19. MARAH?

51 5 0
                                    

Tak seharusnya aku bersikap seperti ini, kepadamu.

***

Kemarin malam, Malika mengunjungi rumah Dinar dengan pulang mata lebam. Dia bercerita tentang Malik yang selalu menolak ajakannya. Hanya Dinar, tempatnya untuk bercerita segala kegundahan hatinya.

Yah, lebay.

"Udah, jangan dilanjutin di sekolahan. Nanti malah semua orang bertanya-tanya tentang lo."

Malika mengahapus air matanya, dia keluar untuk memcuci muka. Saat akan masuk kembali ke kelasnya tak sengaja dia berpapasan dengan Malik yang baru datang.

Tak seperti biasanya, Malika akan menyapa, kini dia hanya menatapnya dengan raut kesedihan tanpa ada satu katapun yang dia lontarkan.

Malik tak memusingkan hal itu, dia bersikap seperti biasanya. Hari ini Malika menuruti perkataannya dengan tidak menjadi asistennya lagi.

Tetapi ada yang janggal dengan gadis itu, sewaktu bekerja kelompok Malika tampak lesu, padahal satu kelompok dengan Malik.

"Kita, belajar di taman aja," ucap Malik. Dia sudah meminta ijin kepada bu Heny, untuk mendiskusikan tugasnya di tempat yang lebih nyaman.

"Nggak, gue mau tetap di kelas," sanggah Malika.

Malik mengerutkan alisnya. Tak ingin berdebat semua setuju dengan permintaan Malika.

"Malika kenapa tuh, gue liat mukanya cemberut terus," tanya Dodi saat di kantin.

"Gue juga nggak tau," jawab Malik santai.

"Lo apaain dia?"

"Gue?"

"Iya."

"Apaan," ucap Malik tidak mengerti.

"Lo pasti selalu tolak dia ya?"

"Gue nolaknya halus kok."

"Gini Malik, kesabaran tuh ada batasnya. Apalagi cewek, sensitive banget. Gue salut sama Malika selalu di tolak tapi tetap pertahanin perasaanya."

"Maksud lo apa?"

"Lo pura-pura nggak ngerti apa emang benar nggak paham?"

Malik mengangkat bahunya. Dia mengerti yang di bicarakan temannya itu, tetapi menurutnya tidak pas untuknya.

"Eh, maaf nggak sengaja," tiba-tiba saja seorang perempuan, menumpahkan kuah bakso ke arah Malik.

"Nggak sengaja lo bilang, baju gue jadi basah!" ucap Malik meratapi pakaian yang basah.

"Maaf kak, aku benar-benar nggak sengaja."

Seseorang datang melerainya. "Biar gue yang bersihin pakaian lo."

"Nggak perlu," tolak Malik.

"Kalau nggak perlu, kenapa marah? Seharusnya lo bersikap biasa aja dong. Jangan manfaatin pangkat lo kakak kelas untuk bersikap seenaknya ke adik kelas."

Sebelum kejadian ini, Malika yang awalnya sedang menikmati makanannya bersama Dinar. Suatu kejadian tertangkap oleh netranya. Melihat raut wajah Malik yang marah. Dia segera menghampirinya.

Malik dan Malika (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang