Bagian Dua puluh tiga

2.5K 308 49
                                    

Hoseok menghela napasnya di sepanjang jalan. Mata nya terus mengarah ke bawah dengan hidung yang sedikit memerah. Kendati cuaca di Seoul yang semakin dingin. Bulan memang segera memasuki musim gugur. Namun suhu nya yang sekarang terasa sebanding dengan cuaca musim dingin.

Hoseok duduk di sebuah pinggiran didekat sebuah tokoh buah dengan tatapan kosong. Beberapa kali ia menghela napas tanpa ada niat untuk bangkit kembali. Ponsel nya terus berdering dengan nama Jaechan disana. Namun Hoseok memilih untuk mendiamkan nya. Dan menikmati lamunan kosong nya.

Namjoon yang baru saja keluar dari tokoh buah itu menatap Hoseok. Awal nya ia tidak ada niat untuk menghampiri Hoseok. Kendati ibu nya sudah menyuruh nya pulang karena Namyil yang ingin segera memakan buah apel titipan nya. Namun Namjoon berhenti sejenak. Menatap Hoseok yang masih diam tanpa pergerakan. Yang sedang menatap ramai nya jalanan Seoul. Seperti orang yang putus asa.

Namjoon menghela napasnya. Ia menggenggam erat bungkusan buah yang berisikan buah apel dan beberapa buah lainnya. Mencoba mengambil niat untuk segera menghampiri Hoseok. Dan pada akhirnya. Ia memilih untuk menghampiri nya.

" Sedang apa?" Tanya Namjoon yang tiba-tiba duduk di sebelah Hoseok yang tengah melamun itu. Hoseok hanya melihat sekilas. Lalu kembali menatap jalanan Seoul yang ramai itu. "Kau seperti orang putus asa saja. Kenapa sih?!" tanya namjoon lagi.

Hoseok menatap Namjoon. Menunduk pelan lalu tertawa kecil. "Aku memang sedang putus asa. Semua ini tidak bisa di ulang. Kenapa hari itu kita tidak datang duluan?" Ujar Hoseok. Namjoon diam sebentar. Menatap Hoseok yang tengah menunduk itu. " Kau membicarakan masalah itu?" tanya Namjoon.

Hoseok mengangguk. Lalu berbalik menatap Namjoon. "Ada sesuatu yang terjadu pada nya. Aku bisa melihat nya dengan jelas malam itu." Ujar Hoseok lagi. Namjoon hanya mengerjapkan mata nya. Menghela napas lalu mendongak menatap langit. " Aku, tidak tahu harus berkata apa. Sejak malam itu. Dimana kita semua pergi tanpa ada yang mau berbalik arah. Saat itu hanya ego yang ada di dalam diri kita Hoseok."

"Aku hanya bisa berdoa. Agar kak Seokjin pasti bisa meluruskan nya. Hanya dia yang tahu inti dari masalah ini. Adapun jika kak Seokjin yang berbicara.  Kak Yoongi pasti bisa mempercayainya." Ujar Namjoon tersenyum. Hoseok menunduk mendengar penuturan Namjoon.  " Mau mampir ke rumahku? Namyil sudah pulang." Hoseok tersenyum kecil. Lalu mengangguk kecil.

Namjoon dan Hoseok bangkit dari duduk nya. Berjalan bersama menuju rumah Namjoon. Selama perjalanan tidak ada perbincangan banyak. Hanya ada diam dengan lantunan nada yang di keluarkan oleh Namjoon dari mulut nya.

Mereka terhenti disaat keramaian dengan suara teriakan orang-orang yang berusaha meminta bantuan. Hoseok dan Namjoon saling menatap satu sama lain. Lalu memutuskan untuk menerobos kerumunan itu. " Permisi!" Hoseok berusaha melewati kerumunan itu dengan Namjoon yang tertinggal di belakang.

Pada akhirnya ia sampai pada suatu objek yang menjadi pusat perhatian orang. Lutut Hoseok mendadak lemas. Namjoon yang di belakang masih berusaha menerobos kerumunan itu. Di saat ia sampai pada kerumunan paling depan. Namjoon terdiam sama seperti Hoseok. Mata nya membulat. Namjoon segera menghampiri nya. Mengelus pipi putih yang sudah di penuhi darah.

Hoseok masih diam di tempat dengan napas yang tertahan. Tangan nya gemetar melihat darah dimana-mana. Pandangan nya memburam. Telinga nya hanya mendengar teriakan Namjoon." Tolong bantu teman-temanku!"

"WHERE ARE YOU"

"Seokjin!" Mata Seokjin terbuka dengan peluh keringat di wajah nya. Air mata tidak berhenti keluar dari mata nya. Ia menatap bingung bibinya yang langsung memeluk nya. Seokjin terdiam sebentar sebelum akhirnya ia menyadari sesuatu. " Kau baik-baik saja?"

Where Are You || Park Jimin story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang