Kita hanya manusia biasa. Lalu, mengapa kelakuan kamu seperti yang menguasai alam semesta?
***
Malika keluar dari ruang BK dengan muka masam. Pasalnya guru BK Bu Heny, memarahinya karena dia menyangka Malika lah yang pertama memulai perang dingin antara dirinya dengan Lyora.
Sudah menjadi guru fisika tetapi guru BK juga di embat. Kemaruk sepertinya bodynya.
Ketika Malika membuat kesalahan, pangkatnya menjadi juara kelas selalu dijadikan bahan untuk mengomelinya.
Dia bilang, "Kamu itu anak pintar Malika, kenapa buat ulah yang nggak masuk akal? Saya juga banyak ngurusin brandalan disini, di tambah anak rajin malah masuk BK!"
"Saya juga pusing nggak ngurusin perilaku kalian aja yang bikin masalah, tapi saya juga ngajar." lanjutnya dengan nada tinggi.
Siapa suruh ngajar dua mapel sekaligus? batin Malika.
Malika dan Lyora diam.
Sesekali Malika membela diri saat guru itu tidak mengatakan kebenaran. Tetapi apa boleh buat pembelaan yang dilakukannya tidak dapat menyangkal pemikiran Bu Heny.
Guru itu tetap mengira dalam hal ini Malikalah yang bersalah.
Tetapi beruntung Malika tidak di hukum hormat ke tiang bendera seperti pada pelajaran fisika, dia hanya di beri nasehat dan hukuman ringan.
"Gimana Lika, lo nggak di skors atau di hukum yang berat, kan?" tanya Dinar cemas.
"Nggak, cuma di suruh ngebersihin toilet."
"Syukurlah."
Di belakang Malika ada Lyora yang tersenyum kemenangan, "Makanya jangan cari masalah sama gue, ini kan akibatnya." berlalu meninggalkan keduanya.
Lyora memang sudah berubah sifat, setelah mereka naik kelas XI.
Perilakunya kali ini sudah melampaui dugaan Malika. Dia pikir Lyora sudah memaafkan kesalahan yang entah, Malika tidak tau.
"Sialan banget tuh cewek, padahal kan dia yang mulai malah lo yang di hukum," kesal Dinar.
"Udahlah Din biarin suka-suka dia, nanti juga kena karmanya sendiri."
Dinar terkadang bingung dengan sahabatnya ini, sudah di permalukan di depan umum tetapi tetap memaafkan orang yang sudah jahat padanya.
Mereka memasuki kelas yang sudah ramai, tetapi belum ada guru yang masuk.
"Malika lo gapapa, kan?" tanya Dodi.
"Iya gue gapapa kok."
"Ehh bilangin sama temen lo tuh jangan nampar seseorang kalau nggak tau masalah sebenernya," kini Dinar yang bersuara.
"Dinar udahlah," ucapnya mencegah perempuan itu agar tak mengeluarkan kata-kata pedasnya.
Malika mengedarkan pandangan ke arah Malik. Pemuda itu sedang menulis atau menggambar sesuatu di bukunya. Malika sedikit kecewa atas perilaku Malik kepadanya.
Sepanjang pelajaran Malika tidak konsentrasi sampai guru beberapa kali menegurnya. Kejadian di kantin tadi membuatnya sedikit malas mengikuti jam pelajaran yang sedang berlangsung.
Dia ingin segera pulang, menenangkan diri dalam kesepian.
Bel pulang berbunyi. "Akhirnya," gumam Malika.
"Malika sorry yah, tadinya gue mau bantuin lo tapi tiba-tiba bokap gue suruh pulang cepet."
"Iya, gapapa gue bisa kok sendirian."
"Yakin?"
Malika mengangguk.
"Kalau ada apa apa telpon gue ya, bye Lika."
Malika segera merapikan bukunya dan bergegas menuju toilet untuk melaksanakan hukumannya. Walaupun ada yang membuatnya iri, Lyora tidak diberi hukuman sama sekali.
Sudahlah mungkin ini menjadi pelajaran ke depannya untuk menjadi lebih baik, pikirnya.
Ketika sampai di toilet pria, ada suara dari dalam sana. Malika penasaran. Dia terkejut ternyata ...
"Malik, ngapain lo disini."
"Lo liat kan gue lagi ngapain," ucapnya sambil memegang sikat kamar mandi di tangan kanan dan gayung yang berisi air di tangan kiri.
"Lo pulang aja, biar gue aja yang bersihin ini semua, "ucapnya pelan. Walaupun dalam lubuk hatinya sebenernya senang, karena Malik ternyata masih peduli terhadapnya.
"Gue udah bantu lo, bukannya bilang terima kasih malah ngusir."
Malika tak menyangka mendapat jawaban itu dari pemuda di depannya,"Ya enggak gue cuma—"
"Katanya lo dihukum ngebersihin toilet makanya gue kesini. Gue dapat informasi ini dari Lyora. Sebenernya gue mau minta maaf Lika atas perilaku gue ke elo. Awalnya gue nyesel nglakuin hal itu sama lo."
Malik menjeda kalimatnya, "Tapi ternyata gue sadar kalo lo itu pantes dapet tamparan supaya lo sadar diri!"
Malika tidak mengerti arah pembicaraan Malik. Sebenarnya apa maksud dari perkataanya? "Lo ngomong apaan sih gue nggak maksud."
"Nggak usah sok baik deh lo, tadinya gue pikir lo itu sahabat kecil gue, karena muka lo sama dia tuh mirip. Tapi gue salah sahabat gue Ara dia itu baik, lembut. Bukan Malika yang ngomongnya kasar dan nggak punya etika!" ucapnya berlalu meninggalkan Malika yang masih terpaku ditempat.
Sebenarnya apa yang ada dipikiran Malik tentang dirinya? Mengapa Malik begitu membencinya sekarang. Malika tahu kejadian di kantin tadi membuatnya berkata kasar terhadap Lyora.
Hal itu bukanlah sifat aslinya. Dia hanya ingin menasehatinya, tetapi kemarahanny malah sulit dia kendalikan. Malika menyesal atas kejadian tadi, dia tau Lyora pasti sengaja melakukan itu untuk memancing emosinya.
Thank you♡.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malik dan Malika (SELESAI)
Novela JuvenilBagi Malik, Malika adalah kado terindah yang di berikan Tuhan kepadanya. Sedangkan bagi Malika, Malik adalah tembok besar pelindung baginya. Suatu ketika Tuhan merenggut kebahagiaan mereka. Perpisahan tidak membuat kisah mereka berujung. Semasa pu...