Cerpen Empat🌷

40 5 0
                                    

SINNER
By : Velis Setyani Pangesti

Nama pena : Queen Daffodil
Ig : @velis_sty
Wp : styniip_daffodil
Motto Menulis : Melakukan yang terbaik hingga diriku sendiri tak bisa menyesali apa yang terjadi.

🌹🌹

Akkhhhh!

Jeritan itu selalu memekakan telingaku. Akhir-akhir ini. Rasanya kepalaku mau pecah saat
mendengarnya. Entahlah, aku pun tak tau mengapa. Dan itu membuatku tak bisa tenang. Apa ada sesuatu yang aneh terjadi padaku.

Akhhh!

Terdengar lagi. Aku mengacak rambutku frustasi. Di samping itu, aku selalu ingin menangis. Kenapa begitu memilukan? Sebenarnya apa yang terjadi? Aku selalu bertanya-tanya. Namun, jawaban tak
kunjung ku dapati. Aku menggelengkan kepala pelan, mencoba menetralkan diri. Suara itu tak lagi terdengar. Itu membuatku sedikit lega, setidaknya beban yang dipikulku berkurang.

Aku berdiri dari dudukku. Penampilanku pasti berantakan karena tadi. Aku berjalan menuju kamar mandi, tujuanku hanya kaca besar yang ada di sana.

Aku menyalakan kran, membasuh mukaku. Mungkin akan menyegarkan tubuhku walaupun sedikit.

Aku membelalakan mata. Bagaimana tidak? Saat air yang mengguyur mukaku jatuh ke wastafel, di sana airnya memerah. Dan itu seperti darah.

"Aaaaa.... "Aku menjerit. Saat mengaca aku melihat mukaku hancur, darah melumurinya, dan bagian daguku sedikit retak. Intinya, itu mengerikan. Ada apa dengan wajahku?

"Tidak!!!!" Aku terlalu shock sehingga apa pun benda yang ada di sana aku lemparkan pada kaca.

Kaca itu hancur, pecah berkeping-keping.

Aku menatap nyalang beling-beling kaca itu. Lalu tanganku meraba-raba wajahku. Tidak aneh, tidak ada cairan merah yang diperlihatkan kaca tadi. Sungguh!

"Kaca sial*n! Bagaimana bisa kau berbohong." kataku dengan nada bergetar. Aku ketakutan, secepat kilat aku berlari keluar.

Brak!

Aku berjengit. Pintu rumahku terbuka lebar, mungkin karena diterpa angin. Aku berniat kembali menutupnya, tapi ketika di ambang pintu aku melihat sesosok laki-laki yang sangat aku kenal tengah melintasi jalan di depan rumahku.

Aku tersenyum senang, tapi dia berbeda. Mukanya terlihat sedih, memakai pakaian hitam, dan di tangannya terdapat sebuket bunga lily biru. Hey! Itu kesukaanku!

"Mau kemana dia? Biasanya juga main ke rumah," gumamku heran.

"Wave!" panggilku agak keras. Sedangkan laki-laki itu tak menoleh sedikit pun. Huh Sombongnya.

Aku berlari mengejar langkahnya. Ketakutanku perlahan sirna saat melihat Wave. Dia seperti
malaikatku. Dia baik, bahkan sangat baik padaku. Wave selalu ada untukku, selalu membantuku setiap kali aku kesulitan dalam hal apa pun. Sahabat terbaik dan tetangga paling dekat denganku, itu gelar yang ku berikan untuknya.

"Wave! Wave!" teriakku. Namun, Wave masih tetap berjalan, tidak mengindahkan panggilanku.

Sebenarnya mau kemana sih dia? Padahal setiap dia pergi, dia selalu mengajakku.

Langkahku tertatih-tatih, ketika mencoba menyetarakan langkahku dengannya. Ketika berjarak satu meter, aku mencoba meraih tangannya. Tapi sayang, tanganku tak bisa menjangkaunya. Aku mendekatkan diriku, dan itu tidak sia-sia karena tanganku mengenai tangannya. Tapi... kenapa tanganku menembus tangannya? Lagi-lagi tanganku menembus tubuhnya.

[Seputih Melati]🌼✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang