Bagian Delapan belas : Itu dia

2.6K 281 22
                                    

Hoseok menatap gedung yang menjadi sekolah baru nya itu. Ia gugup sesambil memegang botol dengan pil-pil bewarna putih. Hoseok diam saat melihat orang-orang dengan mobil pribadi mereka. Tas mahal yang mengkilap di bahas sinar matahari pagi. Hoseok membenahi kacamatanya. Ia berjalan pelan dengan wajah tertunduk. " Aduh!"

Hoseok jatuh. Obat-obat nya berserakan. Ia membenahi kacamata nya. Lalu beralih pada orang yang menabrak nya tengah memasang wajah panik." aduh!! Bagaimana ini?! Maafkan aku !!" Hoseok menatap manik mata itu. Hoseok menggeleng pelan lalu tersenyum. Hoseok bangkit berdiri lalu menatap pria yang ada di depan nya. Seragam nya kelihatan sama dengan miliknya. "  Kak Seokjin!! Kau ceroboh sekali!! Ayo masuk." Hoseok hanya diam saat orang itu meninggalkan nya. Walaupun obat nya melayang Hoseok tidak terlalu mempedulikan nya. Ia masih punya satu botol lagi yang di berikan ibu nya pada nya. Hoseok memutuskan untuk masuk ke dalam gedung sekolah itu. Ia berjalan dengan pelan sesambil membenahi kacamatanya.

•••

" Kak Seokjin." Hoseok diam menatap Seokjin yang ikut menatap nya. Taehyung diam dengan mata membulat. Ini bukan mimpi Seokjin ada di hadapan nya. Hoseok berusaha menahan dirinya. Seokjin tidak ingat dirinya. Ia tidak ingat apa-apa. " Taehyung ayo pergi." Hoseok melewati Seokjin yang diam di tempat.

Hoseok menarik tangan Taehyung. " Ta-tapi kak. Itu.. Itu kak Seokjin!" Hoseok tidak mempedulikan apa perkataan Taehyung. Ia tetap berjalan dengan tergesa-gesa. Tidak mempedulikan Seokjin yang masih berdiri diam menatap kepergiannya. " Orang itu."

Seokjin menggelengkan kepala nya. Sakit di kepala nya kembali. Ia masih memikirkan tentang ingatan nya yang hilang. Termasuk perkataan Yoori tadi. " Bukan hanya Jimin. Kau juga ada kaitan nya dengan yang lain."

Yang lain?
Seokjin berpikir keras. Tapi kepala nya semakin sakit saat ia memaksa ingatan nya. Kini di depan gedung sekolah lamanya. Gedung yang sekarang terlihat kusam tak seperti dulu lagi. Seokjin memegang kepala nya. Hatinya mengatakan, cukup, ini menyakitkan. Seokjin segera merogoh ponsel nya. Getar ponsel nya membuat nya semakin merasakan sakit kepala. Namun berusaha ia tahan. Nama Yoori muncul di layar ponselnya.

" Ada apa Yoori-ah?" Hening. Yoori tidak menjawab perkataan Seokjin. Di sebrang sana hanya hening terdengar. Seokjin menghela napas. Saat Hendak mematikan sambungan nya. Suara lirih Jimin terdengar si telinganya. " Kak.. Seokjin." Seokjin menjadi tenang tidak tenang. Hati nya tenang saat mendengar Jimin. Tapi juga tidak tenang saat suara lirih itu terlihat menahan tangisnya.

" kenapa Jimin-ah? Kau tidak apa-apa?" Sambungan nya langsung mati setelah Seokjin bertanya kepada Jimin. Seokjin bingung. Ia mencoba menelpon Yoori lagi. Namun nihil tidak ada jawaban. Seokjin langsung pergi menuju mobil nya. Ia segera memasang sabuk pengaman. Ponselnya kembali berdering dengan nama Yoori di layarnya.

" Halo! Yoori! Jimin!"

" Seokjin!! Jimin menghilang!!" mata Seokjin membulat. Seokjin langsung menancap gas pada mobil nya. Seokjin terus bergerak gelisah karena perkataan Yoori. Kepala Seokjin kembali merasakan sakit. Kali ini ia sampai membanting stir mobil nya lalu menepikkan nya. Seokjin memegang kepala nya. Keringatnya bercucuran. " aku mohon pada kakak. Kakak tidak perlu melakukan nya. Jika kakak melakukan nya itu percuma, ayah ku tidak akan mau aku kembali. Kak.."

Seokjin membuka mata nya. Ingatan itu. Wajah dari suara itu terlihat juga. Seokjin menelan saliva nya kasar. Air mata nya terjatuh. " Jimin." Wajah yang ia lihat tadi tidak mungkin salah. Seokjin sudah mengiranya. Itu Jimin.

" WHERE ARE YOU "

Jungkook memandang pintu sebuah apartemen milik Yoongi. Ia menghela napas karena bingung ingin mengetuk pintu nya atau tidak. Sudah tiga jam ia berdiri tanpa ada niat untuk mengetuk pintu nya. " Kau mencari siapa?"

Jungkook memekik melihat pria dengan apron abu-abu miliknya. Ia membungkuk dengan wajah nya yang gugup. Lalu tersenyum kecil. " Saya temannya Tuan Min. Apa ia ada--"

" Tadi pagi orang itu pergi. Entah kemana. Tapi pagi sekali ia sudah pergi." mata Jungkook membulat. Orang itu kembali masuk ke dalam apartemen miliknya yang tepat berada di sebelah Yoongi. Jungkook membungkuk berterimah kasih. Ia merogoh saku jaket nya. Menekan nama Yoongi dalam panggilan nya. Jungkook terus menghubungi Yoongi sampai ia keluar dari apartemen milik Yoongi. Tetap saja hasilnya nihil. Yoongi tidak menjawab panggilan dari nya.

Jungkook menghela napas frustasi nya. Ia memutuskan untuk kembali ke flat miliknya. Di dalam perjalanan Jungkook menyenandungkan beberapa lagu dengan earphone di telinganya. Jungkook berjalan dengan kedua tangan yang terletak di saku jaketnya. Dengan bibir yang terus saja menyenandung. Jungkook terhenti saat melihat seseorang. Yang tengah termenung di dekat sungai Han. Jungkook melihat kesana-kemari.  Lalu kembali menatap orang itu.

Jungkook menghampiri orang itu. " Permisi Tuan." Jungkook mengerjap pelan saat melihat orang itu hanya fokus menetapkan pandangan nya pada sungai Han. Jungkook ingin menyentuh pria itu. Namun ia terhenti saat mendengar suara pria itu. " kau mencariku?"

Yoongi disana. Dengan tatapan kosong memandang sungai Han. " Kak Yoongi." Yoongi tersenyum tipis. Lalu menatap Jungkook. " Maaf, seperti nya hari itu aku terlalu kasar padamu. Jungkook-ah."

Yoongi menghela napas. Lalu kembali menatap sungai Han. Jungkook duduk di sebelah Yoongi. Ia ikut menatap tenangnya arus pelan sungai Han. " Aku ingin sekali menyatu dengan sungai Han,Jungkook. Bahkan dengan cuaca yang buruk sekali pun. Arusnya tetap saja tenang. Apa aku bisa menjadi sungai Han? Yang tetap tenang walaupun banyak masalah yang menimpa ku? " Yoongi berucap pelan dengan mata sipit yang mengerjap.

Jungkook menunduk. Ia tersenyum kecil. Lalu menatap arus sungai Han. " Setenang apapun sungai Han, pasti ada waktu dimana arus yang awal nya tenang. Menjadi deras sekaan sedang menyalurkan emosinya kak. Sungai juga sama seperti manusia. Sifat tenang dengan kesabaran luar biasa di hati pasti akan meluapkan emosi nya suatu hari nanti." Jungkook menghela napas. Ia tersenyum menatap sungai Han.

" Aku juga terkadang berpikir. Apa aku bisa menjadi setenang sungai Han saat ada masalah yang menimpaku. Aku bisa mengatasinya dengan tenang. Tapi tidak kak. Sungai juga sama seperti kita. Walaupun setenang apapun ia. " Jungkook menatap Yoongi yang tersenyum kecil. Yoongi lalu berdiri. " aku lapar. Ayo makan."

Jungkook mengangguk antusias. Mereka bangkit dari tempat mereka. Jungkook memperhatikan senyum tipis Yoongi yang terlihat. Jungkook ikut tersenyum saat melihat Yoongi. " kak Yoongi."

Jungkook dan Yoongi berhenti. Mereka berbalik menatap seseorang yang memanggil Yoongi tadi. Seketika senyum tipis itu runtuh. Jungkook mengepalkan tangan nya. Air mata nya jatuh. Dagu Yoongi mengeras melihat orang itu. " Kau..."

To be continued

[20:09/20200809]

Where Are You || Park Jimin story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang