di sela kunyahan.
"Boleh. Tapi nggak usah yang susah-susah. Kamu aja yang masak, biar Riri yang bersihin. Tugas kamu ngurus anak aja."
"Iya."
Kami diam untuk beberapa saat. Aku sibuk menghabiskan makanku, dan Ardan yang sibuk menyuapiku sambil sesekali menciumi Danika dengan gemas.
"Sayang?"
"Hmm?"
"Aku nggak dicium?"
Ardan mendongak, alisnya terangkat lalu tersenyum manis padaku. "Cemburu?"
Aku terkekeh, mendekatkan wajahku kemudian mengecup bibirnya. Ardan tidak menolak, ia juga mengecup bibirku dengan begitu manis. Mengabaikan bahwa tadi mulutku habis mengunyah makanan.
"Sayang kamu banget," bisikku.
"Sama, dong. Aku juga sayang kamu banget, banget, banget, bangeeeetttt."
-SELESAI-
Alhamdulillahi robbil alamiin. Akhirnya selesai juga cerita ini. 😊
Sebenernya, cerita ini kubuat di tengah kegabutanku, hahahaa. Awalnya cuma iseng aja aku ngetiknya, eh, ternyata waktu itu pernah sehari dapat ada 5 bab 😆 akhirnya aku lanjutkan, walau absurd banget jadinya, kan. Wkwkwkwk. Nggak papalah, ya, buat bacaan di kala senggang.
Seperti WARNING yang udah kutulis di atas, cerita ini cukup sampai di sini. Nggak tahu mungkin nanti ada jodoh untuk diterbitkan *aamiin* mungkin bakal aku tambahin sekaligus untuk perbaikan cerita yang masih jauh dari kata bagus ini 😊
Mohon maaf kalau banyak kata-kataku yang menyinggung atau tulisan yang membuat kalian nggak berkenan. 🙏
Aku harap, kita masih bisa berteman sebagai author dan pembaca di dunia oren yang penuh dengan kebucinan ini.Semoga kalian berkenan juga membaca karyaku yang lain, yang mungkin selanjutnya akan memperbanyak daftar cerita favorit kalian di wattpad ini ❤
Ditulis pada 28 April 2020.
Dipublikasikan pada Jum'at, 15 Mei 2020.Wassalamu'alaikum warrah matullahi wabarrakatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sin
RomanceCOMPLETED! Deskripsi cerita langsung ada di halaman pertama. Mulai dipublikasi pada 21 Januari 2020