3. BERUBAH

121 14 1
                                    

Aku rasa kamu sudah berubah. Mengapa? Aku ingin tau alasannya.

***

Malika rasanya ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Malik bahwa dia adalah sahabat kecilnya, tetapi rasanya canggung jika dia mengatakan itu setelah beberapa tahun tidak bertemu. Dulu dia pernah berpikir dipertemukan kembali dengan Malik memiliki kemungkinan kecil, tetapi takdir berkata lain.

"Eh waktu itu siapa yang nolongin lo? Gue nggak jelas liat mukanya," tanya Dinar di kantin.

"Itu Malik."

Dinar tersedak ketika mendengar kata Malik. "Hah beneran? Si Malik cowok baru di kelas kita itu? Oh apa karena ini lo kasih dia nasi goreng?"

Malika hanya membalasnya dengan anggukan. Dia enggan membahas kejadian kemarin, toh dia sudah berterima kasih kepada Malik atas bantuannya. Ya, walaupun Malik sedikit terpaksa menerima nasi goreng buatannya, Malika yakin pemuda itu tetap menghargai pemberiannya.

"Gue liat-liat mukanya datar. Kayanya dia tipe cowok dingin gitu deh kaya di cerita yang gue sering baca di novel."

Dingin? Ya memang, Malik yang sekarang memang berbeda dengan Malik sewaktu kecil dulu. Dulu Malik adalah anak yang humor selalu menghibur ketika Malika sedih.

"Ngapain lo pada, lagi ngomongin gue ya." Tiba-tiba seseorang datang menyela pembicaraan mereka.

"Ngapain lo disini? Ganggu aja!" cibir Dinar.

"Suka suka gue lah," balas Dodi acuh.

Dinar dan Dodi memang selalu begitu. Jika di pertemukan pasti selalu ada pertengkaran kecil di antaranya.

Dodi beralih menatap Malika. "Malika, di cariin Bu Dina tuh," ucapnya.

Malika segera menghabiskan makanannya dan beranjak pergi ke ruangan Bu Dina.

****

Tok Tok Tok

"Assalamualaikum."

Sepertinya Bu Dina sudah menunggu kehadiran Malika, "Waalaikumsalam. Silakan duduk Malika."

"Maaf, ada apa ya Ibu panggil saya?"

"Saya mau membahas tentang SPP kamu yang sudah nunggak dua bulan, kamu tau kan Malika, peraturan sekolah ini?" tanyanya dengan nada sedikit kesal.

"Iya Bu, saya usahakan membayar dalam waktu dekat ini setelah Ibu saya gajian."

"Baiklah, kamu boleh kembali ke kelasmu."

Malika keluar ruangan Bu Dina dengan muka kusut. Memang semenjak ayahnya tiada kehidupan ekonominya berubah. Dulu ayahnya sebagai pencari nafkah, sekarang ibunya sebagai penggantinya. Ibunya hanya bekerja sebagai ART di rumah tetangganya, itu pun terkadang tidak cukup untuk memenuhi kehidupan seharinya.

"Malika, ada apa?" tanya Dinar ketika Malika duduk di sebelahnya.

Malika menggeleng.

"Malika please deh, dari muka lo aja udah ke tebak. Ada apa? Coba cerita, siapa tau gue bisa bantu?"

Malika menghela napas gusar, sebelum berkata, "SPP gue udah nunggak dua bulan."

"Astaga Malika, kalo lo mau, gue bisa kok pinjemin lo uang."

"Ya nggak gitu juga lah gue nggak enak sama lo."

"Gapapa lagi, apa gunanya sahabat kalau nggak nolong ketika sahabatnya butuh, atau coba gini kebetulan teman bokap gue ada yang punya restoran, gue lumayan deket sih sama dia. Lo mau nggak kerja disana?"

Malika tersenyum, "Iya mau."

****

Hari ini SMA Nusa mengadakan pertandingan basket antarkelas. Kelas yang menang nantinya akan mengikuti lomba se kecamatan.

"Ayolah Dinar temenin gue nonton pertandingan basket."

"Gue udah bilang berapa kali sih Malika?! Gue nggak mau," sarkas Dinar.

Malika menonton pertandingan basket sendirian karena saking penasarannya bagaimana damage Malik saat bermain basket. Malika menatap semua siswa di tribun, tapi tidak ada yang akrab. Apakah sepanjang permainan dia akan diam saja? Itu jelas membosankan. Akhirnya gadis itu memilih berkumpul dengan teman sekelasnya.

Di sebelah kanan lapangan basket ada anggota cheers yang sedang menyemangati tim basket yang sedang bertanding. Ada Lyora disana. Lyora nampak tak mau mengalihkan pandangannya ke Malik dan menyemangatinya dengan perkataan alay. Malika yang melihatnya jengah.

Malika berpamitan kepada teman sebelahnya pergi ke kantin untuk membeli minuman. Ketika kembali ke lapangan ternyata pertandingan sudah selesai, kelas Malikalah pemenangnya dan akan masuk ke Final.

Malika menghampiri Malik yang sedang duduk di bawah pohon bersama teman-temannya, "Malik ini minuman buat lo," ucapnya sambil menyodorkan minuman yang dia beli tadi.

"Nggak perlu gue udah beli."

Mendengar itu rasanya Malika ingin menangis di tepat. Tidak bisakah Malik membahagiakan hatinya sebentar saja?

"Yah, gue udah beli dua nih yang satu buat lo yang satu buat gue, kalau dua duanya buat gue kembung dong gue nanti."

"Yaudah Malika buat gue aja," ucap Dodi di sebelah Malik.

"Iya buat lo aja nih daripada mubazir," ucap Malika melirik sebal kepada Malik. Gadis itu pun kembali ke kelasnya tanpa berpamitan.

Sepeninggalan Malika, Malik sedikit bersalah sudah menolak pemberiannya, yang nasi goreng tadi pun itu sudah cukup, menurutnya. Dia hanya tidak ingin membuat cewek itu akan menganggapnya sebagai cowok pemberi harapan palsu, jika selalu menerima pemberiannya tapi tidak memberi kepastian. Karena bukan itulah sifat asli Malik. Dia hanya ingin menjaga perasaan wanita.

"Jangan gitu juga lah Malik, baru kali ini Malika bersikap kaya gitu ke cowok," ucap Dodi.

Malik mengerutkan keningnya, "Masa sih?"

"Iya. Lo tau? Baru kali ini, gue liat Malika care ke cowok, dia tuh tipe cewek yang nggak gampang kenal sama orang baru, tapi kalau udah akrab ngebacot mulu tuh anak."

Malik pikir Malika adalah tipe cewek playgirl. Malik jadi penasaran apa tujuan Malika mendekatinya.

Thank you♡.

Malik dan Malika (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang