Ketua JB?

113 14 2
                                    


Laura dan Desi berlari kecil di lorong-lorong rumah sakit hingga tiba di UGD. Terlihat seorang dokter pria keluar dari ruangan tersebut.

"Dok!" panggil Laura cepat.

Dokter tersebut pun menoleh heran.

"Ya?" herannya.

"Bagaimana keadaan Jastin, dok? Apa dia baik-baik aja?" tanya Laura khawatir.

"Apakah adek ini salah-satu keluarganya? karena saat ini kami tidak bisa menyebarkan informasi tentang keadaan Jastin ke sembarang orang," kata Dokter.

' Emang apa masalahnya sampai-sampai orang asing pun gak boleh tau? ' batin Laura.

"Dia ini tunangannya Jastin, dok," sahut Desi tiba-tiba.

"Des!" bisik Laura dengan mata melotot sambil mencubit pelan lengan Desi.

"Oo ... tunangannya, ya?" tanya Dokter.

"Ehehe, iya dok," kata Laura tersenyum manyun.

' Awas aja lu, Des, ' batin Laura.

"Sampai sekarang Jastin belum sadarkan diri. Tadi hanya ada luka sobekan di tangannya dan sekarang sudah dijahit. Kalau adek mau masuk ke dalam buat jenguk juga gapapa, tapi jangan biarkan sembarang orang masuk ya, dek. Adekkan tunangannya, pasti tau lah alasannya," jelas pak dokter.

Laura hanya mengangguk mengiyakan.

"Ya sudah kalau gitu saya tinggalin, permisi," pak dokter pun pergi meninggalkan Laura dan Desi.

"Ya udah,  yuk masuk," ajak Laura dan masuk ke dalam bersama Desi.

Ketika Laura masuk, terlihat Jastin sedang terbaring lemah tak sadarkan diri dengan selang impus di tangannya. Dengan langkah yang lemah Laura mendekati Jastin dan duduk di kursi sebelahnya.

' Andai lu tau kalau gua itu khawatir banget ama lu, Tin, ' batin Laura sambil membelai lembut rambut pirang milik Jastin.

"Udah deh jangan bucin gitu," tegur Desi.

"Siapa yang bucin si?" kata Laura dan menghentikan belaiannya.

"Emang lu bucin," kata Desi.

"Oh ya, kata lu mau jelasin masalah yang sebenarnya?" tanya Laura.

"Hmm iyah, gua hampir lupa," kata Desi.

"Ya udah, jelasin," kata Laura.

"Lu tau gak soal klub ME? (mata elang)" tanya Desi.

"Tau, itu klub paling gak waras yang ada di kota sebelahkan?" tanya Laura.

"Nah, klub itu yang nyerang kita tadi!" seru Desi.

"Hah? kok bisa?" kaget Laura.

"Iyah, lu tau jugakan soal klub JB?" tanya Desi.

"Klub JB?" bingung Laura.

"Iya," sahut Desi.

"Ah iya, kan klub itu yang jadi penguasa daerah kita," kata Laura.

"Nah, asal lu tau klub ME dengan klub JB itu sekarang lagi berebut daerah kekuasaan, Ra," jelas Desi.

"Lha, apa hubungannya dengan tawuran tadi?" tanya Laura bingung.

"Lu gak tau si ... ketua klub JB kan ada di sekolah kita," kata Desi.

"What? Beneran? Orang yang paling sadis di kota ini ada di sekolah kita?" kaget Laura.

"Iya, dan lu pasti gak percaya kalau tau siapa orangnya," kata Desi.

"Emang siapa Des?" tanya Laura.

"Jastin!" jawab Desi.

"Ja-jas-jastin?" kaget Laura tak percaya.

"Iyah, JB artinya Jastin Biber," kata Desi.

"Jadi selama ini Jastin .... " Laura terdiam.

"Iya, Jastin adalah penyebab kebakaran di sekolah itu, Ra," sahut Desi.

Laura hanya terdiam gak percaya.

"Lu berdua ngomongin gua?" tiba-tiba Jastin tersadar dari pingsannya.

"Jastin?" kaget Laura dan Desi kompak.

"Bantuin gua duduk dong, Laura," pinta Jastin manja.

Laura pun segera membantu Jastin duduk dengan bantal sebagai sandaran.

"Jastin lu .... " kata Laura ragu.

"Bos!" tiba-tiba serombongan pria datang dengan berbagai macam penampilan.

"Bos, gapapa?" tanya salah satu di antara mereka yang terlihat jauh lebih dewasa.

"Bos, gua khawatir banget ama lu," seru di antara mereka yang memiliki suara melengking.

"Lu semua ngapain kesini?" tanya Jastin.

"Ya, jenguk bos lah," jawab yang suaranya melengking.

"Masalah tuh anak ME udah beres apa belum?" tanya Jastin.

"Itu yang mau kita omongin bos," kata pria yang nampak dewasa.

Jastin terdiam sambil menatap ke arah Laura dan juga Desi. Seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Desi gua minta lu keluar bentar boleh gak?" tanya Jastin.

"Oke, yuk Laura," ajak Desi.

"Laura tetep di sini," kata Jastin menahan lengan Laura.

"Yaelah, pelit amat si," kata Desi dan pergi dengan wajah cemberut.

"Ehm bagaimana soal keadaan sekolah? Apa dibakar kaya sekolah gua yang dulu?," tanya Jastin.

"Hampir bos, tapi udah kita tahan kok," sahut mereka.

Jastin hanya mengangguk dengan perasaan lega.

"Tapi bos, klub ME memberi kita kesempatan terakhir buat nyerah dan memberikan daerah kekuasaan bos," kata mereka.

"Gua udah tau ini sejak awal. Bilang ama ketua mereka kita besok malem ketemu di perbatasan dan ngomongin masalah penyerahan daerah kekuasaan," kata Jastin.

"Maksud bos kita nyerah?"

"Enggak lah, gua punya rencana lain," kata Jastin dan tersenyum sinis.

"Maksud bos kita bakalan bunuh mereka?"

"Goblokk, ya enggak lah. Emang gua kaya mereka? Nyerang pas lagi lemah-lemahnya?" kata Jastin.

"Btw, ini pacar bos?" tanya anak buah Jastin sambil melirik ke arah Laura.

Laura pun mulai risih terhadap perlakuan mereka.

"Seret dan hukum!" seru Jastin tak senang.

Refleks orang yang tadi melirik Laura pun di bawa keluar.

"Bos, ampun bos!"

' Jastin '






Next or stop?
#olehAsellaMN

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ku dijodohkan pada 5 priaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang