Bagian Tiga : Kehidupan

3.4K 298 14
                                    

" Sudah selesai.." Jimin memandang seokjin. Lalu memegang telinga nya. Ia memikirkan biaya yang akan ia bayar dari perawatan nya. Ia merogoh kantong nya dan hanya menemukan 1000 won.. Seokjin menatap jimin yang menatap uang nya. Seokjin tersenyum lalu menyuruh jimin untuk menyimpan uang nya.

" Percuma.. Aku memberikan pengobatan untuk mu secara percuma jadi tidak apa-apa hm.. " Jimin mengepalkan tangan nya. Lalu memandang gelisah. Air mata nya turun seiring perasaan nya. Yang sangat bahagia melihat seokjin memperlakukan nya dengan baik tidak seperti orang lain. Kecuali kakak perempuan nya.

" terimah kasih tuan.." seokjin mengusap halus kepala seokjin. Lalu tersenyum pada jimin yang masih terisak. Sebenar nya perasaan seokjin mengatakan bahwa ia mengenal anak ini. Tapi tidak mungkin kan. Karena ini adalah pertemuan pertama nya dengan jimin.

" Tidak apa-apa... Sudahlah jangan menangis. Eoh yah.. Sebaiknya hubungi keluarga mu yah.. Untuk menjemputmu. Maaf aku tidak bisa mengantarmu karena pasien ku sangat banyak. Lain kali kita bertemu lagi yah. " Jimin mengangguk lalu tersenyum.

" Terimah kasih kak.. Aku bisa pulang sendiri." Jimin turun dari ranjang rumah sakit. Lalu membungkuk pada seokjin. Seokjin mengelus kepala Jimin dengan pelan. Lalu menatap dengan senyum manis nya sesaat jimin perlahan menghilang di balik pintu ruangan nya.

Jimin berjalan dengan sangat pelan. Alat bantu nya sudah berfungsi dengan baik. Walaupun ia masih khawatir bagaimana nasib nya ke depan nanti saat berada di jalan raya. Jimin berjalan pelan dengan perban yang masih berada di telingan nya. Sekarang ia harus menuju ke sebuah tempat untuk melakukan pekerjaan paru waktu. Ia berjalan di pinggir lalu menyapa orang dengan sangat ramah. Walaupun banyak yang menatap nya aneh.Jimin hanya tersenyum pada mereka. Ia pun sampai pada suatu minimarket dan masuk ke dalam nya.

" Paman Han!! Jiminie datang!!". Ujar jimin berteriak. Paman Han tersenyum lalu menjitak kepala jimin. Membuat sang empu mendesah sakit karena perbuatan paman Han itu.

" Kau terlambat Jiminie! Untung saja paman menyayangi mu jika tidak..." Jimin masih mengelus kepala nya sayang.. Lali cemberut di depan paman han..

" Paman Tidak lihat ini?!...telinga ku terluka paman. Nanti jika terluka aku tidak akan memakai alat bantu lagi dan tidak akan menjadi pegawai kesayangan paman han lagi.." Paman han terkekeh lalu mengelus jimin dengan sayang..

" baiklah.. Baiklah... Sekarang pegawai kesayangan paman ini bekerja yah.. Jika pelanggan hari ini banyak. Maka Jiminie akan mendapatkan bonus nya..." Jimin bersiap hormat lalu mengangguk. Ia segera mengganti stel baju nya. Dan siap bekerja. Pelanggan hari ini lumayan banyak. Sampai hari menjadi sore dan mini market itu sepi. Jimin pun berinisiatif menyusun beberapa barang di belakang nya.. Dengan teliti ia menaruh barang itu dengan serapi rapi nya. Sampai bunyi bel pada pintu minimarket berbunyi. Jimin berdiri dab membungkuk..

" selamat datang tuan.." Jimin kembali menegakkan tubuh nya. Lalu tersenyum menatap pelanggan itu. Namun ia menatap heran dengan pelanggan yang sedang menatap nya dingin. Lalu segera menghampiri nya dan mengambil kerah baju jimin.

" Apa yang kau lakukan di sini?!" Jimin tidak mengerti dan memaksa melepaskan cengkraman di kerah baju nya. Ia menatap dengan takut pada pria itu.

" Maaf saya bekerja di sini tuan.." Pria itu semakin marah dan kembali menatap Jimin lekat. Jimin masih mengatur nafas nya. Sedangkan pria itu menatap nya dengan amarah..

" Kau tidak usah pura-pura lupa dengan Ku sialan.. Aku tau kau pasti mau lari dari masalah 5 tahun yang lalu kan??" Jimin kebingungan dan hanya menatap pria itu. Ia tidak apa yang terjadi. Atau bahkan ia tidak ingat..

" Aku tidak kenal dengan mu tuan.. Aku minta maaf. " Pria itu memundurkan langkah nya lalu berpikir sejenak.. Ia kemudian kembali menatap jimin marah. Ia mengambil permen dan memberikan uang nya pada jimin. Jimin hanya menatap nya.. Lalu kembali bergelut pada telinga nya. Yang berakhir pada kepala nya dan menimbulkan sensasai ruangan berputar. Jimin menyentuh hidung nya lalu mengambil tisu.

Where Are You || Park Jimin story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang