Dua Puluh Enam

2.1K 180 8
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!







"Dominic!" Lily terlihat panik dan langsung berjongkok, tangannya terjulur kedepan dan mencari-cari tubuhku.

"Kakak!" Samuel Junior langsung menarik tangan Lily berdiri dan menempatkan dia di sisinya.

Aku mengusap daguku yang mengeluarkan sedikit darah sebelum bangkit berdiri dan memandang balik ke arah mata biru yang terlihat marah tersebut.

"Samuel" ucapku ringan tanpa rasa gentar sedikitpun, jika ini Ayah Lily mungkin akan berbeda ceritanya karena aku memiliki rasa hormat yang lebih besar untuk pria itu daripada bocah ini, namun demi cintaku pada Lily aku tidak akan balas memukulnya.

"Aku tidak percaya kau berani menginjakkan kaki ke rumah ini lagi, Ayahku sudah mengusir mu"

"Samuel! jaga bicaramu" Lily terlihat marah dan mencoba menepis tangan adiknya namun tangan itu tidak terlihat berpindah kemanapun.

"Kau menegurku ka? Dia bisa mencoreng namamu!"

"Aku tidak perduli! Sialan Samuel aku mencintainya!"

Samuel terlihat diliputi kemarahan dan wajah penuh ejekan tercermin di sana.

"Kau hanya tertipu olehnya, karena apa? dia bisa membuatmu menjerit begitu?! aku mendengarnya! dan kau tak ayalnya seorang pelacur disana"

Lily membeku oleh perkataan adiknya sementara tanganku sudah bersarang di leher lelaki itu lebih cepat daripada dia bisa berkedip.

"Kau jaga ucapan mu, Lily adalah wanita paling terhormat yang pernah ku kenal terlebih lagi dia kakakmu!"

Aku mendesis di depan wajahnya, Aku tahu kakinya sedikit terangkat dari tanah namun Samuel masih terlihat marah. Kedua tangan Samuel mencengkram lenganku berusaha mengendurkan dari lehernya.

"Dom hentikan" Lily memegang pundakku dan berusaha menarik tanganku turun.

"Kau lihat malaikat ini? dia masih berusaha menyelamatkan adik tidak tahu dirinya jadi lebih baik kau jaga mulutmu sebelum tinjuku menyapanya"

Aku melepaskan lehernya yang langsung membuat dia terbatuk namun dia malah menggila dan mulai menyerang ku, Aku menghindar dari pukulan di wajah dan langsung mengambil tangannya sebelum memelintirnya kebelakang punggungnya.

"Samuel! hentikan kebodohanmu!" Lily berjalan tertatih dan menemukan punggungku.

"Dominic, please"

Aku menarik nafas panjang sebelum mendorong tubuhnya kedepan.

"Kau sialan! Tanpa gelar dan aset apa yang bisa kau berikan untuk kakakku ha!? Bahkan perusahaan milik sepupuku bisa membeli kota kelahiran mu!" Samuel menendang tanah dengan geram sambil melotot kearahku.

"Kau harus masuk ka, sebelum aku memanggil semua pengawal disini dan menyuruh mereka memukuli peliharaanmu ini"

Tubuhku langsung menegang mendengarnya, namun Lily mengusap punggungku lembut dan memeluk pinggangku.

"Kau tunangan ku Dom" Bisik Lily lembut sambil mencium bahuku, namun dia segera berjalan kearah adiknya dan memberikan tangannya, Samuel membimbing Lily kembali kerumah dengan kemarahan murni dalam matanya.

Astaga apa tidak bisa aku menikmati momen indah bersama Lily sebentar saja? Aku segera berjalan cepat lewat pagar belakang tempat selama ini aku bisa meloloskan diri. Entah mengapa namun Mike dan Daniel berkata bahwa area itu tidak di pasangi kamera pengawas membuatku dapat leluasa keluar dari sana.

Aku berjalan kaki untuk sampai kejalan raya dan mencari taxi namun perkataan Samuel berputar di otakku, Perusaan milik sepupunya?

Henry Constara, Aku baru ingat ada keluarga Lily yang sama sekali tidak berurusan dengan gelar bangsawan. Aku harus ke Amerika secepatnya.

The Lady And The BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang