8. RASA BERSALAH

68 9 3
                                    

Aku merasa bersalah melakukan itu padamu, tetapi mengapa aku ragu untuk meminta maaf?

***

Hal yang paling indah adalah mengenang masa lalu, masa kecil lebih tepatnya. Masa-masa bermain bersama yang tak akan terlupakan selamanya. Itulah yang dirasakan Malik. Dia rindu dengan sahabatnya, Ara.

Pemuda itu mengambil sesuatu yang sudah dia simpan dua hari yang lalu. Dia memandang benda kecil itu dengan tatapan kosong.

Bandul minions membuatnya teringat akan masa kecilnya. Kerinduan yang menggebu dalam dirinya sudah terlalu lama. Andai waktu bisa di putar, dia tidak akan meninggalkannya sahabat kecilnya itu.

"Ara gue kangen main sama lo, kapan gue bisa ketemu lo," gumam Malik. Pemuda itu menarik napas dalam. Pikirannya terlintas seseorang yang membuatnya bernostalgia dengan masa indah itu.

Malika. Mengapa gadis itu tau hal yang dirinya suka? Darimana dia tau semua itu?

Malik memegang dagunya seperti sedang memecahkan misteri yang tak kunjung dia ketahui, kecuali bertanya dengan sumbernya.

Malik tau perilakunya memang salah kepada Malika tadi siang. Bukan tanpa sebab, dia hanya ingin memperingati gadis itu agar tidak melakukan hal buruk lagi. Dia lepas kendali, tak memikirkan bahwa dia melakukan ini kepada seorang perempuan.

Rasa bersalah menghantuinya. Mengapa rasa ini muncul di benaknya? Biasanya, jika dia menyakiti seseorang merasa bodo amat terhadap orang disakitinya. Tetapi kali ini mengapa dirinya merasa menjadi orang yang jahatnya melebihi seorang gangster?

*****

Hari ini SMA Nusa sedang bebas pelajaran atau sering disebut dengan istilah jamkos. Menurut pengumuman dari pengeras suara, ada rapat antara para guru dan kepala sekolah. Tentu semua murid senang akan hal itu. Ada yang mengobrol, bermain di lapangan, dan ada juga yang belajar, itu bagi murid teladan.

Seperti yang dilakukan Malika sekarang, dia sedang mencatat sesuatu di bukunya. Inilah kebiasaanya, jika ada waktu luang dia akan merangkum dari buku tebal agar belajarnya nanti lebih mudah. Ditemani Dinar yang berada di sampingnya sedang membaca novel terbaru penulis favoritnya.

"Eh, kemarin gimana lancar kan," ucap Dinar mengawali pembicaraan.

Malika menghentikan aktivitasnya. "Lancar kok, udah gue bersihin semuanya."

"Kemarin sebelum balik, gue liat Malik ke arah kamar mandi. Lo ketemu sama dia?"

Malika tersenyum kikuk. "Nggak, gue nggak liat."

Malika tidak ingin Dinar tau yang terjadi kemarin di kamar mandi antara dirinya dengan Malik.

****

Selesai mengisi perut di kantin, Malika pergi menuju ke kelasnya. Dia hanya sendiri, sahabatnya Dinar sedang ada urusan anggota basket perempuannya.

Cewek itu memang aneh dari yang lain. Jika kebanyakan siswa perempuan memilih eskul seperti cheers, menari, atau yang lain. Justru Dinar lebih memilih eskul yang lebih memerlukan tenaga. Walaupun hanya beranggotakan sedikit siswi saja. Berbanding terbalik dengan dirinya, dia lebih memilih eskul bernyanyi.

Memang sahabatnya itu sedikit tomboy. Sedangkan dirinya kebanyakan mengenalnya sebagai gadis yang kalem. Menurutnya, tidak kalem-kalem amat sih, hanya jaga jarak jika belum terlalu kenal. Persepsi orang berbeda-beda menilai sifat dirinya. Tergantung lamanya orang mengenalnya.

Ketika ingin menuju tempat duduknya, Malika melewati bangku Malik. Dia melihat gambar seseorang dibukunya yang dibiarkan terbuka di atas mejanya.

Malik menggambar dirinya?

Ada rasa senang di dalam hati Malika. Gadis itu tersenyum lebar saat melihatnya. Kebetulan kelasnya sepi, jadi tidak ada siswa-siswi yang melihat perubahan ekspresi di wajahnya.

Malika tak menyadari ada seseorang yang melihatnya dari balik jendela kelasnya.

****

Bel pulang sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Tetapi Malika masih berada sekolah karena masih bergulat dengan Malik meminta diantarkan pulang.

"Please Malik gue pulang bareng lo,"  desak Malika.

Pemuda itu hanya menunjukkan raut muka kesal. Sudah beberapa kali menolak, tetapi gadis di depannya selalu mencegah laju motornya. "Gue nggak mau," ucap Malik enteng.

"Yah satu kali ini aja, please." Malika bicara dengan nada seperti anak kecil.

Sejak Malik pergi dirinya memang mengalami perkembangan, dia tidak menjadi penakut lagi. Malika akan melakukan hal apa saja agar bisa pulang bersama pemuda itu. 'Gue akan ngelakuin yang menurut orang lain aneh demi seorang Malik,' itulah moto hidupnya saat ini.

"Tadi gue liat buku lo, ada gambar gue. Artinya lo udah nggak marah lagi kan atas kejadian kemarin."

Malik menyesal meletakkan bukunya disembarang tempat. "Itu gambar sahabat kecil gue, bukan lo." Memang benar yang dikatannya, dia memang menggambar wajah sahabatnya Ara untuk mengobati rasa rindunya.

"Katanya gue mirip sahabat lo itu, anggep aja gue sahabat kecil lo," ucapnya tetap menunjukkan ekspresi ceria. Malika merasa tubuhnya melemah seketika saat mengatakan hal itu. Walaupun realita dia memang Ara bagi Malik.

"Terserah lo, gue nggak akan anggep lo itu Ara. Lo itu beda sama dia!" tegas Malik penuh penekanan di setiap katanya.

Nyali Malika menjadi ciut mendengar bentakan Malik. "Oke, gue paham."

Malika yang semula berdiri di depan motor Malik, berpindah ke arah sampingnya. Membuat celah untuk Malik pergi dari hadapan dirinya.

Malika berdeham, "Kalau emang kenyataanya Ara ada di dekat lo, lo bakal apa?"

"Bukan urusan lo!" sarkas Malik.
Pemuda itu menancapkan gas meninggalkan Malika yang masih termangu.

Thank you♡.

Malik dan Malika (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang