Tujuh Belas

2.8K 231 3
                                    

"Dom?" Aku mendengar suara Lily membangunkan ku dengan lembut.

"Dominic aku lapar" Lily mulai mengguncang tubuhku membuatku membuka mataku dan melihat dia menunduk kearahku.

"Selamat pagi tesoro"

"Ini sudah jam sepuluh Dom" Aku melihat Lily terkikik geli sebelum menunduk untuk mencium bibirku lembut. Astaga aku bisa terbiasa dengan hal ini setiap pagi.

"Sekarang bangun aku ingin makan" Lily menurunkan kakinya sebelum meraba tembok, Apa dia tidak tahu seberapa menggodanya dia?

Tubuhnya masih sangat polos dan dengan santainya dia berjalan kembali ke kamarnya tanpa perlu bersusah payah ataupun meminta bantuan.

Aku menghela nafas kasar sebelum mengambil celana dan kausku lalu berjalan ke dapur untuk membuat sarapan.

Pikiranku terbang ke semalam saat Lily bertanya tentang April, bukannya aku tidak ingin memberitahu dia, aku hanya belum siap membaginya. Kematian April adalah kesalahanku dan aku tidak ingin Lily menjauh dariku hanya karena satu hal di masa lalu ku.

"Aromanya enak"

Aku tersenyum melihat Lily yang sudah memakai gaun sederhana berwarna putih dengan tubuh bersih dan harum sehabis mandi.

"Apa kau tidak punya baju lain selain gaun?"

"ada namun sangat jarang, aku suka memakainya dan sedari kecil Ibuku sering memakaikan gaun padaku"

"Kau cantik dalam apapun"

Aku bisa melihat pipi Lily memerah dari kulit putihnya, astaga dia luar biasa jika sedang merayuku namun hanya dengan pujian begitu dia bisa memerah.

"Duduklah tesoro" Lily meraba kursi dan duduk dengan sempurna membuatku lupa lagi jika dia buta.

"Kau sudah terbiasa dengan rumah ini?"

"Yeah, rumah ini rapi jadi aku tidak terlalu sulit menemukan sesuatu"

"Apa selalu semudah itu?"

Sendok Lily tergantung di udara, aku tahu ini pertanyaan yang tidak suka di jawabnya namun aku ingin tahu lebih tentang dirinya.

"Tidak, sama sekali tidak, tapi setelah pengelihatan ku tinggal empat puluh persen orang tuaku mendaftarkan ku ke pelatihan"

"pelatihan?"

"Ya seperti belajar membaca dan menulis braille, melatih tangan dan telingaku untuk lebih perasa lagi dan sebaginya"

Aku terkejut mendengarnya, Apa menjadi buta serumit itu?

"Bagaimana pelatihannya?"

"Awalnya aku harus melatih sesitifitas ujung jemariku untuk bisa membaca braille, Awalnya mereka memberikanku buku tebal berisi berbagai jenis kain, aku harus bisa membedakan kain-kain itu sampai akhirnya aku bisa membedakan dua kain yang memiliki tekstur hampir sama. Lalu di lanjutkan dengan pelatihan ruangan dimana aku harus bisa tahu barang-barang di sekitarku dengan menggunakan suara yang ada di sekitar dan membuat suara itu memantul, ini di sebut passive echolocation"

"Seperti dare devil?"

Lily tertawa mendengar ku membuatku terdiam tahu bahwa aku pasti salah besar.

"akan luar biasa jika semua orang buta tiba-tiba berubah menjadi dare devil, tapi tidak. Aku menggunakan tongkat cane awalnya sampai aku memutuskan untuk mendapatkan anjing pemandu"

"dan ku tebak sekarang kau merindukan Gypsy?"

"Ya! astaga aku merindukan dia, aku sudah bersamanya selama lima tahun dia adalah bagian dari diriku"

Aku tersenyum mendengarnya membicarakan anjingnya, dia mencintai anjing itu melebihi kebanyakan temannya kurasa.

Kami kemudian duduk di teras belakang menikmati udara pagi yang hangat dan aroma bunga yang mulai tumbuh. Aku menarik Lily untuk duduk di pangkuanku, aku butuh menyentuhnya seperti aku butuh bernafas ini gila namun aku tidak dapat menahannya.

"Deskripsikan tamannya untukku Dom"

Aku tersenyum di leher Lily dan menghirup aroma tubuhnya, Dios dia sangat memabukkan.

"Taman ini tidak terlalu luas hanya empat kali tiga meter dengan rumput pendek yang baru aku potong tiga hari yang lalu, mawar di sisi kanan dan kiri lalu baby breath di sisinya lagi membuat lingkaran dengan bunga Lili di tengah"

Lily terkikik geli mendengarnya tahu jika bunga ini aku yang susun agar Lili menjadi pusat di taman itu, sama seperti dirinya menjadi pusat duniaku sekarang.

"Itu kedengarannya indah"

"Aku berusaha, tapi menjadi tentara tidak mengajariku berkebun"

"ceritakan tentang masa militer mu Dom"

Aku menarik nafas sebelum memulai cerita panjang, aku berusaha menutupi beberapa fakta agar dia tidak langsung loncat dan berlari mendengarnya.

"Setelah aku lulus kuliah aku bekerja bersama ayahku dan temannya selama dua tahun sebelum ayahku memaksaku untuk masuk militer. Beliau meninggal setelah aku di umumkan lulus, Aku tidak akan pernah melupakan senyum bahagianya ketika tahu jika aku akan menjaga Mama dan Giana dengan baik. Aku mendapatkan beberapa misi dan di tangkap beberapa kali untuk di introgasi"

Aku terdiam saat merasakan tubuh Lily yang berubah kaku dan wajahnya yang sedikit memucat.

"Hey? kau tidak apa-apa?" Aku makin memeluknya erat dan menyentuh pipinya.

"Aku hanya tidak suka membayangkan mu terluka"

"tidak apa-apa Tesoro, aku masih hidup. Para teroris itu hanya menyekap ku paling lama tiga hari sebelum teman-teman ku datang. Mereka selalu datang"

"Kau pasti punya teman yang luar biasa"

Aku tertawa kecil membayangkan mereka, yeah mereka luar biasa.

"Mereka keluargaku, sebagian besar memilih melanjutkan karir dan bekerja di belakang meja setelah menikah dan memiliki anak"

"Lalu bagaimana denganmu prajurit?" Lily meraih pipiku dan mengelusnya lembut membuatku memejamkan mata merasakannya hingga kedalam hatiku.

"Lily.... Ada banyak hal yang kau tidak tahu tentangku dan hal-hal itu lebih banyak yang tidak baik dan benar-benar buruk"

Lily hanya tersenyum sebelum mengambil leherku dan mengecup bibirku lama hanya saling menempel dan hatiku langsung melebur bersamanya.

"Aku tahu kau mencintaiku dan itu cukup"

"Ahhh tesoro jangan jatuh terlalu dalam untukku, aku tidak pantas" Aku memeluknya erat menatap kedalam mata coklat itu berharap dia mengerti apa yang coba aku katakan.

Lily terlalu jauh untukku raih namun terlalu indah untuk di lewatkan membuatku berani mempertaruhkan segalanya untuknya.

"Bukankah sudah kubilang bahwa terlambat untuk itu? Aku belum pernah merasakan hal ini kepada siapapun Dom, bahkan untuk mantan bangsawan ku"

"Kau punya mantan?"

Lily terkikik geli mendengar ku, Hey aku hanya bertanya.

"Ya sama sepertimu aku juga punya masa lalu dan ada hal yang tidak baik juga disana, namun hal-hal itu tidak bisa menjadi patokan untuk masa depan kita. Aku tidak perduli apa yang pernah kau lakukan di masa lalu yang aku perdulikan adalah apa yang akan kau lakukan di masa depan dan di mana posisiku saat kau memutuskannya. Aku berharap kau mengizinkan aku berada disisi mu"

Dadaku langsung sesak mendengarnya, astaga apa yang aku harus lakukan dengannya? aku tahu aku tidak akan bisa melepaskannya tidak bahkan jika nyawaku taruhannya.





Tbc.

The Lady And The BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang