18. LUPA

37 5 0
                                    

Kamu lupa akan diriku, apa kamu juga sudah melupakan kenangan antara kita?

***

Jalanan macet mungkin sudah biasa bagi orang yang tinggal di kota besar. Itu bukanlah hal wajar bagi Malik. Karena dia tidak terbiasa. Dia hanya menunjukkan rasa cemas sekaligus khawatir. Sesekali pemuda itu mengedarkan pandangan sekitar, tidak ada yang memakai seragam sepertinya. Kebanyakan pekerja kantoran.

Malik mengumpat dalam hati. Mengapa hari sial menimpanya kali ini?

Tepat dugaanya, pintu gerbang sudah di tutup. Ponselnya tiba-tiba bergetar. Ada seseorang yang mengirim pesan.

+6285XXXXX

Malik, lo telat? Ke tembok belakang aja.
Malika

Read

Dia segera mengikuti instruksinya. Tidak peduli, yang dia lakukan berhasil atau tidak. Tanpa berpikir panjang, dia langsung memanjat tembok belakang sekolah. Tidak ada alat bantu apapun di sana.

Sialnya, Pak satpam sedang berkeliling ditemani dengan bu Heny. Malik mencari jalan menuju kelasnya, agar tidak ketahuan.

"Malik!" Suara mengelegar itu sontak membuat langkahnya terhenti. Malik tidak berani menoleh.

Bu Heny langsung menghampiri pemuda itu. "Kamu kenapa telat? Lewat mana kamu?"

Bingung harus menjawab apa. Seharusnya tadi dia tidak mengikuti saran dari Malika. Dia pikir itu akan baik bagi dirinya, justru membuat dia masuk perangkap harimau. "Saya lewat te ... mbok belakang sekolah."

"Apa?! Beraninya kamu lewat situ. Anak baru tapi sudah bikin onar. Saya pikir kamu anak baik-baik. Ternyata dugaan saya salah."

Malik menatap guru itu, mukanya merah padam. "Tapi kan, darurat Bu."

"Darurat? Siapa suruh kamu datang terlambat?"

"Maaf Bu. Saya janji tidak akan mengulaginya lagi," ucap Malik mencoba bernegosiasi.

"Saya pegang janji kamu. Berhubung kamu anak baru dan baru sekali melakukan kesalahan, kali ini saya bisa toleran. Segera masuk ke kelasmu."

Malik mengangguk cepat, dia bergegas menuju kelasnya. Sesampainya disana di pandangnya Malika yang tersenyum ke arahnya.

Bukannya mengarahkan, malah menyesatkan, batin Malik.

****

"Lo sengaja bikin gue ketauan sama Bu Heny?"

"Hah?"

"Lo tadi kan yang kirim pesan ke gue?"

"E ... nggak."

"Bohong!"

Malika segera mengecek roomchatnya Sudah lama memang dia menyimpan nomer Malik yang dia dapatkan dari sahabat pemuda itu, Dodi. Tetapi dia enggan untuk mengirim pesan ataupun menelpon sampai sekarang.

Dan benar satu pesan terkirimkan, tetapi dia merasa tidak mengetikan sesuatu. Dia mengingat ingat. "Dinar ..," lirih Malika.

Malika bangkit dari tempatnya, mencari Dinar di kantin. Sahabatnya itu justru sedang asyik makan, tanpa merasa bersalah karena sudah membajak ponselnya. "Lo kan, yang lakuin ini?" ucap Malika memapangkan ponselnya.

Malik dan Malika (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang