Sebuah Perjanjian dan Rahasia

41 3 0
                                    

Ada saatnya kita harus merelakan seseorang pergi, bukan karena kita tidak lagi mencintainya, Namun keadaan memaksa kita harus melepaskannya.

-Raya Aurora

Saat ini dito sudah berada ditempat yang sudah dikirimkan raya. Ternyata tempat tersebut itu adalah rumah raya sendiri.

Sebuah rumah mewah yang besar, dan terlihat sangat megah. Namun, kenapa rumah itu gelap seperti tidak berpenghuni?

Ditopun mengetuk pintu rumah raya, satu ketukan, dua ketukan, belum ada jawaban.

"PERGI KALIAN! PERGI! RAYA GAK BUTUH KALIAN!" Teriak raya dari dalam rumahnya.

Mendengar teriakan raya, dito menjadi khawatir, sebenarnya apa yang terjadi dengan raya? Mengapa teriakan itu tersirat kebencian?

"Ray! Ini gue dito. Lo kenapa? Buka pintunya ray. Gue disini!" Teriak dito dari luar pintu rumah raya.

Tidak ada jawaban. Raya benar benar membuat dito khawatir saat ini. Tanpa berpikir panjang, dito mendobrak paksa pintu rumah raya. Sehingga pintu itu terbuka.

Dito masuk kedalam rumah raya, keadaan rumah raya benar benar berantakan. Pecahan pecahan seperti Gucci, dan pos bunga berserakan dilantai.

"RAYA LO DIMANA?" Teriakan dito menggema didalam rumah raya saat ini.

Setelah itu ada suara tangisan perempuan dibalik pintu kamar, membuat dito penasaran.

Mungkin raya ada disana. Batin dito

Dito menghampiri kamar itu, lalu membuka pintunya. Ternyata pintu kamarnya tidak dikunci.

Dito mendapati raya yang sedang menangis disudut kamarnya. Dengan keadaan raya yang sedang merengkuh kedua kakinya saat ini. Rambut raya yang berantakan dan mata sembab akibat terlalu lama menangis.

Dito menghampiri raya, dia tidak tega melihat raya seperti ini. Gadis didepannya ini seperti bukan raya yang ia kenal. Bukan raya yang selalu rapih dengan rambut yang diurai indah.

Tanpa mengatakan apa apa dito membawa raya dalam dekapannya. Mencoba menenangkan gadis ini dengan pelukan hangat yang sangat menenangkan. Lalu raya membalas pelukan dito dengan sangat erat.

Sekarang raya malah menangis sejadi jadinya dalam pelukan dito. Bahu raya sangat bergetar hebat. Sepertinya masalah yang menimpa raya sangat berat.

"Gapapa, nangis aja kalau itu buat lo tenang. Jangan takut, gue gak bakal pergi sebelum lo bisa ngendaliin diri lo sendiri."

Kata kata dito membuat raya sedikit lebih tenang, tangisnya juga sudah mulai mereda. Lalu raya melepas pelukannya, dan menatap dito dengan tatapan sendu yang menyedihkan.

"Lo boleh cerita ke gue, kalau lo udah siap." Ujar dito, tangannya terulur untuk merapihkan rambut raya yang membuat wajah gadis ini tertutupi.

"Mami, sama papi gue dit..." Ucapan pertama yang keluar dari mulut raya membuat dito bingung. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Kalau lo belum siap cerita, jangan cerita ray." Ujar dito sambil mengelus bahu raya berusaha menguatkan.

"Mami, sama papi gue mau bercerai." Ucapan raya membuat dito terkejut. Pantas saja raya sehancur ini sekarang.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang