Sudah berapa banyak luka ini. Sampai aku lupa menghitungnya.
***
"Malik," sapa Malika ketika sampai di kelasnya. Sebelum itu, dia bersembunyi dibalik pintu ingin membuat kejutan.
Pemuda itu melirik sebentar, lalu melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya.
"Ihh kok lo nggak sapa balik sih."
"Harus?"
"Yaudah deh lupain soal itu, nih gue bawain sarapan buat lo," sambil menunjukkan bekal miliknya yang berisi roti sandwich.
"Telat, gue udah sarapan di kantin."
"Yah, jadi nggak mau nih?"
"Mana tugas matematika gue?"
"Nih, udah selesai semua," ucap Malika mengambil sebuah buku dari tasnya.
Malik langsung menerimanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Malika hanya melihatnya nanar, apa dirinya hanya patung bagi Malik?
"Ditolak?" tanya Dinar.
Malika mengangguk lemas. Dia duduk dengan muka seperti jemuran yang tak kering satu minggu.
"Tenang aja, kan masih ada gue penampungnya."
"Nih, lo habisin semua."
"Lo udah makan emang?"
"Kenyang!"
Dia beranjak dari duduknya dan pergi ke tempat yang sudah dia rindukan.
"Ikan, lagi apa?" tanya Malika saat tangannya meyentuh air kolam di taman.
"Gue mau curhat nih, eh kita kan nggak terlalu dekat. Jadi, gue pake aku-kamu gapapa, kan?"
"Lo diem? Gue anggep iya."
"Aku mulai ya? Kamu siap denger nggak? Kamu jangan ikutan sedih loh."
Malika seperti anak kecil yang tidak mempunyai teman. Benar-benar memprihatinkan.
"Udah beralih sama ikan? Temen gue terkhianati dong."
"Ngapain lo di sini."
"Harusnya itu pertanyaan buat lo, ngapain lo di sini?"
"Harus ya gue jawab?"
Dodi menaikkan bahunya, teman sekelasnya sekaligus teman dekat cowok yang dia sukai, "Gue boleh minta tolong nggak, Do?"
"Apa?"
"Tolong bilangin ke Malik, jangan lupa makan dan selalu baik sama orang."
"Emang Malik nggak baik?"
"Gue rasa gitu."
Dodi hanya manggut-manggut. Sebenarnya apakah yang di katakan Malika ini, hanya settingan semata? Untuk memikat hati temannya, Malik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Malik dan Malika (SELESAI)
Teen FictionBagi Malik, Malika adalah kado terindah yang di berikan Tuhan kepadanya. Sedangkan bagi Malika, Malik adalah tembok besar pelindung baginya. Suatu ketika Tuhan merenggut kebahagiaan mereka. Perpisahan tidak membuat kisah mereka berujung. Semasa pu...