13 | the truth untold

219 38 11
                                    

(Part ini akan cukup panjang, siap-siap ya, enjoy!)

Paginya, Siyeon berangkat sekolah seperti biasa. Masuk kelas, mengerjakan soal ujiannya, istirahat kali ini ia tidak ingin bersama siapapun. Gowon juga sedang belajar dengan Heejin, Jaemin, dan Haechan. Ia tidak melihat Jeno disana.

Siyeon memutuskan duduk di kursi taman sekolah yang kosong dengan buku di tangannya. Niatannya sih belajar untuk ujian berikutnya, tapi tatapannya malah kosong lurus ke depan. Sedangkan pikirannya melayang entah kemana, kepalanya masih terasa pusing dan bayangan ingatan-ingatan itu juga masih rajin berlalu-lalang di otaknya.

Ia ingin menangis lagi tapi sadar ini tempat umum, matanya juga semakin sipit karena banyak menangis semalam.

Brak!

Siyeon menoleh terkejut karena kursi yang ia duduki berbunyi keras seperti ada batu keras yang menimpa, tapi ternyata itu Jeno.

Ada apa laki-laki ini kemari? Bukannya kemarin ia marah?

Siyeon menundukkan kepalanya, memilih pura-pura membaca buku. Ia masih tidak cukup kuat untuk berhadapan dengan Jeno lagi.

"Mata lo kenapa? Gak sakit?" tanya Jeno

Sedangkan Siyeon masih menutup mulutnya.

Merasa ada yang aneh, Jeno bertanya lagi, "gara-gara kemarin ya?"

Namun gadis itu enggan mengeluarkan suara.

Jeno jadi bingung, biasanya gadis ini tidak pernah mengabaikannya meskipun Jeno memarahinya sekalipun.

Ia tidak merasa ada hal lain yang terjadi karena orang tua Siyeon tidak memberinya kabar apapun.

Jadi disinilah, Siyeon yang tetap diam dan akhirnya tenggelam dalam bacaannya, Jeno akhirnya juga diam sambil menikmati udara segar yang lewat. Sesekali membalas sapaan kakak kelas dan adik kelas dengan tersenyum dan mengangguk.

Mereka pasti mengira Ketua OSISnya ini sedang ada hubungan spesial dengan anggota cheerleader sekolah mereka itu.

Hingga bel berbunyi, Siyeon berdiri dan berjalan cepat mendahului Jeno. Padahal nanti tetap bertemu lagi di kelas.

Jeno tidak ada niatan bertanya lebih lanjut ketika gadis itu tidak menjawab apapun, Siyeon bersyukur karena dirinya juga tidak ingin ditanya.

Keadaan mereka berhari-hari seperti itu hingga dua hari sebelum ujian berakhir, Siyeon menghampiri Jeno.

Mata Jeno berbinar dan jantungnya berdegup kencang meski ia tidak tahu mengapa, gadis itu akhirnya mengajaknya bicara, tapi ucapan yang keluar dari mulut Siyeon cukup mengejutkan.

Tanpa basa-basi, "ayo ke psikiater sama aku" ucapnya

Jeno membelalakkan matanya, mengajak Siyeon menjauh dari keramaian.

"Ngomong apa sih?" tegur Jeno

"Ini semua aneh dan berhubungan, Jen. Aku udah tahu akarnya, tapi belum keseluruhan" jawab Siyeon

Jeno mengernyit, memahami setiap kata yang diucapkan Siyeon.

"Lo udah inget?" tanya Jeno

Siyeon menggeleng, "Belum semua, tapi aku paham, aku udah tahu kecelakaannya juga karena nyari di internet waktu itu"

Jeno terkejut lagi, tidak menyangka langkah itu yang diambil Siyeon.

"Terus ngapain ke psikiater?" 

"Biar aku inget semua, biar kamu gak takut sama hujan, biar kita gak ada rahasia sepihak lagi"

Jeno benar-benar tidak mengerti jalan pikiran gadis ini, kalau begitu kenapa ia harus repot-repot khawatir tentang perasaannya sejak dulu.

Pluvios [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang