Dua Puluh Tujuh

1.9K 207 11
                                    

Happy reading ya'll!!!







"Ka?" Aku mendengar ketukan lembut itu di pintu di ikuti dengan suara pintu yang terbuka, langkah kaki lembut dan kasur yang sedikit landai tanda Nina susah duduk di sampingku.

"Kau tidak ingin turun? sudah dua hari kau mengurung diri di kamar"

"Apa Mike dan Daniel menyampaikan sesuatu?" Botol mungkin? tapi aku mengigit lidahku karena tahu itu hanya akan menambah masalah.

"tidak, apa kau ingin bicara dengan mereka?"

Aku menggeleng lemah, kemana Dom? biasanya dia mengirimkan aku botol surat setiap hari tapi ini sudah dua hari dia tidak ada kabar, apa dia menyerah karena perkataan Sam?

"Ini sudah waktunya makan malam apa kau tidak mau turun? bahkan makanan yang di bawa ke kamarmu sedikit sekali yang kau makan"

"Aku baik-baik saja"

Nina menghembuskan nafas lelah sebelum memelukku dari belakang sambil berbaring.

"Maafkan Samuel ka, dia masih belajar untuk mengendalikan dirinya ketika marah" Aku terdiam dan seketika aku berusaha menahan tangis yang ingin keluar.

"Kau tahu?" tanyaku serak tanpa membalikkan badan.

"ya, dia menceritakan segalanya. Pertamanya dia marah dan tidak terima namun sekarang dia di liputi rasa bersalah karena melihatmu seperti ini"

"Apa yang akan kau lakukan jika Sam bukan bangsawan? Jika dia hanyalah bocah biasa yang bisa membuatmu merasa begitu di cintai dan di hargai?"

Nina terdiam dan aku hanya bisa menggeleng lemah.

"we cannot choose who we love, it is just beyond our control" kataku lebih kepada diri sendiri daripada untuk Nina.

Nina sama sekali tidak menjawab ucapan ku dan hanya memilih mencium bahuku lembut sebelum keluar dari kamarku perlahan, diapun tidak mengerti, tidak akan ada yang mengerti.

Esok paginya aku memutuskan untuk turun sarapan, Aku harus menghadapi keluargaku.

"my lady" Sapa Daniel dan Mike yang aku tanggapi dengan anggukan kecil.

"Apa ada anggur untukku?" tanyaku berharap namun kata tidak dari mereka membuatnya pupus seketika.

Aku turun perlahan dan menuju meja makan yang sudah terdengar ramai.

"Lily akhirnya kau keluar juga apa kau sakit?" tanya Kakekku lembut yang aku balas dengan gelengan kecil, Aku langsung mengambil kursi dan merasakan cincinku menekan kulitku lebih dalam karena terkena benda yang ku genggam.

Sialan aku lupa melepasnya! Aku berusaha duduk dengan tenang dan melepaskan cincin itu perlahan untuk aku simpan di sakuku, Aku tidak ingin mereka membuang cincin ini meskipun aku memiliki banyak perhiasan yang lebih mewah namun bagiku ini adalah yang terbaik.

"Kau ingin apa ka?" tanya Sam berusaha memecahkan es di antara kita, Aku tahu sekali jika Sam salah dia jarang sekali meminta maaf namun dia akan terus mengajakku mengobrol atau bercanda sampai aku melupakan salahnya namun sekarang dia harus belajar dewasa!

"Aku bisa sendiri"

Aku meraba perlahan dan menemukan piring roti di sana aku bergerak sangat perlahan sehingga aku tahu seisi meja menahan nafas melihatku namun aku bertekad membuktikan kepada mereka semua bahwa aku bisa membuat keputusanku sendiri.

"Lily aku punya koleksi buku baru untukmu"

"sungguh?" tanyaku sedikit bersemangat karena aku benar-benar mencintai novel klasik dan kakekku paling tahu itu.

The Lady And The BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang