04 | chit-chat

253 46 3
                                    

Setelah mengunjungi makam Mama Jeno, mereka berdua tetap ke tujuan awal yaitu ke cafe terdekat untuk membicarakan hal yang ingin dibicarakan Jeno.

Mereka masuk ke dalam cafe, memilih tempat duduk yang nyaman dan tidak terlalu banyak orang, lalu memilih menu.

Banyak mata memandang mereka berdua sejak mereka memasuki cafe tersebut. Siyeon tidak heran dan malah memaklumi hal itu karena ia sekarang sedang bersama laki-laki yang parasnya sangat diidamkan oleh banyak orang.

Jeno memulai pembicaraan

"Yeon, lo inget waktu di rumah sakit lo nanya ke gue tentang penyebab gue kecelakaan?" tanyanya

Siyeon menganggukkan kepalanya

"Lo nyebut kata hujan kan?" tanya Jeno lagi

Siyeon merasa sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Jeno, dia tidak menyangka Jeno mau membicarakan hal itu dengannya. Ia tahu pasti akan dicurigai namun mau menghindar lagi pun sulit. Siyeon merutuki mulutnya yang waktu itu spontan menyebut kata itu di depan Jeno.

Melihat Siyeon yang tetap diam pun Jeno menjadi tidak sabar

"Kenapa lo bisa sebut hujan sebagai penyebab gue kecelakaan?" tanya Jeno

"Ya nebak aja Jen" jawab Siyeon

Jeno mengangkat sebelah alisnya

"Yakin cuma itu?" tanyanya

Siyeon mulai gelisah

"Soalnya sering aku perhatikan kamu tuh selalu gelisah ketika hujan turun, bingung sendiri dan pasti keliatan gemetaran, kalau karena dingin sih nggak mungkin sampai segitunya" jelas Siyeon

Jeno terkejut namun menghela nafas lega

"Yaudah kalau cuma itu yang lo tau, gue cuma gak suka hujan" ucap Jeno

"Tuh gerimis" ucap Siyeon tiba-tiba sambil menunjuk kearah luar cafe

Jeno terkejut lalu reflek berdiri tapi kemudian badannya kembali duduk karena Siyeon menariknya

Jeno menatap Siyeon

"Pesenannya kan belum dateng sih" omel Siyeon

"Kenapa sih segitu bencinya sama hujan padahal hujan itu indah, bau tanah yang kena air hujan juga enak kan" lanjutnya

"Ya itu menurut lo" jawab Jeno

"Jen, serius kalau boleh tau kenapa sih benci hujan?" tanya Siyeon

Jeno menghela nafasnya

"Dibilang cuma gak suka doang kok bukan benci" jawabnya ketus

Karena tempat duduk mereka dekat dengan kaca bagian depan cafe, suara gerimis itu cukup terdengar apalagi bagi Jeno seakan-akan suara gerimis itu sama kerasnya dengan suara hujan yang deras

Melihat gerak-gerik yang biasa ia lihat ketika Jeno terjebak dalam hujan, Siyeon merasa ada yang terjadi antara Jeno dengan hujan hingga membuat laki-laki itu seperti ketakutan.

Siyeon pikir, ayolah ini hanya gerimis kecil yang tidak akan melukai siapapun meski kulit mereka tersentuh olehnya namun laki-laki dihadapannya ini benar-benar terlihat ketakutan

"Sini tangannya, kapan-kapan aku bantuin biar nggak benci lagi sama hujan" ucap Siyeon dengan senyuman di wajahnya

Jeno terkejut

"Hah?"

Siyeon tetap meraih tangan Jeno untuk bermaksud menenangkannya, meski Siyeon menyimpan perasaan untuk Jeno tapi kali ini tidak ada niat modus atau sejenisnya

Pluvios [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang