10 | first step

211 28 3
                                    


Sepulang dari rumah Siyeon, Jeno berniat ke tempat mamanya beristirahat, selain menjadi rutinitas juga sore ini ada yang mau diceritakan kepada mamanya.

Jeno melangkahkan kakinya hingga berhenti ketika matanya tepat melihat nama mamanya yang tertulis di batu nisan.

"Sore ma, Jeno datang lagi" sapanya sambil menunjukkan senyuman khasnya

Ia mendudukkan dirinya dengan nyaman tanpa peduli seragamnya kotor, 'nanti bisa dibersihkan' pikirnya.

Jeno melihat sekeliling,
"Sore ini sepi lagi, kayaknya Jeno aja ya yang sering kesini" ucapnya sambil terkekeh

Benar juga, kalau dipikir memang seolah menjadi rumah kedua, bedanya tidak dipakai tidur dan makan disini.

Ah tapi Jeno tiba-tiba mengingat bahwa ia pernah beberapa kali makan siang disini, sambil bercerita pada mamanya.

"Jeno hari ini gak bawa bunga, uang jajannya belum dikasih lagi sama Papa, marahin tuh ma" ucap Jeno

Tadi siang saja ketika jam istirahat di sekolah, Renjun membelikannya makan dan Gowon membagi minum dengannya.

Setelah mengingat hal itu, ia tersenyum, merasa Renjun dan Gowon semakin cocok.

Jeno saja merasa gemas dengan hubungan mereka berdua

Lalu Jeno mulai bercerita seluruh kejadian yang terjadi sejak kemarin hingga sore ini, meski ia juga tahu bahwa Mamanya disana sudah tahu tanpa ia beri tahu karena ia yakin beliau melihatnya dari tempatnya sendiri.

Tiba-tiba Jeno ingat ada hal penting yang ingin ia sampaikan pada Mamanya, ia langsung mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya dan membuka folder foto.

Jeno tersenyum tipis lalu menunjukkan foto itu pada Mamanya
"Lihat deh ma, masih inget nggak dia siapa?" ucap Jeno lalu melihat foto itu kembali

"Udah agak berubah sih kelihatannya, waktu itu pipinya tembem banget kanㅡ tapi mata sipitnya masih sama" ucap Jeno

"Dia gak sengaja lihat foto kita di meja belajar Jeno, sekarang malah minta penjelasan tapi kalau dijelasin aja mana bisa ya ma?" ucapnya

"Jeno mau ajak dia ke tempat-tempat yang bisa dia inget nanti, tapi Jeno agak khawatir sih kalau ada yang terjadi sama dia nanti gimana? Jeno juga belum minta izin ke orang tuanya"

"Gimana ya ma?" tanyanya

Ia mengakhiri kunjungannya hari ini dengan pertanyaan yang tetap belum bisa dijawab, sebenarnya jawaban apa yang ia harapkan dari batu nisan?

Jauh di dalam hati Jeno hanya ingin pelukan dan kalimat menenangkan dari mamanya

Ia berharap mamanya berkata bahwa semua akan baik-baik saja

____

Jeno pulang dan ketika melihat Papanya sedang duduk santai di sofa sambil menonton televisi, ia langsung menghampiri beliau.

Ia mulai bercerita mengenai Siyeon, dengan gerak-gerik yang sangat terlihat cemas bahkan oleh Papanya sendiri yang biasanya kurang peka terhadap hal seperti ini.

Setelah mendengar hal itu Papanya tidak menyalahkannya ataupun memarahinya sekalipun, beliau langsung meyakinkan Jeno bahwa itu bukan hal yang besar dan menawarkan nomor orang tua Siyeon yang dapat dihubungi

Tanpa sepengetahuan Jeno sebelumnya, Papanya ini masih sering mengobrol lewat pesan dengan Papa Siyeon

"Gimana kalau Papa aja yang bilang?" tanya Papa Jeno

"Jeno aja, mau langsung telepon" jawab Jeno

Dengan menggunakan ponsel Papanya, Jeno mencoba menghubungi Papa Siyeon.

Pluvios [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang