Bagian Dua puluh Dua

2.7K 306 35
                                    

Seokjin berdiri di depan kamar seseorang. Hati nya berkecamuk dengan pilihan anatar masuk dan tidak. Apa lagi ia sudah lama tidak bertemu. Dengan ayah nya. Seokjin menelan saliva nya. Ia menghela napas dan mempersiapkan diri. Mencoba mengetuk perlahan pintu yang ada di hadapan nya.

Tok..tok..tok

Seokjin mengetuk tiga kali. Lalu membuka pintu kamar nya. Tatapan Seokjin menyenduh melihat banyak sekali selang yang tertempel pada tubuh pria tua yang sedang berbaring di tempat tidur yang besar. Perlahan kaki Seokjin mendekat ke arah ayah nya. Menatap dengan iba pada ayah nya. " Ayah."

" Seokjin." Mata ayah nya menatap dengan sendu. Seokjin membuang pandangan nya tidak mau sang ayah melihat mata nya yang berkaca-kaca. Seokjin mengambil kursi dan duduk di sebelah ayah nya. " Apa yang terjadi pada ayah?" Tanya Seokjin pada sang ayah.

Ayah nya hanya tersenyum pahit mengingat keadaan nya. Ia menatap Seokjin. Mengangkat tangan nya perlahan dan mengusap wajah tampan sang anak. " Ayah hanya merindukan mu. Maafkan ayah Seokjin." Seokjin menunduk. Ia menggeleng pelan lalu memegang tangan sang ayah. " Aku tanya ayah kenapa?"

Ayah Seokjin hanya diam menatap langit-langit. Enggan menjawab Seokjin. Seokjin menghela napas. " Bibi bilang ayah ingin berbicara dengan ku. Apa yang ayah ingin katakan?" Ayah Seokjin beralih menatap anak nya. Lagi-lagi menampilkan Senyum pahit nya. " Ayah ingin kau mengambil ahli sekolah." Seokjin mengerutkan kening nya. " Ayah, aku sudah pernah bilang pada ayah. Aku tidak mau menjadi penerus dari Sekolah.."

" Jangan berbicara jika ayah belum selesai Seokjin."

" Maaf." Seokjin menunduk pelan. Ia menatap sang ayah yang menutup pelan mata nya. " Ayah ingin kau memegang kembali sekolah itu. Lalu mengembalikkan nya pada seseorang." Seokjin mengerutkan keningnya. " Maksud ayah?"

Tuan Kim menghela napas. Menatap lurus ke atas. " Ayah. Sudah melakukan hal yang sangat jahat Seokjin-ah." Seokjin diam mendengar penuturan ayah nya. " Ayah merebut hak orang lain. " Seokjin mengertukan kening nya. Ia tidak paham dengan perkataan sang ayah.

" Sebelum kau lulus dari sekolah itu. Ayah melakukan sesuatu hal yang sangat jahat. Ayah merebut hak asasi atas kepemilikkan semua gedung di sekolah itu. Ayah merebut tanah kepemilikkan nya. Padahal dulu ayah hanya menumpang untuk mencari pekerjaan."

" Ayah. Apa yang ayah katakan? Aku tidak mengerti." Seokjin menatap ayah nya jelas. Tuan Kim menghela napas lagi. " Dulu. Ayah hanya tukang kebun biasa. Mendapat pekerjaan di sebuah sekolah swasta. Dan bertemu dengan seseorang yang menganggap ayah teman. Dia membantu ayah untuk naik. Menyerahkan keyakinan untuk menjadi direktur di sekolah itu. Tapi ayah menjatuhkan semua nya. Ayah. Ayah mengkhianati nya. Ayah mengambil semua apa yang ia miliki. Semua nya ayah ambil." Seokjin membulatkan mata nya. Kepala nya berdenyut sakit.

" Ayah. Melakukan itu semua. Tepat setelah kau lulus. Dan menyuruh mu ke Taiwan."

"WHERE ARE YOU"

" keluar dari ruangan ku sekarang!" Tuan Kim menatap nyalang Tuan Park yang membulat. " Apa maksud mu JungIl? Apa yang?" Tuan Kim terkekeh pelan menatap Tuan park. Tuan Kim melempar sebuah berkas map bewarna merah ke depan Tuan Park. " Aku tidak tahu. Kalau putra mu itu bodoh. Sama seperti dirimu."

Tuan Park mengambil berkas itu. Ia membaca semua nya. Aset milik nya sudah berpindah tangan. Kim Jungil. Semua aset nya berpindah tangan pada Kim Jungil. Orang yang sudah di anggap seperti sahabat nya sendiri. " Saking tidak peduli nya dirimu pada putra mu. Kau bahkan mengabaikan tulisan yang tertera di sana. Membodohi putramu dengan mengatakan itu tugas yang penting bagi nya. Tidak. Itu memang penting. Penting untuk me gambil semua aset kepemilikkan mu. Menjadi milikku."

Where Are You || Park Jimin story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang