Bagian Delapan : Lima Tahun sebelum nya [1]

2.7K 259 8
                                    

Di atap sekolah itu. Pria dengan earphone di telinga nya. Menikmati suasana pagi yang sangat nyaman untuk nya. Tidak seperti biasa di mana dirinya selalu mendengar penuturan tajam ayah nya. Dunia ini begitu kejam bagi nya. Di mana ayah nya selalu menuntut nya dengan les-les privat tak jelas menurut nya. Ia masih muda dan ingin bebas. Ia tidak ingin bergelut masa dengan kertas-kertas tak jelas itu.

" Sedang apa di sini? Murid tingkat akhir yah?" Tanya Seseorang yang mengganggu momen seru nya.Pria itu melepaskan earphone nya. Menatap pria yang mungkin 3 tahun lebih muda dari nya itu.  Ia berdiri menatap pria lainnya. Lalu melihat pria lainnya itu tersenyum sesambil menyodorkan tangan nya. " Kalau begitu ayo kenalan.. Nama ku Park Jimin." ia sama sekali tidak berminat berkenalan sedikit pun. Ia memilih berjalan melewati pria itu dengan tatapan malas. " setidak nya sebutkan nama kakak!" ujar nya lagi. Ia yakin suara anak itu sudah sampai ke bawah mengingat sekarang mereka di atap gedung sekolah. Walaupun memang benar tingkat menengah dan tingkat akhir berbeda gedung. Tapi gedung utama selalu menjadi hal utama tempat para murid membolos pelajaran.

" Kim Seokjin. " Jimin ber-O riah lalu menyengirkan senyuman mata nya. Seokjin tidak berminat dan segera turun ke bawah. Kembali ke kelas nya dan berusaha mencari alasan pada Pak Jeongsan agar tidak menghukum nya. Bahkan jika ia tidak mencari alasan pun Seokjin bisa bebas karena status sang ayah sang merupakan kepala sekolah di sini. Walaupun selebih nya dana sekolah di bantu oleh seseorang yang lebih kaya dari ayah nya. Yang bahkan tidak di ketahui siapa.

Seperti biasa dengan hal yang membosan kan. Seokjin menatap lemat buku nya. Sebentar lagi istirahat. Dan tujuan pertama Seokjin adalah atap tadi. Tidak berselang lama bel sekolah berbunyi. Ia segera beranjak dari tempat nya. Dan pergi kembali ke atap sekolah itu. Seokjin berjalan pelan dengan santai. Jangan lupa musik yang sekarang sudah tersumpel abadi di telinga nya. Jalanan ke arah atap sekolah di gedung utama sangat lah sepi. Bisa membuat Seokjin leluasa saat istirahat.

Saat membuka pintu ke arah atap. Seokjin memutra bola mata nya malas saat anak yang tadi pagi menganggu nya itu . " Wah.. Kak.. Tunggu siapa nama nya? Ahh Kak Seokjin! Maaf kan aku kak.. Ingatan ku tidak terlalu bagus. Jadi gitu deh.. Untung saja ada tag nama kakak.. " Seokjin hanya memutar bola mata nya malas lalu berjalan ke arah atap dan merebahkan diri nya di bayang-bayang tangki besar itu.

" kak.. Mau pangsit ini? Paman ku loh yang buat." Seokjin membuka mata nya saat Jimin mendekati nya lagi. Ia berdiri lalu menatap lemat anak itu. " Bisa tidak mengangguku kan?" Jimin hanya mengerjapkan mata nya. Lalu menaruh kotak makan nya.  " Maaf kak. Lagi pula aku baru pertama kali mengenal seseorang yang tidak mengenal ayah ku." Seokjin mengerutkan kening nya. Lalu membuang pandangan nya. " Setidak nya kau tau aku anak kepala sekolah kan? Jadi jangan ganggu aku!" Seokjin kembali merebahkan tubuh nya. Tanpa peduli Jimin yang sekarang tengah menatap nya.

" Jadi kakak anak paman Kim? Wah! Jadi aku bertemu anak kepala sekolah!" Demi apapun Seokjin ingin sekali memaki Jimin. Tapi sayang nya ini bukan diri nya. Ia menghela napas mencoba duduk dan menatap Jimin balik. " Yah.. Aku anak Kim GoJin.." Jimin ber-O riah lalu kembali memakan pangsit nya. " Pantas saja kau mirip dengan paman Kim. Ternyata kau putra nya." Seokjin menghela napas lalu memandang kosong di depan.

" Park JinIl... Kalau kakak tidak merasa tidak asing dengannya berarti kakak tau ayah ku." Seokjin memandang Jimin. Tunggu jika mencoba mengingat. Park Jin-Il merupakan salah satu investor terbesar di korea yang juga teman ayah nya. Bahkan menjadi salah satu pilar utama di bangung nya sekolah ini . Berarti.. Tunggu. Seokjin membulatkan mata nya menatap Jimin yang tengah asik mengunyah makanan nya.  Menatap ke depan dengan mata menyipit akibat cahaya dari matahari.

" Kau... " Jimin menatap Seokjin dengan pipi yang gembul. Lalu kembali membuang pandangan nya dan menghela napas kasar. " Aku anak dari orang yang punya lahan sekolah ini. Atau bisa di bilang yang punya sekolah ini. Tapi itu dulu. Walaupun ayah ku terkadang masih sering menjalurkan dana. Tapi sepenuh nya sudah milik paman Kim ko." Seokjin masih terdiam tanpa ada niat ingin berbicara. Walaupun fokus nya masih mengarah pada Jimin. Seokjin hanya bisa diam dengan sesaat.

" Ngomong-ngomong aku boleh tanya kakak tidak?" Seokjin membuyarkan pandangan nya lalu menatap Jimin. " bertanya apa?" Raut wajah Jimin dengan jari telunjuk menempel di dagu layak nya berpikir. Namun masih mulut nya masih sibuk mengunyah pangsit. " ahh.. Mau tidak jadi teman ku?" cengiran timbul di wajah tembam Jimin hanya . Seokjin hanya memalingkan wajah nya. Dan melirik jam tangan nya yang ternyata sudah hampir selesai waktu istirahat.

"loh.. Kakak mau kemana?" tanya Jimin saat melihat Seokjin hendak berdiri. Seokjin hanya menepuk-nepuk bokong nya menghindari pasir yang ada. Lalu berjalan pelan mengabaikan Jimin yang tengah berteriak. " kak! Jawab dong!" Seokjin berhenti lalu melirik sekilas Jimin.

" Jika aku masih bertemu dengan mu. Anggap saja itu jawaban iya." Jimin membinarkan mata nya lalu melompat girang. " Tapi belum tentu aku mau bertemu dengan mu. Aku tidak akan kembali ke atap ini." sebelum benar-benar pergi. Seokjin mengucapkan kalimat yang membuat Jimin mengernyit heran. Namun anak itu menyengir sesambil memunguti bekal makan nya dan tersenyum ke arah pintu menuju turun ke bawah.

" Jangan meragukan ku kak-- astaga aku lupa nama nya! Inti nya jangan meragukan ku! Hm! Tidak akan ada yang menghalangi keinginan seorang Park Jimin! Ku pastikan kita akan bertemu lagi anak kepala sekolah!" persetan dengan diri nya yang seperti orang gila. Jimin hanya senang bisa bertemu dengan seseorang yang tidak takut pada nya.

Jimin membawa bekal makan nya. Berjalan turun dengan senandung lagu yang ia buat sendiri. Di sisi lain Seokjin masih dengan earphone nya tersenyum kecil mengingat pertemuan yang bahkan tak bisa ia perdiksi sendiri. Seokjin tidak bisa berbohong jika ini pertama kali nya ia bertemu seseorang tanpa memandang status milik sang ayah.

Seokjin menganggap semua orang mendekati nya hanya karena status nya. Dan kali ini ia bertemu orang yang aangat jauh dari kata orang-orang terdekat nya. Seokjin masih tersenyum kecil. Jimin masih dengan senandung nya. Pertemuan kedua nya memulai semua nya. Belum menggabungkan beberapa kelompok orang lagi yang akan menjadi konflik dari persahabatan mereka. Semua masih sama. Tapi seperti yang selama ini semua orang percaya.

" akan selalu ada perpisahan di setiap pertemuan."

Sama seperti hubungan mereka. Yang di mulai oleh pertemuan. Dan akan berakhir sebuah perpisahan.

To be continued

"08:44"
"20200516"

Halo... Ada salah satu dari kalian minta nono buatkan beberapa kisah terpisah awal pertemuan mereka. Di mulai seokjin dulu dong pasti nya. Dan juga ada salah seorang nanya..

" kak kenapa judul nya where are you?"

Yang pertama alasan nono beri tajuk dengan kata where are you  yang artinya sendiri dimana kamu? Karena di sini masing-masing peran mencari satu sama lain. Tapi alasan utama nya adalah Seokjin! Hayu kenapa(:  akan lebih tau kalau kita mengikuti alur nya dengan baik😆 walaupun kdng rada-rada gk nyambung🙈

Dan di sini kalian juga akan tau kenapa dan kenawhy orang tua Jimin sama sekali gak mencari Jimin di 5 tahun kemudian. Btw masih ingat kakak perempuan Jimin gk? Di sini dia juga bakal muncul tapi bukan sebagai kaka perempuan jimin(: nah loh kenapa(:

Cukup sekian basa-basi nya. Nono double mu karena pengen liat kalian semua berteory.. Mumpung sekedar mengembangkan otak sesaar pandemi(:

Thanks for you guys.. See you for the time and the next chapter.

Jangan lupa tinggalkan unek-unek kalian di kolom komentar yah.. Tetapa stay at home and..

Babay..

Where Are You || Park Jimin story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang