Jangan Paksa Laura, Ma!

87 8 2
                                    

"Jastin! " seru bu guru tiba-tiba.

"Bu guru? " kaget Jastin.

Kompak Jastin dan Joni pun menoleh ke arah bu Guru. Terlihat ekspresi marah dan kesal bercampur aduk.

"Kamu mau mati kan? " tanya bu guru  kesal dan mendekati Jastin.

"Mmm ... i-itu, Bu .... " Jastin berfikir keras.

"Itu apa? " bentak bu guru.

"Eeee .... " Jastin masih berfikir keras.

"Sini ibu bantu, " kata bu guru dan mendorong Jastin hingga hampir terjatuh.

"Bu guru! " pekik Jastin ketakutan namun tangannya ditahan oleh bu guru hingga yang masih bertumpu hanya telapak kaki Jastin.

"Waaaaa! " pekik Jastin ketakutan.

"Jastin? " kaget warga sekolah di bawah.

"Bu, sabar bu. " Joni mencoba menenangkan.

"Udah diam! " bentak bu guru.

' Apa kali ini aku bakalan jadi saksi pembunuhan? ' batin Joni.

"Bu, ampun bu! " pekik Jastin.

"Bukannya kamu mau mati, ini ibu bantu. Kamu tinggal lepas tangan ibu trus jatuh deh ... " kata bu guru.

"Trus? " tanya Jastin.

"Trus matilah, " kata bu guru.

"Tapi kan, Bu. Saya belum siap mati,  saya maunya nikah dulu baru mati, " kata Jastin.

"Bener gak mau mati? " tanya bu guru.

"Ya, iyalah bu, " kata Jastin dan memperlihatkan tatapan memelas miliknya.

"Itu artinya kamu siap menghadapi cobaan di dunia ini? " tanya bu guru yang mulai menarik kembali Jastin.

"Iya, Bu, " jawab Jastin yang mulai merasa lega.

"Kalau gitu kamu siap dong menjelaskan penyebab hp kamu yang hilang di meja ibu dan tiba-tiba hancur di kamar UKS? " tanya bu guru.

' Mati gua! tadi waktu upacara 'kan tuh hp udah gua ambil, ' batin Jastin.

"Sekarang jelaskan! " kata bu guru.

Jastin hanya terdiam sambil mata melirik-lirik ke tangga untuk turun.

' Kesempatan, ' batin Jastin dan berlari cepat meninggalkan bu guru dan juga Joni.

"Jastin! " seru bu guru kesal.

Jastin pun berlari menuruni anak tangga hingga tiba di lapangan.

"Jastin lu gapapa? "

"Lu nekat banget si? "

"Lu ngapain mau bunuh diri? "

"Kenapa gak mati aja si? "

Jastin terus berusaha menerobos keramaian yang ada hingga tiba di parkiran.

"Tunggu gua Laura, " kata Jastin dan menjalankan motornya ke rumah sakit.

★★★★★

Sesampainya di rumah sakit, Jastin pun langsung mencari keberadaan kamar rawat kak Beca yang kalau kata suster nomor 9.

Tanpa disengaja Jastin mendengar percakapan Laura dan juga Mamanya.

"Kakak kamu hampir aja keguguran, dan gak lama lagi akan melahirkan. Apa kamu udah punya pilihan untuk jodoh yang dipilihkan keluarga? " tanya Mama.

"Gimana yah, ma. Aku belum punya pilihan, lagipun aku belum siap untuk nikah, Ma, " keluh Laura.

"Tapi, Nak. Kamu harus cepat memilih sayang, " kata Mama.

"Mama jangan maksa dong! " seru Jastin tiba-tiba.

"Jastin? " kaget Mama dan Laura kompak.

"Kalau Laura gak mau ya jangan di paksa! " seru Jastin.

"Jastin ... " bisik Laura dengan mata melotot.

"Diem! " seru Jastin.

"Mama harus tau Laura itu maunya cuma sama saya, " seru Jastin.

"Jastin ... " bisik Laura dan mencubit pinggang Jastin.

"Apaan si? gua lagi belain elu, " omel Jastin.

"Woy bisa diem gak? " seru pasien di kamar 8.

"Tau tuh, gua lagi sakit kepala! " seru pasien di kamar 6.

"Mau-mau gua lah, ini juga tempat umum kali. Kalau pusing ya pulang tidur,  ngapain ke rumah sakit? " sahut Jastin.

"Sekuriti! " seru pasien di kamar 7.

Tak lama datang dua sekuriti dan menyeret Jastin.

"Laura lu tenang aja, gua gak bakalan biarin lu nikah ama cowok lain! " seru Jastin.

Next or stop?
#olehAsellaMN

ku dijodohkan pada 5 priaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang