Chapter 2

1.6K 211 10
                                    


Keesokan paginya, Jiang Cheng pun pergi ke ruang pertemuan untuk menemui Lan Qiren. Pikirannya masih kacau memikirkan solusi yang terbaik untuk menolak perjodohan dan meminta pernikahan untuk Wei Wuxian dan Lan Wangji. Ketika masih asyik dengan pikirannya, pintu pertemuan pun terbuka dan menampilkan Lan Qiren beserta kedua keponakannya, Lan WangJi dan Lan XiChen.

"Salam tetua Lan, Ketua Sekte Lan dan Tuan muda  Lan", salam Jiang Cheng sambil menyembunyikan keterkejutannya. Dia memikirkan bahwa pertemuan ini hanyalah internal antara dirinya dan Lan Qiren dan tidak mengharapkan adanya orang lain.

"Salam Ketua sekte Jiang", balas Lan Xichen sopan. "Sudah aku bilang panggil aku paman Qiren, nak Jiang. Untuk menghemat waktu, saya hanya ingin mendengar keputusan nak Jiang", balas Lan Qiren.

"Jadi mana yang nak Jiang pilih dari dua keponakanku ini untuk Anda pinang?", balas Lan Qiren ketika mendapati Jiang Cheng hanya diam lama. Kedua keponakan Lan Qiren langsung menoleh kepada Lan Qiren dan mereka terkejut mendengar perkataan pamannya.

"Apa maksudnya paman?", balas keduanya serempak. "Waduh santai dikit donk, nah Nak Jiang kesini untuk meminang salah satu dari kalian. Iya khan, nak Jiang?" balas Lan Qiren santai.

Kedua keponakan pun langsung menoleh kepada Jiang Cheng. Dia pun langsung panas dingin dibawah tatapan tajam kedua keponakan Lan Qiren tersebut. Kepalanya tambah nyut-nyutan.

"Maaf Guru Lan, bisakah kita bicara berdua?", tanya Jiang Cheng. "Paman Qiren, nak Jiang", balas Lan Qiren sambil menghampiri Jiang Cheng dan memegang pundaknya lembut. "Sebaiknya kita abaikan segala formalitas mengingat sebentar lagi kita akan menjadi keluarga. Nak Jiang mau aku panggil A-Cheng atau A-Yin?", tanya Qiren santai.

"Kumohon Guru Lan,  ada yang ingin aku bicarakan berdua apabila anda tidak keberatan." balas Jiang Cheng. "Ok lah, tapi paman Qiren cuma ingin mendengarkan keputusan nak A-Cheng memilih yang sulung atau yang bungsu. Xichen dan Wangji mohon tunggu sebentar diluar.", kata Lan Qiren santai.

Lan XiChen dan Lan Wangji pun pamit diri tetapi tetap memberikan tatapan tajam ke Jiang Cheng walaupun yang satu masih dengan senyuman. Lan Qiren pun memasang mantra perendam suara setelah kepergian mereka karena berpikir diskusi ini akan agak a lot.

"Guru.....apakah tidak bisa mengalihkan perjodohan ini untuk Wei Wuxian dengan lan Wangji? Secara walaupun Wei Wuxian merupakan anak angkat keluarga Jiang tetapi beliau sudah kami anggap saudari sendiri", kata Jiang Cheng mencoba bernegosiasi.

"Nak A-Cheng, boleh aku tanya apa marga Wei Wuxian? Wei atau Jiang? Sementara nak A-cheng tahu sendiri ditulis harus dengan anak keturuan Jiang. Jadi yah musti dengan nak A-Cheng, kecuali JinXuan mau berbagi istri dengan salah satu keponakan saya", balas Lan Qiren santai sambil menyesap teh.

Jiang Cheng pun tersedak tehnya. Guru lan ini sudah tidak waras yah, masa si merak sombong itu mau berbagi istri. Aish......lagian mana mau kakak menikah lagi? Aduh.....please deh, jangan sampai kebahagian kakak terusik gara-gara taruhan konyol ayah mereka.

Jiang Cheng berpikir keras pilihan apa yang masih tersedia untuknya. Membatalkan? Coret. Hal itu tidak mungkin karena akan mencoret nama ayahnya dan nama sektenya. Mengalihkan? Mengingat percakapan tadi maka pilihan ini pun dia coret dari pikirannya. Menolak? Hah...tidak mungkin......apabila orang-orang tahu maka akan menghina nama keluarga Lan dan masalah akan tambah rumit. Hmmm.....kayaknya salah satu pilihan terakhir adalah menerima hal tersebut tapi dengan siapa? Lan XiChen sudah punya tunangan. Lan Wangji kekasih Wei Wucian apabila dia sedang hamil. Tunggu........Wei Wuxian hamil, berarti Lan Wangji harus menikah dengannya tetapi apakah si kakek tua ini akan merestui keponakan tersayangnya menikah dengan Wuxian?. Hmmmm......tapi kalua tidak direstui, bagaimana nasib anak mereka ?.......huh...Tribg...Tring....Tiba-tiba suatu ide terlintas di benak Jiang Cheng. Senyum liciknya terkembang membayangkan kakek tua itu akan berpikir dua kali untuk memaksa dia menikahi salah satu keponakannya.

"Hmmmm......paman Qiren, boleh saja aku menikahi keponakan paman tapi aku meminta 3 syarat dari paman. Apabila paman setuju maka kita baru bicara soal kelanjutan perjodohan ini dan apabila paman menolak maka kita lupakan soal perjodohan tersebut.", kata Jiang Cheng santai.

"Syarat? Syarat apa nak A-Cheng?", tanya lan Qiren

"Pertama, saya ingin paman merestui pernikahan antara Lan Wangji dengan Wei Wuxian. Kedua, saya ingin status Wei Wuxian sebagai nyonya muda keluarga Lan dan Wei Wuxian mendapatkan tempat disini. Syarat ketiga, setelah menikah saya akan tetap menjadi ketua sekte Jiang dan tetap meneruskan pekerjaan saya sebagai ketua sekte", kata Jiang Cheng dengan senyum liciknya,

"Hmmm......hmmm.......Wow....syarat yang lumayan berat yah nak A-Cheng", kata Lan Qiren. "Bagaimana paman? Setuju atau Tidak?" balas Jiang Cheng santai padahal dalam hati tolak....please tolak.......kalau masalah muka tembok mah ngampang. "Ok lah, jadi nak A-Cheng setuju yah menikah dengan Lan XiChen atau nak A-Cheng mau berbagi suami dengan Wei Wuxian?", tanya Lan Qiren polos.

Jiang Cheng terdiam seribu bahasa. Dirinya tidak menyangka bahwa Lan Qiren akan setuju dengan syarat-syaratnya. Menikah dengan si muka tembok? Helll....No way lah, lebih baik dirinya jadi perjaka tua sampai mati. "Aku akan memilih Lan XiChen", kata Jiang Cheng pelan.

"Aku akan menyetujui semua permintaan nak A-Cheng, tapi saya juga akan meminta 2 syarat dari nak A-Cheng. Syarat ini akan saya katakan bersama Lan XiChen tapi saya meminta nak A-Cheng tidak menolak syarat saya tersebut. Apabila nak A-Cheng tidak bersedia maka saya tidak akan merestui Wei Wuxian dengan Lan Wangji sampai kapanpun", balas Lan Qiren.

"Baiklah saya menerimanya asalkan syarat itu tidak merugikan keluarga dan sekte Jiang.", balas Jiang Cheng lemas. "Bagaimana kita buat surat perjanjian antara kita, nak Jiang Cheng biar tidak ada pihak yang melanggar nantinya. Oh iya, pernikahan nak A-Cheng akan bersamaan dengan pernikahan Wuxian. Apabila nak A-Cheng tidak hadir maka pernikahan mereka pun batal", kata Lan Qiren keras.

Jiang Cheng hanya terduduk dan mengempal tangannya erat. Dia tidak punya pilihan lain selain menerima. Harapannya hanya satu, Lan XiChen akan menolak pernikahan ini. Dengan langkah lesu, Jiang Cheng pun pamit meninggalkan Lan Qiren yang memanggil kedua keponakannya. 

MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang