"Kau harus pergi!"
"Tidak akan terjadi Dom"
Aku mengumpat sambil tersenyum kecil, dia memang keras kepala.
"Kita membutuhkan bantuan" Ucapku sambil mengintip di antara beton dan menghitung orang yang ada disana dalam hati.
"Aku sudah mengirimkan singal semoga mereka menerimanya"
"kau masih ada kesempatan untuk pergi April"
"Aku tidak akan mundur"
Aku mengerang kuat sambil mengambil kepalanya lalu mencium bibirnya lama.
"Aku mencintaimu" ucap April sambil mengambil senjatanya dan berjalan perlahan ke dalam gedung itu.
Semuanya mulai berkabut dan yang bisa ku lihat hanyalah darah dan suara bising peluru.
"mereka datang sayang kumohon bertahanlah" Ucapku memegang kepala April sambil sesekali menembak ke depan, aku mendengar langkah kaki dari belakang dan mendesah lega saat melihat bala bantuan datang.
"Dom..."
"Kita keluar sekarang" Aku menggendong April mengabaikan rasa sakit di tubuhku akibat peluru dan benturan sementara teman temanku yang baru datang melangkah kedepan untuk melindungi ku.
"Jaga keluargaku"
Aku mengabaikannya dan tetap berfokus pada langkahku sampai aku menemukan pintu keluar dan masuk bersama April di salah satu mobil.
"Prajurit terluka cepat jalan!" teriakku yang langsung di sanggupi oleh mereka.
"Dominic..."
"tenanglah sayang, kau pasti selamat"
"berjanjilah...."
"aku berjanji April, Aku akan menjaga keluargamu"
"Aku mencintaimu"
"Aku juga, kumohon bertahanlah, kau sudah berjanji untuk menikah denganku..."
Air mataku sudah tidak dapat terbendung lagi dan senyum dengan wajah pucat itu mulai menghilang, tidak perduli sekeras dan secepat apa aku mencoba berlari dia semakin menjauh dan yang tertinggal hanyalah bau darah dan bunyi bising peluru.
Aku melompat dari tempat tidur dengan nafas kasar, Mimpi itu datang lagi. Aku berjalan bolak balik di dalam kamar dengan langkah cepat berusaha menghapus mimpi itu dari kepalaku, sudah hampir enam tahun tapi rasanya masih seperti baru kemarin aku merasakan bibirnya melihat senyumnya dan menyentuh tubuhnya, melihat darah di dadanya.
Aku mengacak rambutku kasar saat aku mendengar pintu terbuka menampilkan wanita keras kepala lainnya masuk dan menutup pintu.
"Kau harus keluar" ucapku berusaha tegas dan menyembunyikan ketakutan ku.
Lily tersenyum kecil dan menggeleng pelan lalu maju perlahan membuatku makin gusar.
"Sialan Lily! keluar!"
"kau tidak perlu menghadapinya sendiri Dom, tidak malam ini"
Lily berjalan maju perlahan sampai menemukan tubuhku, jemarinya menyentuh lembut dada telanjang ku sebelum mencari tanganku dan menggapainya, memegangnya erat.
"Izinkan aku membantumu"
"kau tidak bisa"
"Biarkan aku mencoba"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady And The Bodyguard
Sonstiges#2 Constara Books Lily Constara sebagai cucu pertama keluarga Constara seharusnya Lily memiliki hidup paling sempurna dengan harta dan kekuasaan keluarganya belum lagi memiliki paras menawan dan juga keluarga yang begitu mencintainya namun kehidupan...