15 | finally

319 39 0
                                    

Dua tahun kemudian ㅡ kuliah

Setelah Gowon pindah ke Amsterdam, mereka disibukkan dengan melanjutkan naik ke kelas 12 lalu banyak ujian dan mengurus kelulusannya. Tidak berbeda untuk Jeno dan Siyeon yang akhirnya juga berpisah jarak. 

Keduanya kuliah di tempat yang berbeda. Jeno dan Haechan kuliah di luar kota, di kampus yang sama. Sedangkan Siyeon, Jaemin, dan Heejin di dalam kota dan kampus yang sama.

Renjun? Laki-laki itu akhirnya menyusul pacarnya. Bersamaan dengan proyek ayahnya yang membuat dia sekeluarga pindah kesana.

Oh iya, ini fakta lucu.

Sebenarnya Jeno dan Siyeon sudah hampir berpacaran. Tapi selalu gagal karena setiap kencan, mereka berakhir menertawakan kekonyolan atau rasa canggung mereka sendiri.

Mereka juga masih sering bertengkar karena hal kecil.

Memang dasarnya mereka tidak bisa memiliki hubungan romantis karena sejak kecil selalu bertengkar. Jeno suka marah-marah karena Siyeon keras kepala, begitu juga sebaliknya.

Sifat dan wajah mereka hampir mirip, terkadang ketika jalan bersama, bukannya dikira pasangan malah dikira anak kembar atau kakak-adik.

Siyeon tetap menyukai Jeno? Sayangnya iya.

Jeno masih mencintai Gowon? Tidak, ia bilang sudah move on.

Lalu apakah Jeno juga suka pada Siyeon? Laki-laki itu tidak pernah menjawab, ia malah lebih suka menjahili Siyeon dengan jawabannya.

Mereka memilih untuk tidak membuat status pacaran. Namun keduanya masih saling menjaga, mengobati jika yang lain terluka.

Apa ya? Seperti teman tapi perlakuannya lebih dari teman.

Sikap Jeno sendiri memang sudah manis, jika semua perlakuannya dilakukan pada orang lain pun pasti akan membuat orang itu terbawa perasaan.

Contohnya, laki-laki itu suka memperbaiki rambut Siyeon yang berantakan karena tertiup angin atau hal lain. Awalnya gadis itu pikir Jeno hanya melakukan itu padanya atau pada perempuan saja. Ternyata Jaemin, Renjun, dan Haechan juga sering diperlakukan seperti itu.

Siyeon sudah tidak marah atau cemburu secara agresif lagi ketika misalnya Jeno bersikap manis pada orang lain.

Lagipula laki-laki itu meskipun sudah move on, masih sangat terlihat bahwa ia susah membuka hati untuk orang lain.

Siyeon tidak menunggu lagi, jika ia menyukai orang lain pun, ia tidak akan segan membuka hatinya karena lelah juga memaksa dirinya move on dari Jeno.

Kalau pun dirinya dengan Jeno adalah jodoh, pasti nanti akan disatukan kembali.

Lucu juga takdir ini.

Siyeon sudah bersyukur ia dapat membantu Jeno pulih dari traumanya, Jeno juga sudah membantunya mengembalikan kenangan yang sempat hilang.

Namun memang belum bisa dikatakan bahwa Jeno menyukai hujan juga seperti Siyeon, laki-laki itu setidaknya sudah baik-baik saja ketika hujan datang.

Tanpa sepengetahuan Siyeon, laki-laki itu sering pingsan dan merasa kepalanya sangat pusing. Padahal dia tidak pernah ikut terapi untuk menghilangkan ingatan atau apapun itu.

Benar bahwa traumanya sudah hilang, ia sendiri juga heran apa yang terjadi padanya.

Jeno juga sudah sering bicara pada Papanya tentang masalah ini, tapi Papanya hanya diam dan kelihatan berpikir namun tidak pernah mengutarakan isi pikirannya.

Akhirnya Jeno sudah tidak terlalu peduli dengan sakitnya, ia memang begitu sejak dulu, lebih suka mengalihkan perhatiannya pada hal lain dan percaya bahwa sakitnya akan hilang lama kelamaan.

Pluvios [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang