Bab 2 = Siswa Bermasalah

4.6K 1.1K 38
                                    

3 hari setelah menghilang
Kim Taehyung

Aku sibuk dengan rapat sehingga aku hanya bisa membaca satu bab di buku harian Beomgyu. Kami rapat dengan tema hukuman untuk murid yang nakal.

Aku sudah menyiapkan alasan kenapa aku harus membela Lai Guanlin.

"Tuan Kim, bagaimana dengan Lai Guanlin? Saya rasa kejahatanya dibatas anak remaja." Jelas guru konseling di sekolah ini. Namanya Im Jaebum. Aku menghela nafasku karena sudah kesekian kalinya aku membela Lai Guanlin.

"Anak itu broken home, sudah berkali kali saya bilang bahwa anak itu tidak punya kasih sayang." Jelasku.

"Tapi dengan bolos setiap hari dan merokok itu tidak disiplin tuan Kim." Tutur Kim Namjoon selaku guru sejarah. Aku harus membela Lai Guanlin karena dia masih remaja yang labil. Dia memang butuh arahan saat ini.

"Kasusnya sudah tercatat banyak di buku ini. Perlukah kita mengeluarkanya?." Tanya Lee Taemin wakil kesiswaan.

"Dia butuh arahan dan saya masih berusaha untuk memberikanya arahan." Mohonku kepada kesiswaan.

"Ayolah Lai Guanlin masih muda, kalian pasti pernah berada di fase seperti dirinya. Tolong pertimbangkan hal itu." Ucapku. Kesiswaan itu akhirnya mengangguk dan menyimpulkan sesuatu.

"Baiklah Lai Guanlin masih dimaafkan, anda harus lebih baik lagi mendidiknya tuan Kim." Ucap kesiswaan. Aku mengangguk, lagi lagi aku berhasil menyelamatkan Guanlin.

"Selanjutnya murid bermasalah dari tuan Kwon Hyuk. Bagaimana dengan Choi Soobin yang lebih mementingkan pertandingan basket daripada pelajaran." Ucap kesiswaan.

Aku punya tiga sepupu namanya Choi Soobin, Choi Yeonjun, dan Choi Hyunsuk.

Aku dan Soobin dekat karena dia bersekolah di sini juga.

Bukanya aku terkejut dengan kasusnya, aku lebih terkejut dengan siapa yang mempunyai kasus itu.

"Tidak semua kesuksesan itu berasal dari ilmu. Mungkin Soobin bisa menjadi pemain basket terkenal." Bela Kwon Hyuk. Aku maupun Kwon Hyuk puas dengan jawaban itu.

"Tapi dia bisa tinggal kelas jika selalu melewati pelajaranya, terutama matematika. Bukan begitu tuan Kim?." Tanya kesiswaan itu lagi kepadaku.

Aku melihat kearah Kwon Hyuk yang ingin mendapat bantuan dariku.

"Aku tidak masalah dengan itu, karena Soobin berniat belajar dia tidak malas tapi dia tidak paham." Jelasku. Kwon Hyuk memberiku senyuman terimakasih sehingga aku membalaskanya dengan anggukan.

"Baiklah, tidak ada yang salah dengan Choi Soobin. Bagaimana berita terbaru tentang murid kita yang hilang?."

"Tidak ada kabar, saya kemarin ke rumah orang tuanya dan mereka stres berat." Ujarku. Semuanya mengangguk. Akhirnya pertemuan ini diakhiri dengan bahagia karena tidak ada muridku yang terkena sanksi.

Saat kami berjalan ke kantor masing masing karena aku tidak ada jadwal, Kwon Hyuk mengajaku berbicara.

"Untung lu pake jawaban yang bagus. Jadi Soobin selamat dari hukuman. Makasih ya bro." Ucapnya.

"Sama sama." Ucapku. Mata Hyuk tertuju kepada mejaku dimana ada buku harian Beomgyu. Aku langsung menyimpan buku itu di laci. Namun, Hyuk tetaplah Hyuk sehinhga dia mengambil buku itu kembali.

"Gua ga tau lu nyimpan buku harian kaya gini. Ternyata lu suka nulis." Ucap Hyuk. Untungnya dia tidak membuka buku harian itu.

"Hyuk bisa panggilin Soobin, gua mau bicara sama Soobin."

"Jangan terlalu keras sama dia Taehyung, dia udah bingung." Kata Hyuk. Aku mengangguk. Kemudian Hyuk keluar dari ruangan guru.

Setelah menunggu tiga puluh menit, akhirnya Soobin datang dengan wajah yang kaku serta takut. Mungkin dia takut untuk belajar di ruanganku.

"Silahkan duduk Soobin." Ucapku. Soobin kemudian duduk dihadapanku.

"Pak saya minta maaf, tapi saya akan belajar lebih baik lagi. Jangan buat saya meninggalkan basket dari pelajaran—."

"Saya tidak memanggil anda karena pelajaran. Mungkin saya akan kasih anda bocoran soal untuk itu, saya cuma mau nanya sesuatu dengan kamu." Potongku. Wajah Soobin menjadi tenang dan santai setelah mengetahui bahwa aku tidak memanggilnya karena nilai yang jelek.

"Silahkan pak."

"Kamu sepupuan dengan Beomgyu, murid kelas saya?."

"Iya pak, saya juga lagi mencari dimana keberadaan Beomgyu. Tapi saya ga dapat petunjuk apapun." Kata Soobin. Apakah aku harus memberi buku harian ini kepada Soobin, tapi buku harianya ini memberi petunjuk tentang sesuatu.

"Kamu masih berjuang?." Tanyaku. Dia mengangguk.

"Bahkan saya menelfon sepupu jauh saya hanya untuk mencari Beomgyu bersama." Ucapnya jujur. Aku mulai berpikir, apakah aku harus membantu mereka atau mereka bisa membantuku mencari Beomgyu.

"Mari kita cari bersama sama, apakah sepupu jauhmu itu sudah disini?." Soobin mengangguk.

"Bagaimana dengan saudaramu, Choi Yeonjunkan namanya?." Tanyaku. Kali ini tatapan Soobin lebih bisa dibilang bingung daripada ingin menjawab pertanyaanku.

"Bagaimana bapak tau dengan saudara saya? Bahkan saya belum bicara tentang dia?." Tanya Soobin. Matanya mulai menunjukan bahwa dia curiga denganku.

"Beomgyu menuliskan pengenalan dirinya ketika baru masu bahwa dia memiliki tiga sepupu. Satu Choi Hyunsuk yang tinggal di kota berbeda. Duanya lagi bersaudara yaitu Choi Yeonjun dan Choi Soobin." Jelasku. Soobin mengangguk. Alasan yang kuberi sangat rasional untuknya.

"Dia cerita tentang kami? Saya ga nyangka."

"Soobin kalau ada apa apa yang menyangkut tentang Beomgyu tolong bilang ke saya. Saya juga khawatir dengan Beomgyu." Ujarku jujur. Kini Soobin menatapku penuh dengan harapan.

"Terimakasih atas bantuanya Pak, saya juga berterima kasih juga dengan soal matematika, tapi lebih penting dengan keberadaan Beomgyu. Sekali lagi terima kasih Pak." Ucapnya sambil membungkukan badanya berkali kali.

"Lanjutkan aktivitasmu Soobin." Ucapku. Soobin keluar dari ruangan guru. Aku sejenak melirik buku harian Beomgyu.

Tanpa aba aba aku langsung membuka buku harian Beomgyu lagi.

Buku Harian Beomgyu (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang